Sebuah batu berukuran besar di Situs Kliwon Maleber, Kabupaten Ciamis, menyerupai seekor katak. Warga menyebutnya Batu Bangkong. Konon batu ini memiliki kekuatan magis yang bisa berpindah sendiri, tapi tak mau dipindahkan oleh orang.
Batu Bangkong ini berada di pinggir Makam Eyang Kliwon, seorang penjaga Galuh. Ukurannya cukup besar dengan tinggi sekitar 50 sentimeter. Sekilas batu itu sangat mirip seperti seekor katak yang sedang posisi diam. Nampak ada bulatan seperti mata di bagian atasnya dan punggungnya yang melengkung khas seekor katak.
Konon Batu Bangkong itu sudah ada sejak dahulu, bahkan sewaktu Eyang Kliwon masih hidup saat bertugas menjaga pintu masuk batas kota. Batu itu terlihat bersih meski tidak ada yang membersihkannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pegiat Budaya, Ilham Purwa yang juga warga Kelurahan Maleber mengatakan cerita mitos Batu Bangkong bisa berpindah sendiri sudah ada sejak lama. Bahkan masyarakat setempat tidak ada yang berani memindahkan batu tersebut.
"Batu Bangkong ini sudah merupakan ciri khas Situs Kliwon Maleber. Cerita bisa berpindah sendiri sudah berkembang cukup lama. Berpindahnya hanya di sekitar makam saja dari sisi ke sisi," ujar Ilham belum lama ini.
![]() |
Ilham bercerita, sempat ada orang luar daerah setempat yang membawa Batu Bangkong untuk dibawa pulang. Namun beberapa hari kemudian orang itu mengembalikan Batu Bangkong itu ke area makam.
"Katanya setelah membawa Batu Bangkong itu ada gangguan gaib, ada sosok yang meminta batu itu dikembalikan ke tempat semula. Hanya memang sosok itu tidak diceritakan dengan jelas," ungkapnya.
Kemudian ada juga warga yang tidak mengetahui dan mencoba memindahkan Batu Bangkong itu ke luar area makam Eyang Kliwon. Namun keesokan harinya Batu Bangkong itu kembali ke area makam.
"Batu Bangkong ini hanya ada di situs ini. Di dekatnya juga terdapat sebuah baru yang berdiri atau Batu Lingga. Batu itu biasanya peninggalan zaman dulu yang belum diketahui asal muasalnya," ucapnya.
Ilham menyebut terlepas dari mitos memiliki magis atau tidak pada Batu Bangkong yang dapat berpindah itu, ada hikmah yang dapat diambil. Bahwa setiap orang harus menghargai dan menghormati peninggalan dan budaya leluhur.
"Arti dari pamali itu sendiri adalah jangan merubah atau merusak. Larangan itu memang bertujuan untuk pelestarian," jelasnya.
Menurut Ilham, di Maleber ini terdapat sejumlah situs bersejarah yang mulai terlupakan. Alasan di Maleber ini terdapat Jalan Siliwangi dan Jalan Kiansantang adalah karena kental akan sejarah.
(iqk/iqk)