Tjitjih dan Kelompok Sandiwaranya yang Moncer Sejak Hindia Belanda

Kabupaten Sumedang

Tjitjih dan Kelompok Sandiwaranya yang Moncer Sejak Hindia Belanda

Nur Azis - detikJabar
Senin, 30 Okt 2023 06:30 WIB
Bukti Kiprah Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih dsri pra atau pasca kemerdekaan Indonesia.
Bukti Kiprah Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih dsri pra atau pasca kemerdekaan Indonesia (Foto: Istimewa).
Sumedang -

Kelompok sandiwara legendaris Miss Tjitjih menggelar pertunjukan di Gedung Graha Asia Plaza pada Sabtu (28/10/2023) malam. Mereka membawakan lakon berjudul Acih Mati Beranak di Mangga Dua.

Kelompok sandiwara berbahasa Sunda ini sudah lama berkiprah dalam dunia seni pertunjukan. Nama kelompoknya diambil dari nama seniwati asal Regol, Sumedang bernama Tjitjih yang meninggal pada 27 Agustus 1939.

Dalam dunia seni, Tjitjih dikenal sebagai sinden, penyanyi lagu Sunda, penari serta pemain sandiwara Sunda. Dedikasi Tjitjih terhadap dunia seni sudah tidak diragukan lagi. Bahkan menjelang akhir hayatnya, ia sempat pentas meski kondisi kesehatanya sedang memburuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu sebagaimana dikutip dari situs resmi Kemendikbud, ensiklopedia.kemdikbud.go.id yang dilihat detikJabar pada Minggu (29/10/2023).

Sepeninggal Tjitjih, Kelompok sandiwara Miss Tjitjih pun tetap eksis bahkan kerap muncul dalam surat kabar milik Belanda baik pra atau pasca kemerdekaan Indonesia.

ADVERTISEMENT

Seperti yang tertera dalam Bataviaasch Nieuwsblad pada Kamis, 13 Juni 1940. Di sana disebutkan bahwa Kelompok sandiwara Miss Tjitjih akan menampilkan sebuah drama berjudul De Gorila van Malaka yang digelar di Pasar Anyar.

Kemudian dalam surat kabar Nieuwsgier, Ochtendblad voor Indonesie pada Sabtu 27 Maret 1954, di sana disebutkan bahwa kelompok sandiwara Miss Tjitjih bekerjasama dengan Ikatan Orang Tua Sekolah Slamet Rijadi di Djatinegara dan Palang Merah akan menggelar sebuah pertunjukan sandiwara dengan lakon tentang letusan Gunung Merapi tahun 1930.

Penjabat Bupati Sumedang Herman Suryatman memaparkan, pertunjukan kelompok sandiwara Miss Tjitjih digelar berkat kolaborasi antara Pemprov DKI Jakarta dengan Pemda Kabupaten Sumedang.

Menurut Herman, pertunjukan sandiwara Miss Tjitjih sarat akan makna. Bukan hanya sekedar tontonan tapi juga mengandung tuntunan.

"Tentu dalam sandiwara ini ada values atau nilai-nilai yang bisa diambil. Yang bisa meningkatkan karakter dalam kehidupan, dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bisa jauh lebih baik," ungkap Herman.

Herman mengungkapkan, pertunjukan sandiwara yang digelar juga sebagai bentuk apresiasi terhadap salah satu tokoh seni Sumedang yang bernama Miss Tjitjih.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Imam Hadi Purnomo mengatakan, pagelaran yang digelar tidak lain untuk melestarikan dan mengembangkan seni budaya di tanah air.

"Jakarta sebagai ibu kota sampai saat ini kita membina berbagai seni pertunjukan dari berbagai daerah. Salah satunya dari budaya Sunda," ungkap Imam.

Imam berharap dengan kolaborasi ini dapat terus menampilkan kelompok sandiwara Miss Tjitjih yang sudah berusia hampir 100 tahun.

"Mudah-mudahan dengan suport dari Pak Pj Bupati Herman dan masyarakat Sumedang bisa terus melestarikan kesenian Miss Tjitjih di Jakarta dan Indonesia. Saya berharap ada generasi penerus dan ada kerja sama lanjutan untuk ke depannya dalam regenerasi pemain Miss Tjitjih," katanya

Pertunjukan Sandiwara Miss Tjitjih di Asia Plaza menampilkan kisah komedi-horor tentang seorang pemuda pekerja keras dan jujur bernama Tisna yang berniat ingin membahagiakan kekasihnya bernama Acih. Setelah menikah, keduanya pindah ke Jakarta lalu menempati sebuah rumah yang ternyata angker.

(mso/mso)


Hide Ads