Asep merupakan seorang pria kelahiran tahun 1963. Ia telah memulai pekerjaannya sebagai sopir bus sejak tahun 1985, saat usianya masih muda, yakni 22 tahun.
Selama hampir 40 tahun menjadi sopir bus, pahit manis dalam menjalani pekerjaan tersebut tentu sudah banyak dilewati oleh bapak enam anak itu. Sejauh ini, Asep mengaku pernah bekerja di sejumlah perusahaan otobus (PO).
Ia sendiri sangat menikmati pekerjaan tersebut. Terlebih saat layanan transportasi bus masih jadi primadona bagi masyarakat yang ingin berpergian ke berbagai daerah tujuan.
Pada masa kejayaannya, Asep pernah merasakan kesuksesan bekerja sebagai sopir bus. Melalui pekerjaan ini, ia telah berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga ke tingkat perguruan tinggi.
"Bapak punya anak 6, alhamdulillah yang lima kuliah semua. Ada yang kuliah di Malang, Bali dan ada juga yang kuliah di Bandung," kata Asep saat berbincang dengan detikJabar di Cirebon, baru-baru ini.
"Anak pertama bapak sarjana ekonomi, anak ke dua itu insinyur kalau dulu mah. Kalau sekarang mungkin sarjana teknik. Terus ada yang kuliah keperawatan dan ada juga yang jadi bidan," kata dia.
Menurut Asep, masa kejayaan bekerja sebagai sopir bus salah satunya pernah ia rasakan di era tahun 1995. Saat itu, Asep mengaku bisa dengan mudah meraup pundi-pundi Rupiah sebagai sopir bus.
Asep tidak bisa menyebutkan secara pasti berapa pendapatannya saat itu. Namun, kata dia, pendapatannya kala itu sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Termasuk untuk menyekolahkan anak-anaknya.
"Pokoknya kalau dulu mah enak. Kerja jadi sopir bus istilahnya pendapatan lumayan lah. Mungkin pendapatan sehari waktu itu bisa buat beli emas 2 gram," kata dia.
Dulu Kejayaan, Kini Kesulitan
Hingga kini, di usianya yang tak lagi muda, Asep masih aktif bekerja sebagai sopir bus. Namun kisah manis yang pernah dirasakan Asep selama bekerja sebagai sopir bus hanya tinggal cerita.
Ya, lain dulu lain sekarang. Saat ini Asep mengaku lebih banyak menghadapi kesulitan dalam menjalani pekerjaan sebagai sopir bus. Bahkan, tidak jarang ia harus berhutang demi bisa menutup kekurangan target setoran.
"Sekarang sih beda, nggak kayak dulu. Buat setoran aja kadang-kadang tekor. Kadang ada buat setoran mobil, tapi nggak ada sisanya buat dibawa pulang," kata Asep.
Menurut Asep, ini terjadi karena masyarakat yang menggunakan layanan transportasi bus kian berkurang. Di tengah situasi sulit yang ia alami, tidak jarang Asep harus pontang-panting mencari pinjaman demi bisa menutup kekurangan target setoran.
"Motor bapak udah tiga yang digadaikan buat nutupin setoran. Niatnya gadaikan motor barangkali besoknya penumpang ramai kan, eh malah makin dalem utangnya," kata Asep seraya terkekeh menceritakan kondisi yang dialaminya saat ini.
"Alhamdulillahnya anak bapak udah mandiri semua. Yang bungsu juga sekarang udah kerja. Sekarang tanggungan bapak cuma istri aja di rumah," kata dia.
Saat ini, Asep hanya menaruh harapan besar pada momen akhir pekan maupun musim liburan. Sebab, di momen-momen itu, Asep masih bisa memperoleh pendapatan yang terbilang lumayan.
"Kalau lagi musim libur (pendapatan) lumayan. Masih bisa bawa uang buat dibawa pulang. Tapi kalau musim liburan setoran juga naik. Tapi memang Rp1 juta sih kita masih kebagian," kata dia.
Asep menyebut, berkurangnya jumlah penumpang bus disebabkan karena hadirnya layanan transportasi lain. Dalam hal ini yaitu mobil travel. Menurutnya, tidak sedikit masyarakat yang saat ini memilih mobil travel saat akan berpergian.
"Penumpang (bus) sepi karena memang sekarang kan banyak travel. Jadi itu salah satu penyebab kenapa sekarang penumpang bus sepi," kata dia.
Siasat Agar Tak Sepi Penumpang
Semangat Asep patut diacungi jempol. Meski mengaku sering menghadapi kesulitan, namun hal itu tidak membuatnya berpikir untuk meninggalkan pekerjaan yang telah ia jalani selama puluhan tahun.
Asep terus berusaha memutar otak agar bisa bersaing dengan moda transportasi lain. Sepertinya misalnya mobil travel yang kini banyak bermunculan.
Untuk menarik minat para penumpang, Asep bahkan berencana akan memberikan promo. Bagi para penumpang yang sudah 10 kali menggunakan layanan busnya, maka akan mendapatkan satu kali perjalanan gratis.
"Rencananya bapak mau kasih gratis buat penumpang yang udah 10 kali naik. Jadi 10 kali naik gratis satu kali," kata dia.
Namun, kata Asep, promo tersebut hanya akan diberikan kepada para penumpang bus dengan tujuan Merak. Penumpang hanya cukup mengumpulkan tiket dengan jumlah yang sudah ditentukan.
Saat ini Asep merupakan salah satu sopir bus yang bekerja di Perusahaan Otobus (PO) Bhinneka. Setiap hari, Asep membawa Bus Bhinneka Putri Anggun yang berkapasitas 59 orang. Bus yang dikendarainya adalah bus jurusan Cirebon-Merak.
Asep memulai titik keberangkatan dari Terminal Tipe A Harjamukti, Kota Cirebon. Asep memiliki jadwal keberangkatan sekitar pukul 15.00 WIB untuk menuju ke Merak dengan melintas melalui jalur pantura. (sud/sud)