Cirebon merupakan daerah di Jawa Barat yang menyimpan beragam cerita sejarah. Hal ini dapat dilihat dari benda maupun bangunan bersejarah peninggalan masa lalu yang hingga kini masih berdiri.
Salah satu bangunan bersejarah yang masih bisa dilihat keberadaannya adalah Bale Panjang atau Bale Mangu. Bangunan yang diperkirakan telah berusia ratusan tahun itu berada di Desa Sarabau, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.
Menurut keterangan warga setempat, bangunan yang dibuat dengan material berbahan kayu itu konon sudah ada sejak tahun 1400-an. Bangunan itu memiliki luas sekitar 8x3 meter persegi. Pada bagian atap bangunan dibuat dengan menggunakan bahan jerami.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bale Panjang ini peninggalan Ki Gede Gamel. Kemungkinan sudah ada sejak sekitar tahun 1400-an," kata salah seorang warga Desa Sarabau, Sudarso (61) saat berbincang dengan detikJabar, Rabu (29/11/2023).
Disarikan dari berbagai sumber, Ki Gede atau Ki Ageng sendiri merupakan sebuah gelar yang disematkan pada tokoh pemimpin di suatu daerah pada jaman dulu.
Menurut Sudarso, Bale Panjang peninggalan Ki Gede Gamel ini merupakan bangunan yang biasa digunakan sebagai tempat berkumpulnya para Ki Gede atau para pemimpin pada jaman dulu. Di tempat ini, para Ki Gede biasa berkumpul untuk bermusyawarah.
"Dulunya, Ki Gede Gamel membangun (Bale Panjang) ini sebagai tempat untuk pertemuan para Ki Gede. Tempat musyawarah," kata dia.
Selain memiliki nilai sejarah, Bale Panjang yang ada di Desa Sarabau ini telah dianggap sebagai tempat keramat atau sakral bagi warga sekitar. Di waktu-waktu tertentu, warga desa biasa mengadakan berbagai macam tradisi di bangunan tersebut.
Salah satunya adalah tradisi sedekah bumi. Melalui tradisi ini, warga desa rutin melakukan prosesi pergantian welit atau jerami pada bagian atap Bale Panjang. Prosesi ini rutin dilakukan setiap tahun.
Bisa dibilang, sedekah bumi yang diisi dengan prosesi pergantian welit atap di Bale Panjang ini menjadi tradisi yang selalu dinanti oleh warga sekitar. Ada ribuan warga yang biasa mengikuti tradisi ini setiap tahunnya.
"Setiap sedekah bumi itu ada ribuan orang. Warga desa pada kumpul semua. Tua muda kumpul semua," ucap Sudarso.
![]() |
Ada beberapa kegiatan yang biasa digelar dalam rangkaian tradisi bumi di Desa Sarabau. Dalam tradisi ini, prosesi pergantian welit atau atap Bale Panjang diawali dengan pembacaan doa.
Kemudian saat akan melakukan tradisi pergantian welit, warga desa pun banyak yang membawa ketupat dan lepet. Makanan-makanan itu nantinya akan kembali dibagikan kepada warga lainnya.
Selain itu, dalam tradisi sedekah bumi ini, warga desa Sarabau juga biasa mengadakan acara hiburan kesenian wayang. Kesenian itu menjadi salah satu rangkaian acara yang selalu dihadirkan setiap pelaksanaan tradisi sedekah bumi di Desa Sarabau.
"Jadi paginya itu bongkar (ganti) welit, siangnya itu (pagelaran) kesenian wayang sampai malam," kata Sudarso.
Bale Panjang atau Bale Mangu memiliki enam buah tiang yang berfungsi sebagai penyangga. Di antara enam tiang itu, ada satu yang terlihat dibungkus kain.
Sudarso mengatakan, pada bagian tiang yang dibungkus kain itu terdapat sebuah kayu bertuliskan kalimat syahadat. Masyarakat memiliki tradisi mengikatkan kain pada bagian tiang tersebut sebagai ungkapan rasa syukur.
"Di dalam (bungkusan kain) itu ada kayu yang bertuliskan kalimat syahadat. Tulisan Arab," kata dia.
Hingga kini, Bale Panjang atau Bale Mangu yang konon merupakan peninggalan dari Ki Gede Gamel itu masih berdiri kokoh. Tidak jarang ada warga yang duduk-duduk atau beristirahat di tempat tersebut.
(yum/yum)