Keistimewaan Nasi Panjang Jimat Keraton Kanoman Cirebon

Keistimewaan Nasi Panjang Jimat Keraton Kanoman Cirebon

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Selasa, 17 Sep 2024 15:30 WIB
Nasi jimat yang sudah dimasukan dalam piring panjang
Nasi jimat yang sudah dimasukan dalam piring panjang (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar).
Cirebon -

Salah satu yang unik dari tradisi Panjang Jimat Keraton Kanoman adalah adanya nasi istimewa, yakni nasi panjang jimat. Menurut pegiat sejarah Cirebon Farihin, nasi panjang jimat merupakan nasi yang dibuat khusus untuk tradisi panjang jimat Keraton Kanoman.

Berbeda dengan nasi pada umumnya, ada beberapa keunikan dari nasi panjang jimat. Farihin memaparkan, untuk nasi panjang jimat tidak berasal dari padi yang digiling menggunakan mesin. Tetapi, berasal dari padi atau gabah yang dikupas satu persatu.

"Proses pengelupasannya itu dimulai dari tanggal 15 Safar, lalu dibasuh tanggal 10 Maulid. Dan dalam proses pengupasannya, beras tidak boleh pecah, kalau pecah nanti tidak dipakai. Proses pembasuhan bertempat di Sumur Badung," tutur Farihin, Senin (16/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam proses pengelupasannya, para abdi dalem diharuskan untuk membaca salawat Nabi selama proses pengupasan padi berlangsung. Menurut Farihin, hal inilah yang membuat nasi panjang jimat istimewa.

"Jimat itu nasi yang sejak masih gabah dikupas satu-satu dengan membaca selawat. Jadi yang dimaksud jimat bukan bendanya tapi nasi yang digunakannya, karena kita mengharapkan syafaat yah kita harus berselawat, jadi kecintaan kepada kanjeng nabi kita gambarkan dalam tradisi panjang Jimat," tutur Farihin.

ADVERTISEMENT

Semua abdi dalem yang terlibat dalam proses pengupasan nasi panjang jimat, merupakan perempuan yang didatangkan khusus dari Sindangkasih, Majalengka. Menurut Farihin, para abdi dalam perempuan tersebut, sudah turun temurun untuk membuat nasi panjang jimat.

"Yang melakukan proses pembuatan beras panjang jimat itu abdi dalem tertentu, semuanya perempuan yang biasanya disebut dengan perawan sunti," tutur Farihin.

Setelah matang, nasi panjang jimat tersebut dibagi dalam dua belas piring dan ditaruh terlebih dahulu di Langar Alit, sebelum diarak menuju Masjid Agung Keraton Kanoman. Menurut Farihin, jika dibagi dalam dua belas piring maka akan memiliki beberapa makna.

"Kalau jumlahnya dua belas memiliki makna, yang empat untuk imam mazhab, empat sahabat nabi, yang satu wali masyrik, yang satunya lagi wali magrib, baru satu wali kutub satu untuk nasi rasul," tutur Farihin.

Menurut Farihin, nasi panjang jimat tersebut akan bagikan kepada masyarakat, setelah prosesi pembacaan Maulid di Masjid Agung Keraton Kanoman selesai. "Nasinya nanti dibagikan ukuran plastik kecil. Dibagikan setelah prosesi panjang jimat selesai," pungkas Farihin.




(mso/mso)


Hide Ads