Jalan Panjang Mie Akup Menolak Tergerus Zaman

Jalan Panjang Mie Akup Menolak Tergerus Zaman

Wisma Putra - detikJabar
Minggu, 09 Feb 2025 13:00 WIB
Mie Akup Bandung.
Mie Akup Bandung. Foto: Wisma Putra/detikJabar
Bandung -

Semangkuk mi yamin manis atau asin menjadi andalan kuliner satu ini, tak hanya mi, Anda juga akan diberi semangkuk kuah kaldu berisikan tiga butir bakso kecil, dua butir pangsit ayam, dua ceker ayam dan potongan sawi. Jika Anda melihat tampilan kuliner satu ini, Anda pasti akan menebak jika dua mangkuk yang dihidangkan adalah Mie Akup.

Bagi warga Kota Bandung, kuliner satu ini memang mungkin tak asing lagi, namun tidak banyak yang tahu dengan sejarah Mie Akup.

detikJabar berkesempatan berbincang dengan Muri Wibowo atau generasi kedua penerus Mie Akup di outlet-nya yang ada di Jalan Mekar Utama, Mekarwangi, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung, Selasa (4/2/2025). Muri mengatakan, Mie Akup didirikan sang ayah Haji Akup Sanroat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mie Akup sudah ada sejak tahun 1987, didirikan oleh almarhum bapak saya Haji Akup Sanroat," kata Muri membuka perbincangan.

Muri mengungkapkan, sebelum memiliki banyak outlet dan mitra, dulu ayahnya pernah bekerja di restoran mi, selain itu Akup juga pernah berjualan mi dengan menggunakan gerobak dan akhirnya membuka usaha sendiri. Pada saat itu perjalanan bisnisnya berjalan sukses hingga memiliki banyak mitra yang menjual Mie Akup dengan menggunakan gerobak.

ADVERTISEMENT

"Dulu ceritanya, beliau datang ke Bandung tahun 80-an awal kerja di pabrik mi. Jadi dulu kerja di restoran mi. Ada salah satu restoran mi di Bandung yang sekarang sudah nggak ada kayaknya. Namanya itu Mie Akong, di Jalan Pungkur," ungkapnya.

"Nah, tahun 1985-1987 itu mulai jualan sendiri. Jadi dulu jualan sendiri, jadi belum bikin mi. Masih jualan langsung di gerobak gitu. Min ngambil di salah satu rekan almarhum bapak dulu. Singkat cerita tahun 1985-1987-an itu baru mulai bikin pabriknya sendiri. Jadi sebetulnya Mie Akup ini bisnisnya pabrik mi, jadi yang gedenya sebetulnya pabriknya yang berlokasi di Jalan Muhammad Ramdhan," tambahnya.

Pada saat itu, Mie Akup selain dijual lagi ke pasar, restoran atau pedagang-pedagang mi ayam atau mi bakso datang ke tempatnya, Akup juga mengajak teman dan saudara-saudaranya di Majenang untuk berjualan Mie Akup dengan menggunakan gerobak di Kota Bandung.

"Akhirnya ngajakin lah teman-teman di kampungnya buat datang ke Bandung. Saudara-saudaranya datang ke Bandung, dari Majenang, dari area-area Cilacap. Nah, akhirnya dari tahun 1987 sampai tahun 1995-an awal tuh banyak tuh gerobak-gerobak Mie Akup," ujarnya.

Menurut Muri, sejak tahun 1995 sampai tahun 2000-an, gerobak Mie Akup semakin menjamur. "Jadi seingat saya tuh tahun 2000-an awal, gerobak Mie Akup di Bandung tuh hampir ada 100-an lebih," tuturnya.

Pedagang yang berjualan dengan gerobak itu merupakan mitra dari Akup. Pedagang-pedagang yang berjualan menggunakan gerobak itu diwajibkan membeli produk Mie Akup yang terdiri dari mi, bakso dan pangsit ayam. Seiring waktu berjalan, gerobak-gerobak ini sudah memiliki tempat mangkal sendiri hingga mereka membuat kios-kios Mie Akup sederhana.

Tahun 2000-2005 gerobak Mie Akup sudah memiliki tempat tetap, namun demikian masih banyak yang berjualan berkeliling di wilayah Kota Bandung hingga Cimahi. "Gerobakan nanti dia keliling, nah nanti di titik itu dia cari tempat mangkal tuh biasanya. Nah, kalau misalkan langganannya udah pada tau mangkal di mana, dia bakal tetap di situ. Para pedagang ini tersebar di wilayah Bandung-Cimahi," ucapnya.

Mie Akup Bandung. Muri Wibowo pemilik Mie Akup Bandung. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Buat Sistem Baru dan Sempat Merugi

Perjalanan bisnis memang tidak selalu mulus, hal itu dirasakan oleh H Akup Sanroat. Seiring berkembangnya waktu, Akup sempat membuat sistem bisnis baru dengan membuka banyak kemitraan melalui sistem franchise.

"Nah, dari tahun 2005 ke 2010, kita mulai sistem baru tuh waktu itu. Waktu itu kan lagi ramai-ramainya franchise deh, 2005 ke 2010 tuh. Zaman kebab-kebab itu kan, lagi-lagi banyaknya franchise. Nah, dari tahun itu kita juga sudah mulai pakai sistem franchise. Cuman, ya itu karena sistemasinya belum siap, dan secara managerial juga waktu itu belum oke. Akhirnya sistem franchise-nya banyak yang tutup juga waktu itu," terang Muri.

Tak hanya itu, bisnis Mie Akup yang dirintis sang ayah sempat mengalami vakum. Hal itu terjadi karena salah satu pegawai kepercayaannya membuka bisnis serupa dan mengambil langganan Mie Akup.

"Kita sempet agak vakum di Bandung. Karena waktu itu salah satu head production kita bikin pabrik sendiri waktu itu. Bikin pabrik sendiri, hampir 1/3 sampai 2/3 orderan kita diambil. Akhirnya kita mulai lagi dari 2015 ke 2016," tutur Muri.

Pada tahun 2016 itu, anak kedua H Akup Sanroat yakni Muri Wibowo ikut membantu bisnis sang ayah. Muri yang kala itu masih berusia 20-an, tanpa memiliki pengalaman bisnis, dan hanya memiliki pengalaman dari sang ayah, Muri pun ikut terjun membangun kembali bisnis sang ayah. Kehadiran Muri pun langsung memperbaiki sistem bisnis yang dilakukan sang ayah untuk menjadi lebih baik lagi.

"Saya mulai masuk, mulai bantu, mulai direformasi, diperbaharui sistemnya, manajerialnya, sampai sekarang. Sekarang kita alhamdulillah outlet pusat ada 7. Terus mitra kita hampir ada 60-an yang terdata yang ada di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Bandung Barat," ujarnya.

Menurut Muri, Mie Akup sempat ada di luar kota, namun outlet-nya tutup karena kerja sama bisnis yang dilakukan pada kala itu menggunakan sistem franchise yang belum matang sistem bisnisnya.

"Kita 2010 ke 2015 sempat keluar kota. Sempat keluar kota, sempat ada di Garut, sempat ada di Bogor, sempat ada di Tasikmalaya sama Bekasi. Cuman, itu tadi balik lagi karena sistem franchise waktu itu, sistem masih kita belum siap. Akhirnya banyak mitra-mitra franchise yang tutup waktu itu," paparnya.

Data Ulang Mitra Mie Akup

Tak berhenti di sana, Muri juga melakukan pendataan gerobak-gerobak mitra Mie Akup. Dia juga sedikit demi sedikit membuat aturan baru bagi mitra, agar bisnis peninggalan ayahnya ini terus berkelanjutan. Mitra yang jumlahnya mencapai 100-an, kini tinggal 60-an.

"Kita data awal tuh. Data ulang tuh si gerobak-gerobak ini. Jadi kan sebetulnya dulu, yang mau pakai brand Akup itu, yang penting pakai produk dari brand Akup semua. Mi, bakso, sama pangsit nih. Akhirnya mereka boleh tuh pakai brand Akup. Makanya dulu, Mie Akup sempet banyak banget di Bandung, karena asumsi orang-orang mau dagang tuh, ya udah yang penting kita pakai produknya mereka, dan mereka boleh pakai brand-nya," jelasnya.

"Nah, 2015-an ke sini kita ubah tuh aturannya. Kalau misalkan kita mau jualan Mie Akup, ada aturannya, ada standarnya, ada SOP-nya, ada biaya-biayanya. Makanya dari 2015-an sampai sekarang, kita ga ada lagi buka kemitraan. Ga ada lagi yang buka-buka cabang di luar sepengetahuan dari pusat, gitu, yang terdata ada 60-an sampai sekarang," tambahnya.

Tahun 2024 lalu, Haji Akup Sanroat tutup usia. Muri yang kini meneruskan usaha keluarganya itu memiliki tugas untuk mempertahankan bisnis sang ayah dan tetap meramaikan dunia kuliner khususnya di Kota Bandung meski tantangannya sangat luar biasa.

"Wah tantangannya sekarang luar biasa nih kalau dulu almarhum pernah bilang gini, 'Zaman dulu orang mau dagang males, dulu mau dagang gengsi, orang-orang lebih memilih untuk kerja di BUMN jadi PNS awal tahun 90-2000-an orang mau dagang tuh males.'. Cuman sekarang semua orang mau dagang, semua orang mau jualan, semua orang mau usaha, itu jadi tantangan tersendiri juga buat kita, apalagi sekarang dengan dengan brand-brand kekinian semakin banyak akhirnya kita harus bisa menyesuaikan, tapi ya saya optimis dengan tim bisa melewati," pungkasnya.

(wip/sud)


Hide Ads