Sejarah Jalan Kanggraksan Cirebon, Kisah Syekh Lemah Abang Palsu

Sejarah Jalan Kanggraksan Cirebon, Kisah Syekh Lemah Abang Palsu

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Senin, 11 Des 2023 11:00 WIB
Jalan Kanggraksan Kota Cirebon
Jalan Kanggraksan Kota Cirebon. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar
Cirebon - Jalan Kanggraksan Kota Cirebon, Jabar, merupakan salah satu pusat perekonomian. Jalan yang membentang di Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon itu juga memiliki sejarah mengenai ajaran sesat.

Jalan Kanggraksan selalu sibuk saat pagi hingga sore hari. Kanggraksan memang menjadi salah satu pusat perekonmian. Deretan bisnis percetakan, perabotan, toko material, hingga PKL turut membuat jalanan ini sesak. Di sisi lain, Jalan Kanggraksan juga salah satu akses menuju Pasar Kalitanjung.

Di balik keramaian Jalan Kanggraksan itu, ternyata tersimpan sejarah tentang ajaran sesat pada zaman dulu. Sejarawan Cirebon Farihin menuturkan Kanggraksan berasal dari nama seorang pangeran yang menyamar menjadi Syekh Lemah Abang, atau San Ali seorang tokoh sufi penyebar agama Islam di Jawa.

"Kanggraksan berasal dari kata Anggaraksa dengan awalan kata ka, dan akhir an. Ka menunjukkan adanya sebuah komunitas atau wilayah, dan akhiran an menunjukkan adanya aktivitas, yang jika digabung menjadi sebuah kata Kanggraksan," ujar Farihin, Jumat (1/12/2023).

Pangeran Anggaraksa anak dari Resi Bungsu. Resi Bungsu adalah anak dari Cakraningrat yang merupakan seorang raja dari Kerajaan Raja Galuh. Adanya Pangeran Anggaraksa di Cirebon ini bertujuan untuk memalsukan ajaran Syekh Lemah Abang.

"Pangeran Anggareksa mengajarkan ajaran Syekh Lemah Abang yang dilarang oleh Wali Songo," tutur Farihin.

Menurut Farihin melihat sikap Pangeran Anggaraksa yang seperti ini, Syekh Lemah Abang yang asli bersembunyi di daerah Karang Suwung. Sedangkan Pangeran Anggaraksa tetap mengajarkan ajaran yang sesat tersebut, dan tinggal di sebuah daerah yang sekarang dikenal dengan Kanggraksan.

"Dari sinilah penamaan Kanggraksan itu berasal," ujar Farihin.

Jalan Kanggraksan Kota CirebonJalan Kanggraksan Kota Cirebon Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Karena kepopuleran dari Syekh Lemah Abang membuat banyak orang yang percaya terhadap penyamaran Pangeran Anggaraksa.

Kemasyhuran Syekh Lemah Abang membuat masyarakat percaya dengan ajar sesat yang disampaikan Pangeran Anggaraksa, yang saat itu menjadi Syekh Lemah Abang KW alias palsu.

"Ajaran sesat yang dibawa oleh Pangeran Anggaraksa ini memang benar-benar masif dan sistematis," kata Farihin.

"Akibatnya banyak sekali masyarakat yang terprovokasi untuk mengikuti ajaran dari Syekh Lemah Abang," tambah Farihin.

Menurut Farihin meskipun teknologi informasi belum berkembang pesat tetapi konsep hoaks atau berita bohong itu sudah ada sejak dahulu. "Pada waktu itu belum ada teknologi yang masif, namun konsep hoaks sudah ada sejak dahulu," tutur Farihin.

Untuk motif Pangeran Anggareksa melakukan kebohongan tersebut adalah kekuasaan dan politik. Pada masa itu Syekh Lemah Abang sangat populer dan menguasai tempat-tempat yang sulit ditaklukan oleh para wali. Apalagi tindakan dari Pangeran Anggaraksa didukung oleh Trenggono dari Demak.

"Buktinya adalah ada banyak sekali tempat atau pedukuhan yang dinamakan dengan nama Lemah Abang, seperti di Karawang, Madiun dan Jakarta," kata Farihin.

Meski demikian, Farihin juga mengatakan di abad 17 ada seseorang juga yang disebut Anggaraksa dam menjadi bagian dari panitia Jaksa Pepitu di bawah naungan Pangeran Wangsakerta. Saat itu, Wangsakerta merupakan Ketua Pelaksana kegiatan Gotrasawala yaitu sebuah pertemuan seniman dan budayawan pada abad 17 di Cirebon.

"Cerita tentang Pangeran Anggaraksa ini juga ada di dalam Suluk Abdul Jalil Karya Agus Sunyoto yang merupakan Ketua Lesbumi PBNU," pungkas Farihin. (sud/sud)



Hide Ads