Menjaga Tradisi Pembuatan Kertas Tradisional di Ciamis

Menjaga Tradisi Pembuatan Kertas Tradisional di Ciamis

Dadang Hermansyah - detikJabar
Senin, 24 Feb 2025 07:00 WIB
Proses pembuatan kertas daluang di Ciamis
Proses pembuatan kertas daluang di Ciamis (Foto: Istimewa)
Ciamis -

Rumah Naskah Nusantara konsisten dalam menjaga kelestarian manuskrip kuno. Tak hanya itu, Rumah Naskah Nusantara juga berupaya menjaga tradisi pembuatan kertas tradisional yakni kertas daluang di Pesantren di Kabupaten Ciamis.

Gunari Putra Erisman (Kang Gun Gun), Ketua Yayasan Rumah Naskah Nusantara, menjelaskan daluang merupakan sarana pendukung utama bagi penulisan naskah atau tradisi tulis di beberapa wilayah Nusantara. Terutama pada masa Pra-Islam.

Pada zaman dulu, daluang merupakan bahan pakaian para pertapa atau kelengkapan upacara keagamaan. Dalam masyarakat Sunda, daluang merupakan kertas yang berasal dari kulit pohon saeh. Nama latin dari pohon ini adalah Broussonetia papyrivera Vent yang dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan sebutan paper mulberry.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kulit pohon ini selain digunakan sebagai media tulis, juga digunakan sebagai media lukis. Lembaran yang dihasilkan memiliki kekuatan, dan ketahanan dalam jangka waktu yang tahan lama, bahkan menghasilkan permukaan yang relatif dasar.

Proses pembuatan kertas daluang di CiamisProses pembuatan kertas daluang di Ciamis Foto: Istimewa

Kegiatan workshop pembuatan kertas daluang ini diselenggarakan di Pondok Pesantren An-Nasuhi, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis. Diikuti oleh santri dan siswa SMP dan SMA. Hadir juga KNPI Cipaku, NU, guru, mahasiswa, komunitas Nonoman Galuh, Panukawan Picture dan Komunitas Akar dari Kuningan.

ADVERTISEMENT

Gun Gun menjelaskan, pembuatan kertas daluang ini merupakan salah satu kegiatan dari Program Pemanfaatan Hasil Kelola Dana Abadi Kebudayaan Tahun 2025 Kategori Dukungan Instistusional Bagi Keberlanjutan Organisasi Kebudayaan Yayasan Rumah Naskah Nusantara.

"Pemanfaatan daluang sebagai media dalam tradisi tulis menulis lebih terlihat di masa Islam. Penggunakan kertas daluang sedemikian memasyarakat khususnya untuk keperluan praktis sehari-hari di lingkungan pesantren dan kebutuhan administrasi pemerintah lokal," ujar Kang Gun Gun, Minggu (23/2/2025) kepada detikJabar.

Kata Gun Gun, sebagian besar naskah-naskah pada masa Islam ditulis dengan media daluang. Hal tersebut telah menjadi bukti sejarah kejayaan kertas ini di masa lampau dan sekaligus menjadi catatan tersendiri atas pengetahuan nenek moyang.

"Ini merupakan upaya untuk mengenalkan atau menghidupkan kembali tradisi masa lampau kepada generasi muda," jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Rumah Naskah Nusantara menghadirkan Kardono, sebagai tutor. Yakni praktisi kertas Daluang yang berasal dari Indramayu. Para peserta terlihat antusias untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sejarah dan proses bagaimana pembuatan kertas tradisional bernama Daluang tersebut.

Proses pembuatan kertas daluang di CiamisProses pembuatan kertas daluang di Ciamis Foto: Istimewa

Para peserta mempraktekkan dari mulai proses mengupas batang pohon Saeh, sampai proses mengeringkan dan jadilah kertas daluang yang sudah siap pakai.

"Popularitas Daluang saat ini sangat asing di masyarakat. Kami merasa bertanggungjawab untuk memelihara warisan budaya leluhur yang sangat bernilai tinggi itu melalui berbagai kegiatan penyelamatan dan pelestarian salah satunya dengan kegiatan workshop pembuatan kertas daluang ini," teganya.

"Keberadaan daluang sebagai tradisi yang berkembang di pesantren, saat ini sudah mulai tidak dikenal. Kami berupaya mengembalikan tradisi yang hampir hilang, untuk bisa dirasakan kebermanfaatannya bagi kehidupan masa kini," tambahnya.

Sementara itu, Kiai Emil Saefulmilah, Ketua Yayasan Nurul Hikmah mengaku gembira dengan adanya kegiatan pembuatan kertas Daluang tersebut. Menurutnya santri-santri, siswa juga generasi muda saat ini wajib mengenal tradisi leluhur yang sampai saat ini keilmuan dan kebermanfaatannya dapat dirasakan.

"Di mana gempuran globalisasi dan digitalisasi semakin kencang, generasi muda harus mempunyai dasar keagamaan yang kuat dan pengetahuan budaya yang luas," pungkasnya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads