Setiap keraton memiliki keunikannya masing-masing. Di Keraton Kanoman, Kota Cirebon, memiliki bangunan 'istimewa'. Bangunan ini berdiri di atas tanah yang paling tinggi di kompleks Keraton Kanoman. Namanya, Kisti Hinggil.
Menurut informasi yang dihimpun, dulunya Ksiti Hinggil menjadi pura atau tempat penobatan raja Pangeran Cakrabuana yang merupakan nama lain dari Raden Walangsungsang menjadi Sri Mangana.
Ksiti Hinggil sendiri dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai bangunan yang tinggi. Bentuk bangunannya terletak di bagian awal Keraton Kanoman dengan di kelilingi pagar. Ksiti Hinggil memiliki tiga pintu masuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Menengok Bangunan Pertama di Cirebon |
Bangunannya berwarna merah dengan banyak ornamen keramik di dinding-dindingnya. Atapnya terbuat dari genting yang memiliki pucuk di atasnya.
Di sekitarnya ada beberapa pintu yang menjadi jalan menuju Kisti Hinggil. Sejarawan dan Tim Pustaka Keraton Kanoman Farihin mengatakan setiap pintu memiliki maknanya tersendiri. Pintu-pintu tersebut juga memiliki keramik piring di setiap dinding bangunannya.
Pintu-pintu tersebut memiliki beberapa nama yang pertama syahadatain, yaitu sebuah pintu masuk yang menghadap utara. Yang kedua pintu kiblat yang menghadap barat, dan yang ketiga adalah pintu selawat yang menghadap ke selatan.
"Ada 3 buah pintu masuk agar bisa masuk di Komplek Kisti Hinggil yang pertama pintu syahadatain, kedua kiblat dan ketiga selawat," kata Farihin beberapa waktu lalu.
"Setiap pintu memiliki makna dan filosofi yang sangat tinggi," tambah Farihin.
![]() |
Farihin menjelaskan makna dan filosofi dari ketiga pintu yang ada di kompleks Ksiti Hinggil. Syahadat berarti ketika seseorang ingin mencapai derajat yang tinggi maka orang tersebut harus membaca syahadat terlebih dahulu sebagai syarat untuk menjadi seorang muslim.
Yang kedua pintu kiblat yang berarti ketika seseorang sudah syahadat dan menjadi muslim maka ia diwajibkan untuk melaksanakan salat dengan menghadap kiblat.
Dan, yang ketiga adalah pintu selawat yang berarti sebagai seorang juga harus selalu berselawat sebagai bukti cinta kepada nabi besar Muhammad SAW.
Di kompleks Kisti Hinggil juga terdapat dua bangunan lain yaitu Made Manguntur dan Bangsal Sekaten. Made Manguntur digunakan sebagai tempat Sultan untuk menyampaikan pesan. Dahulu ketika sultan ingin menyampaikan pesan kepada rakyatnya, sultan mendatangi Made Manguntur. Selain itu juga Made Manguntur digunakan sultan untuk menghadiri dan menyaksikan upacara.
Sedangkan Bangsal Sekaten sebagai tempat dipentaskannya samelan sekaten yang merupakan peninggalan dari Sunan Kalijaga. Setiap tahun Bangsal Sekaten di pentaskan pada tanggal 8-12 maulid.
Hingga hari ini bangunan Ksiti Hinggil masih ada dan terawat. Agar bangunan tetap lestari, di setiap pintu diberi dikunci dengan pagar besi berwarna hijau. Jadi, pengujung hanya bisa melihat dari kejauhan.
(sud/sud)