Masyarakat Bangbayang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, menggelar tradisi Hajat Lembur Kuring. Tradisi yang digelar setiap setahun sekali pada Muharram ini berlangsung meriah.
Ada empat bagian kegiatan dalam tradisi Hajat Lembur Kuring tersebut. Diawali dengan ritual nyekar di makam karuhun alias leluhur. Dari anak-anak sampai orang tua, semua berangkat ke Situs Makam Pasir Tangkil. Di situs tersebut terdapat makam tokoh sesepuh kampung bernama Ki Demang Jamaludin.
Setelah selesai nyekar, masyarakat berkumpul di lapangan salah satu madrasah. Di lokasi itu, masyarakat menggelar anjangan. Masyarakat dari 10 RT (rukun tetangga) berbaur saling bertukar makanan tradisional zaman dulu yang disajikan pada setiap stand. Jenis makanan tradisional itu terdiri 5 manis dan 5 asin, seperti getuk, orog, kolobot dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu acara disambung dengan Samenan. Dimana masyarakat dari setiap RT menampilkan kesenian tradisional. Seperti jaipongan, bobodoran, silat, daging hingga wayang. Tujuannya sebagai salah satu hiburan masyarakat sembari menyantap aneka makanan tradisional.
Terakhir, tradisi ditutup dengan Mopoek. Masyarakat Dusun Bangbayang Kidul diharuskan mematikan listrik di rumahnya dari mulai setelah Magrib sampai Isya. Sehingga kondisi kampung akan gelap gulita atau dalam bahasa Sundanya poek.
![]() |
Kepala Desa Bangbayang Asep Riky Darmawan mengatakan Tradisi Hajat Lembur Kuring sudah berlangsung lama dan turun-temurun. Namun karena ada persoalan, tradisi itu sempat berhenti cukup lama.
"Sejak 3 tahun ini kami membangkitkan kembali tradisi ini. Mengingat tradisi ini memiliki banyak makna, khususnya untuk bekal para generasi penerus," ujar Asep kepada detikJabar, Selasa (1/8/2023).
Asep menjelaskan, nilai yang terkandung dalam tradisi nyekar adalah ungkapan terima kasih kepada leluhur. Mendoakan leluhur kampung yang berjasa untuk menjaga dan membangun Bangbayang.
"Mengingat dan mendoakan leluhur, jangan sampai kita seolah kacang lupa sama kulitnya. Ungkapan terima kasih kepada pendahulu kita dengan cara mendoakannya," jelasnya.
Kemudian dalam tradisi anjangan, sebagai makhluk sosial, masyarakat tentunya harus menjaga hubungan dengan cara silaturahmi. Masyarakat dapat merasakan makanan satu sama lain, menunjukkan rasa kebersamaan dan guyub.
"Jadi masyarakat antar RT bisa saling merasakan makanan satu sama lainnya, mendatangi setiap stan RT. Untuk samenan, tujuannya lebih kepada hiburan dan pelestarian budaya kesenian Sunda," tuturnya.
![]() |
Sedangkan untuk Mopoek, mengingatkan pada masa lalu sebelum era modern. Masyarakat tidak mengenal adanya listrik yang membuat kondisi kampung gelap gulita. Penerangan yang ada hanya memanfaatkan api obor dan sejenisnya.
"Mopoek ini memberikan pelajaran kepada generasi penerus agar bersyukur dengan kemajuan zaman saat ini. Adanya listrik, alat elektronik dan lainnya harus dimanfaatkan dengan baik," katanya.
Asep pun mengapresiasi kegiatan kebudayaan yang di gagas oleh Karang Taruna IRABA. Menurutnya, sebagai generasi penerus jangan hanya menjadi penikmat sejarah tapi harus menjadi bagian dari sejarah.
Sementara itu, Ketua Karang Taruna IRABA Desa Bangbayang Nanang mengucapkan terima kasih kepada semua masyarakat yang telah mendukung tradisi tersebut.
"Semoga Tradisi Hajat Lembur Kuring ini ke depan bisa lebih meriah lagi," pungkasnya.
(orb/orb)