Cerita Lain dari Kesenian Berokan Khas Pantura Jabar

Kabupaten Cirebon

Cerita Lain dari Kesenian Berokan Khas Pantura Jabar

Ony Syahroni - detikJabar
Sabtu, 07 Okt 2023 17:00 WIB
Kesenian Berokan
Kesenian Berokan (Foto: Ony Syahroni/detikJabar)
Cirebon -

Di wilayah Pantura Jawa Barat ada satu kesenian tradisional yang dikenal dengan nama Berokan. Dahulunya, kesenian tradisional ini cukup mudah ditemukan di wilayah Cirebon, Indramayu, dan sekitarnya.

Berokan sendiri adalah sebuah kesenian tradisional yang menggunakan alat utama berupa semacam topeng berbentuk kepala binatang. Topeng kepala binatang itu dibuat dengan menggunakan bahan kayu serta dilengkapi kain sebagai penutup tubuh.

Sepintas, Berokan ini memiliki kemiripan dengan kesenian Barongsai khas Tionghoa. Namun jika diperhatikan lebih detail, penampakannya memiliki perbedaan. Baik secara bentuk maupun cara memainkannya.

Kesenian ini dimainkan oleh seorang dalang yang masuk ke dalam Berokan. Kemudian saat melangsungkan pertunjukan, Berokan ini juga akan mengeluarkan suara khas sebagai caranya untuk berkomunikasi.

Adapun suara yang dihasilkan yaitu seperti suara terompet. Suara tersebut berasal dari sebuah benda kecil yang diletakkan di dalam mulut sang dalang.

Yang menarik, selain jadi hiburan rakyat, kesenian Berokan ini juga ternyata mitos yang berkembang seperti dapat menyembuhkan penyakit hingga meruwat rumah atau tempat tinggal.

Ruwat di sini yaitu berarti prosesi untuk menghilangkan hal-hal negatif. Namun dalam kesenian ini, yang menjadi objek untuk prosesi ruwat adalah sebuah rumah yang akan ditempati oleh pemiliknya.

detikJabar sempat berbincang-bincang dengan salah seorang pria yang keseharian berprofesi sebagai dalang dari kesenian Berokan. Ia adalah Ahmad (38), warga Desa Lungbenda, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon.

Saat ditemui di kediamannya, pria yang akrab disapa Kang Amok itu pun menuturkan beragam cerita dari pengalamannya selama menjadi dalang Berokan.

Sejauh ini, ia mengaku kerap menampilkan kesenian Berokan ini di sejumlah acara. Seperti hajatan, festival, dan di beberapa acara-acara lainnya.

Selain itu, Kang Amok juga sering menampilkan kesenian ini dengan cara berkeliling dari rumah ke rumah yang ada di sejumlah desa. "Memang sebagian masyarakat ada yang percaya jika Berokan ini bisa menyembuhkan penyakit. Biasanya ada saja orang yang menyiapkan air dan minta didoakan sama si Berokan," ucap dia belum lama ini.

"Pernah waktu ngamen di suatu daerah di Cirebon itu ada yang minta alamat. Jadi dia mau datang ke sini mau minta bikin air Berokan," tambah dia.

Selain dipercaya bisa menyembuhkan penyakit, bagi sebagian masyarakat, Berokan juga diyakini bisa mengusir atau menjauhkan hal-hal negatif melalui prosesi yang dikenal dengan istilah ruwatan.

Hal ini juga yang pernah dilakukan oleh Kang Amok yang berprofesi sebagai dalang Berokan. Ia mengaku pernah diminta untuk meruwat sebuah rumah yang akan ditempati oleh pemiliknya.

"Waktu di Indramayu saya pernah dipanggil untuk meruwat rumah. Jadi rumah itu sebelumnya kosong. Jadi minta dibersihkan dulu sebelum ditempati sama pemiliknya," ucap Kang Amok.

Pandangan Pemerhati Budaya soal Kesenian Berokan

Pemerhati Budaya Cirebon, Akbarudin Sucipto mengatakan, Berokan merupakan satu dari sekian banyaknya kesenian yang dimiliki oleh beberapa daerah di wilayah Pantura. Termasuk Cirebon.

Dalam kesenian ini, kata dia, memang ada sebagian masyarakat yang meyakini jika Berokan memiliki beberapa kelebihan lain. Seperti diyakini bisa menyembuhkan penyakit hingga meruwat sebuah rumah.

Akbar menilai, hal tersebut terjadi karena adanya sugesti dari masyarakat hingga akhirnya mereka meyakini jika kesenian Berokan ini memiliki kelebihan-kelebihan tersebut.

"Kalau saya memandang, hampir di semua ragam kesenian tradisi Cirebon itu sarat dengan pesan-pesan moral, pesan-pesan sosial, bahkan pesan-pesan agama," kata Akbar saat berbincang dengan detikJabar.

"Cuma karena (Berokan) ini dilakukannya dengan pendekatan budaya, yang artinya itu sangat dimungkinkan untuk kemudian menguatkan relasi hubungan antar manusia, maka secara psikologi yang terjadi itu sugestifitas atau kepercayaan berlebih," tambah dia.

Untuk itu, sebagai pemeluk agama, Akbar sendiri mengimbau masyarakat agar tetap menempatkan keyakinan hanya kepada Tuhan ketika sedang meminta pertolongan maupun yang lainnya. Meskipun doa atau permohonan itu dilakukan melalui perantara kesenian Berokan.

"Mungkin bahwa kesembuhan itu akan datang, jalannya kan bisa dari mana saja. Tapi ketika kita berdoa tetap kepada Tuhan yang Maha Kuasa," kata Akbar.

"Jadi ketika kita punya keyakinan dan menganggap bahwa Berokan itu misalnya bisa menyembuhkan, kalau bagi saya, semoga itu masuk kategorinya doa kita," kata dia menambahkan.

Di sisi lain, Akbar menyebut, jika Cirebon merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki banyak kesenian warisan budaya. Hanya saja, di tengah beragamnya kesenian yang dimiliki oleh daerah berjuluk 'Kota Udang' ini, seharusnya dapat diimbangi dengan tingkat pengetahuan masyarakat.

Akbar menilai hal ini penting agar masyarakat tidak memiliki sugesti terhadap kesenian-kesenian yang ada di Cirebon. Seperti sugesti terhadap kesenian Berokan yang diyakini oleh sebagian masyarakat dapat menyembuhkan penyakit dan sebagainya.

"Kalau saya melihatnya, kita yang hidup di Cirebon sekarang ini terlalu banyak menikmati warisan-warisan kesenian budaya. Sementara transformasi knowledge (pengetahuan)-nya itu lambat. Jarang ketemu orang yang ngerti, yang paham dan mau menerangkan," kata Akbar.

"Jadi ketika (masyarakat) ditanya kenapa melakukan itu, jawabannya pasti sing bengene mengkonon (dari dulunya begitu)," demikian Akbar.

(iqk/iqk)


Hide Ads