Segarnya Mie Kopyok Pak Dhuwur, Kuliner Semarang yang Eksis Sejak 1970

Segarnya Mie Kopyok Pak Dhuwur, Kuliner Semarang yang Eksis Sejak 1970

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Minggu, 13 Jul 2025 11:32 WIB
Suasana Mie Kopyok Pak Dhuwur yang beralamat di Jalan Tanjung, No 18 A, Kelurahan Pandansari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Minggu (13/72025).
Suasana Mie Kopyok Pak Dhuwur yang beralamat di Jalan Tanjung, No 18 A, Kelurahan Pandansari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Minggu (13/72025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Kota Semarang memiliki beragam kuliner khas yang patut dicoba. Salah satunya mi kopyok, mi yang jadi langganan pejabat dan warga Semarang yang sudah eksis sejak 1970-an.

Asap mengepul dari panci besar saat tangan cekatan seorang pria menuangkan mi kuning dan tauge ke dalam mangkuk. Di ruang makan sederhana yang selalu penuh, pelanggan tampak menikmati seporsi mi kopyok dengan kuah bening dan sambal kacang yang khas.

Suasana itulah yang setiap hari bisa dijumpai di Mie Kopyok Pak Dhuwur, yang berlokasi di Jalan Tanjung, No 18 A, Kelurahan Pandansari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kebetulan habis olahraga, karena santai di hari libur ini jadi sekalian mampir ke Mie Kopyok Pak Dhuwur," kata Fatimah (32), salah satu pengunjung, Minggu (13/7/2025).

Bagi Fatimah yang datang bersama keluarga kecilnya itu, mi kopyok jadi pilihan sarapan favorit karena ringan dan hangat. Ia memilih menu mie kopyok tanpa lontong.

ADVERTISEMENT

"Memang langganan di sini sih, soalnya menurutku cocok buat sarapan. Anget-anget dan nggak terlalu berat karena bukan nasi, tapi mi," ujar Fatimah.

Sementara itu, Andi (29), pengunjung asal Surabaya, baru pertama kali mencicipi mi kopyok setelah direkomendasikan teman kantornya saat tugas kerja di Semarang.

Suasana Mie Kopyok Pak Dhuwur yang beralamat di Jalan Tanjung, No 18 A, Kelurahan Pandansari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Minggu (13/72025).Suasana Mie Kopyok Pak Dhuwur yang beralamat di Jalan Tanjung, No 18 A, Kelurahan Pandansari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Minggu (13/72025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

"So far (sejauh ini) enak sih, kayaknya pernah makan ini tapi nggak tahu kalau namanya mi kopyok. Atau mungkin di luar kota namanya beda," ungkapnya.

Ia juga mengaku baru selesai berolahraga di Simpang Lima Kota Semarang. Menurutnya, lokasi Mie Kopyok Pak Dhuwur yang berada di temgah kota juga cukup strategis untuk menggaet pelanggan dari wisatawan.

"Lokasinya nggak jauh dari kota, haeganya juga terjangkau, jadi recommended lah," ujarnya.

Narno (45), generasi kedua penerus usaha ini, tak henti-hentinya melayani pembeli bersama para pegawainya. Ia melanjutkan jejak mendiang ayahnya, Harso Dinomo, yang dilu dikenal sebagai penjual keliling dengan tubuh jangkung. Ciri khas itu yang akhirnya menjadi jenama kuliner ini.

"Dulu sejak 1970, Bapak keliling bawa pikulan. Karena posturnya tinggi, pelanggan manggil 'Pak Dhuwur' biar beda sama tukang mi kopyok yang lain," kata Narno saat ditemui detikJateng di warungnya.

Awalnya, Pak Dhuwur berjualan keliling di kawasan Pandansari, Sekayu, dan Jalan Thamrin. Barulah pada tahun 1990-an, ia menetap di sebuah lapak pujasera milik PLN. Saat lokasi itu ditutup, lapak dipindah ke trotoar, lalu akhirnya menetap di lokasi yang kini menjadi warung permanen itu.

"Tempatnya dari dulu ya kayak gini, cuma sempat sampai di halaman depan. Sekarang yang punya inginnya halaman depan dikosongi, jadi masuk ke dalam," jelas Narno.

Di dalam warung, suasana ramai tak pernah reda. Pelanggan dari berbagai usia memadati meja-meja kayu kecil sejak warung dibuka pukul 08.00 WIB pagi tadi. Aroma kuah bawang, campuran seledri, dan kecap khas Semarang menguar di udara.

Kata 'kopyok' sendiri memiliki arti 'diaduk', sama dengan cara memakan mi kopyok ini. Mie Kopyok Pak Dhuwur terdiri dari mi kuning basah, lontong, tauge, tahu pong, kerupuk gendar, dan kuah gurih ringan. Tersedia pula sambal kacang, yang bisa menciptakan rasa yang lebih nendang.

"Nggak ada resep rahasia, sih. Bahannya sama kayak mi kopyok lain, cuma mungkin racikan Bapak itu cocok di lidah orang. Dan konsisten dari dulu," ujar Narno.

Menu mi kopyok dibanderol hanya Rp 15.000 per porsi. Warung mi ini juga sudah punya cabang di berbagai titik, termasuk di Srondol, Pujasera Kiai Saleh, dan dua cabang di Istana Buah. Mie Kopyok Pak Dhuwur baru tutup sekitar pukul 16.00 WIB.

Suasana Mie Kopyok Pak Dhuwur yang beralamat di Jalan Tanjung, No 18 A, Kelurahan Pandansari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Minggu (13/72025).Suasana Mie Kopyok Pak Dhuwur yang beralamat di Jalan Tanjung, No 18 A, Kelurahan Pandansari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Minggu (13/72025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

"Biasanya sehari bisa habis 200 porsi. Kalau weekend banyak yang dari luar kota. Ada yang dari Jakarta, Jogja, sampai luar Jawa. Katanya sih langganan dari dulu, kangen rasa Mie Kopyok Pak Dhuwur," ujarnya.

Narno pun berharap mi kopyok tetap dikenal sebagai kuliner otentik khas Semarang yang tidak tergeser tren makanan luar negeri yang terus membanjiri pasar.

"Mi kopyok cuma ada di Semarang, di kota lain mungkin ada makanan serupa tapi namanya bukan mi kopyok," kata Narno.




(ahr/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads