Berokan ini adalah sebuah kesenian tradisional yang menggunakan alat utama berupa semacam topeng berbentuk kepala binatang. Topeng kepala binatang itu dibuat dengan menggunakan bahan kayu yang dilengkapi kain sebagai penutup tubuh.
Dalam praktiknya, kesenian ini dimainkan oleh seorang dalang yang nantinya akan masuk ke dalam Berokan tersebut. Saat melakukan pertunjukan, Berokan ini pun akan ditemani oleh satu orang laden.
Laden di sini adalah orang yang bertugas menjadi lawan bicara bagi si Berokan. Saat melakukan percakapan, Berokan akan mengeluarkan suara khasnya yang terdengar seperti terompet. Suara tersebut berasal dari sebuah benda kecil yang diletakkan di dalam mulut dalang Berokan.
Selama pertunjukan, kesenian ini juga turut diiringi oleh alunan musik khas yang dimainkan oleh beberapa orang personel. Alat-alat musik yang biasa digunakan dalam pertunjukan kesenian Berokan ini pun terbilang cukup sederhana.
Adapun alat-alat musik tersebut di antaranya seperti dog-dog atau kendang, kening, dan kecrekan. Alat-alat musik itu akan terus dimainkan selama pertunjukan Berokan berlangsung.
detikJabar sempat berbincang-bincang secara langsung dengan seorang dalang dari kesenian Berokan ini. Ia adalah Ahmad (38), warga Kabupaten Cirebon.
Saat ditemui di kediamannya di Desa Lungbenda, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, pria yang akrab disapa Kang Amok itu pun banyak menjelaskan tentang kesenian Berokan yang selama ini ia geluti.
Ia menyebut, Berokan adalah sebuah kesenian tradisional yang dahulunya banyak ditemukan di beberapa daerah yang ada di wilayah Pantura Jawa Barat. Seperti Cirebon, Indramayu dan beberapa daerah lainnya.
Dilihat dari tampilannya, kesenian Berokan ini memiliki bentuk yang menggambarkan sosok binatang. Khusus Berokan yang dimiliki Kang Amok, tampilannya terdiri dari beberapa unsur binatang. Seperti macan, ikan, dan kambing.
"Kalau dilihat dari wajahnya, Berokan itu seperti macan. Di wajahnya itu ada sisik, itu menggambarkan ikan. Kemudian dari tubuhnya itu menggambarkan kambing," ucap Kang Amok belum lama ini.
Saat beraksi, ada beragam karakter yang biasa ditampilkan oleh Berokan. Terkadang ia akan bertingkah lucu, namun tidak jarang juga dia akan bergerak cepat hingga mengagetkan para penonton.
Baca juga: Cuan Gede dari Bisnis Perencana Pernikahan |
"Karakter Berokan memang macam-macam. Kadang dia lucu, kadang lincah, kadang seram sampai bisa bikin kaget penonton," kata Kang Amok.
Ritual Sebelum Pertunjukan
Meski hanya sebuah kesenian, namun untuk memainkan atau menampilkan Berokan ini ada beberapa ritual khusus yang biasa dilakukan oleh dalang beserta para pemain lainnya. Hal itu juga yang biasa dilakukan oleh Kang Amok bersama rekan-rekannya.
Sebelum melakukan pertunjukan, Kang Amok akan lebih dulu menyiapkan sesaji atau sesajen yang terdiri dari berbagai macam minuman hingga buah-buahan. Selain itu, ia juga kerap membakar kemenyan atau dupa sebelum menampilkan pertunjukan.
"Sebelum main atau pentas, ada ritualnya. Kita biasa menyiapkan sesajen. Isinya macem-macem minuman, kaya kopi, kelapa, dan lain-lain. Terus juga kita biasa membakar kemenyan kalau tidak ya dupa," terang Kang Amok.
Setelah sesajen dan beberapa keperluan lainnya disiapkan, prosesi selanjutnya adalah pembacaan doa. Setelah itu, pertunjukkan Berokan pun baru bisa dimulai.
Selama mementaskan kesenian ini, Kang Amok mengaku seolah ada yang menggerakkan tubuhnya. Meski secara pikiran, ia mengaku sepenuhnya dalam keadaan sadar.
"Kalau pikiran sih sadar. Cuma kalau gerakan kaya ngikutin aja. Seperti lari ke sana, lari ke sini. Kalau pikiran sih sadar, cuma kalau gerakan itu seperti jalan sendiri," ucap dia.
Hingga kini, Kang Amok merupakan salah satu warga Cirebon yang masih menggeluti kesenian Berokan. Menurutnya, untuk saat ini, jumlah pemain atau pelaku kesenian Berokan tidak marak seperti dulu.
Maka tak heran jika kesenian ini sudah cukup jarang bisa ditemui. Kang Amok sendiri, selain biasa mentas di acara-acara tertentu, ia juga biasa memainkan kesenian ini dengan cara berkeliling dari kampung ke kampung.
"Kalau sekarang sudah terbilang jarang (pemain Berokan). Kalau di sini (Desa Lungbenda) cuma saya aja. Kalau di desa lain mungkin masih ada. Kalau saya sendiri selain tampil di acara-acara, biasanya saya keliling juga," ucap Kang Amok.
"Kalau sanggar seni sih banyak. Tapi untuk Berokan itu jarang. Tidak sebanyak seperti kesenian tari Topeng. Kalau Berokan itu mungkin sedikit," kata dia menambahkan.
(dir/dir)