Pada bulan Rabiul Awal atau Mulud banyak tradisi diadakan di sejumlah situs budaya. Salah satunya tradisi jamasan atau mencuci pusaka peninggalan Bupati Galuh RAA Kusumadiningrat di Situs Jambansari, Kabupaten Ciamis.
Tradisi jamasan sudah dilakukan sejak dulu secara turun-temurun. Awalnya, tradisi ini dilaksanakan terbatas, hanya diikuti oleh keluarga dan kerabat. Namun kini dapat diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat. Hadir dalam tradisi ini, budayawan, keturunan Galuh, komunitas hingga siswa sekolah dan masyarakat.
Baca juga: 4 Mitos Ibu Hamil di Sunda Saat Gempa Bumi |
Proses tradisi diawali dengan kirab pusaka dari Keraton Selagangga menuju Situs Jambansari Ciamis. Sebanyak delapan pusaka tedirir dari keris betok, tumbak, keris, dan pedang dibawa oleh kerabat atau keluarga RAA Kusumasiningrat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pusaka lalu diserahkan kepada kuncen Situs Jambansari. Kemudian pusaka itu diserahkan kepada petugas jamasan yang juga merupakan keluarga atau kerabat Bupati Galuh.
Benda pusaka itu kemudian dicuci menggunakan air yang bersumber dari delapan mata air. Kedelapan mata air itu yakni Jambansari, Karangkamulyan, Pulo Majeti, Ciomas, Cakradewa Panjalu, Tumenggung Wira, Adikusuma, Gunung Galuh, dan Situs Gandoang.
![]() |
Mulanya pusaka dimasukan ke dalam air, lalu digosok menggunakan jeruk nipis. Setelah itu dimasukan ke tempat pembersihan yang berisi air dan bunga. Selanjtnya, pusaka dikeringkan atau di lap, selanjutnya diasapi atau digarang dengan dupa, lalu diberi wangi-wangian. Setelah selesai disimpan di tempat penyimpanan khusus supaya kering sempurna sebelum disimpan lagi di Museum Galuh.
"Untuk jamasan ini membersihkan delapan pusaka inti. Kalau seluruhnya ada ratusan. Intinya untuk menjaga tradisi dan merawat peninggalan sesepuh kami," ujar Ketua Yayasan Koesoemadiningrat R Adi Gardjita, Rabu (25/9/2024).
Adi menyebut, tradisi jamanasan ini harus terus dilestarikan. Supaya generasi mendatang mengetahui adat budaya yang harus terus dijaga.
Sementara itu, Sekretaris Disbudpora Ciamis Ega Anggada mengapresiasi atas digelarnya Tradisi Jamasan pusaka ini setiap tahun. "Dengan tradisi ini, minimal menginformasikan tentang sejarah Galuh. Ke depan dapat memberikan kebanggan dan juga motivasi untuk generasi muda," jelasnya.
![]() |
Ega menjelaskan, di Kabupaten Ciamis banyak terdapat situs budaya atau kabuyutan. Hampir di seluruh pelosok Ciamis terdapat situs. Masyarakat di sekitar situs itu terus memelihara dan menjaga tradisi budaya. Seperti Tradisi Jamasan, Merlawu, Hajat Bumi dan lainnya.
"Kami dari pemerintah daerah tentunya mendorong masyarakat untuk terus melestarikannya. Ini sebagai bentuk pelestarian budaya," pungkasnya.
(orb/orb)