Rostia Setiawati, Berawal Iseng Jualan Jasuke Kini Jadi Sumber Cuan

Kabupaten Pangandaran

Rostia Setiawati, Berawal Iseng Jualan Jasuke Kini Jadi Sumber Cuan

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Selasa, 01 Okt 2024 05:00 WIB
Rostia saat berjualan di CFD Pangandaran
Rostia saat berjualan di CFD Pangandaran. (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar)
Pangandaran -

Tak pernah terbayangkan sebelumnya, jika iseng jualan malah kebablasan menghasilkan cuan. Seperti yang dirasakan Rostia Setiawati (30) warga Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran, kini sukses jualan jagung susu keju atau Jasuke dan memiliki banyak cabang. Namun, perjalanan meniti karier di dunia usaha tidaklah mudah untuk dijalani. Rostia sendiri yang merasakan kondisi tersebut.

Jauh sebelum terjun ke dunia usaha kuliner, rupanya ia bekerja sebagai marketing dan leasing di salah satu dealer motor dan mobil di Kabupaten Pangandaran. Ia bekerja sebagai leasing sejak tahun 2014 hingga memutuskan keluar tahun 2017. Setelah memutuskan pamit dari pekerjaan sebelumnya, Rostia memulai kehidupan baru hingga menikah dengan pria idamannya pada tahun 2017. Dari situlah ia mulai kehidupan baru.

Rostia mengatakan memulai usaha yang digeluti sekarang berawal dari minus. "Dulu mulainya sama suami mulai dari minus," kata Rostia saat berbincang dengan detikJabar di CFD Pangandaran, Minggu (30/9/2024) pagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, usahanya semula justru bukan jualan jasuke, tapi sambal dalam kemasan. Ia mengaku hal tersebut hanyalah iseng. "Dulu iseng sama suami bikin sambal dalam kemasan. Isinya aneka seafood yang ada di Pangandaran," ucapnya.

Ia mengatakan sambal seafood miliknya saat itu cukup diminati dan beberapa kali menerima pesanan. Saat itu ia mulai berjualan sambal pada tahun 2018. "Namun berjualan sambal saat itu tidak bertahan lama sampai sekitar tahun 2019," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Meski demikian, kata Rostia, waktu itu penjualan sambal nelayan dinilai cukup banyak pembelinya. Namun, tidak memenuhi kebutuhan keluarga. Sehingga, Rostia mengaku kembali memutar otak untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga. "Jadi dulu selama berdagang itu untuk nambah-nambah penghasilan hanya mengandalkan gaji suami yang waktu itu bekerja sebagai jurnalis di media lokal," ucapnya.

Menurut dia, perjalanan merintis usaha tidaklah mudah, apalagi jika tersendat oleh modal. "Gak mudah, bangun bisnis itu harus ulet," ucapnya.

Senang Wirausaha Sejak Kecil

Disela-sela perbincangan hangat soal usaha yang saat ini dijalani. Kepada detikJabar ia bercerita semasa kecilnya yang sudah piawai berjualan. Tinggal tak jauh dari Pantai Pangandaran membuat Rostia menjadikan itu sebuah peluang. Sejak duduk dibangku SD dia mengaku sering ikut berjualan di pesisir pantai Pangandaran. "Dulu jualan kopi minuman segar gitu untuk wisatawan. Ya sekitar kelas 6 SD kalo gak salah ada mungkin tahun 2005-2006," ucapnya.

Selain berjualan minuman, dia pun mengaku sambil mencari rongsok. "Karena memang dari kecil suka ya sama wirausaha, sampai saya pun jualan rongsok," ucapnya.

Seiring berjalannya waktu, tahun 2006 terjadi tsunami, Rostia pun mengaku saat itu kehilangan pendapatan meski masih diberi orang tua. Ia mengatakan sudah ingin mandiri sejak kecil. "Nah waktu setelah tsunami itu yang kemudian cari rongsokan, karena pantai sepi waktu itu," ujarnya.

Bangkit dari Keterpurukan

Rostia mengatakan setelah beberapa kali mencoba bidang usaha kuliner. Tahun 2020 COVID-19 membuat segala usaha dan pelaku UMKM berada dalam nestapa. Ia mengaku kehilangan pendapatan hingga menurunnya daya beli masyarakat. Selama COVID-19 hidup mengandalkan dari tabungan. "Karena waktu itu pandemi, usaha sempat berhenti juga. Apalagi saya sebagai pelaku UMKM," ucapnya.

Kendati demikian, kondisi itu tidak membuatnya patah semangat. Sehingga Rostia pun mencoba peruntungan lain dari berjualan baju pantai. "Dulu kan pandemi juga masih sering buka tutup pantainya. Ya saya manfaatkan momen itu aja dengan jualan kaos pantai," katanya.

Selain itu, penjualan pun dilakukan melalui online shop dan media sosial. Sehingga penjualannya tidak hanya offline. "Waktu pandemi kan penjualan online itu lagi marak-maraknya. Ya dari itulah cari keuntungannya," ucap dia.

Kembali Membuka Usaha Kuliner

Ia mengatakan awal-awal lagi membuka usaha kuliner kembali memulainya pada awal 2024. Waktu itu menjual berbagai macam jajanan. "Pertama saya jualan makaroni telur atau maklor. Makroni basah dicampur telur ayam," katanya.

Dalam sehari saat weekday, kata Rostia, jualan makaroni basah itu cukup banyak diminati. Apalagi buat anak-anak sekolah, bahkan kadang disukai orang dewasa. "Lumayan juga sih dulu jualan markoni itu banyak peminatnya. Sehari omzet bisa dapat Rp 200 ribu. Karena dekat tempat wisata mungkin saat weekend bisa dapat Rp 500 ribu sehari," kata Rostia.

Tidak hanya makaroni, Rostia pun menjual jagung susu keju (Jasuke) ia berjualan di Jalan Parapat, Pangandaran. "Alhamdulillah jualan yang paling laku banget itu sekarang jasuke," katanya.

Omzet Jualan Jasuke

Ia mengatakan jualan jasuke itu awalnya hanya iseng, lalu ketika banyak yang suka jadi keterusan jual. "Malah iseng awalnya, nemenin dagang adik saya, tapi ketagihan jadi mau dagang setiap hari," ucap dia.

Ia mengatakan rata-rata per harinya dari jualan Jasuke itu bisa mendapatkan Rp 500 ribu hanya dengan modal beli jagung, susu, keju dan toping lainnya. "Modalnya beli jagung tambah susu aja. Lalu beli bahan toping lainnya," ucapnya.

Jualan jasuke Rostia semula ramainya ketika mengikuti event-event yang ada di Pangandaran. "Gara-gara acara CFD waktu itu awal mulanya," katanya.

Saat pertama jualan, kata dia, sudah mendapatkan Rp 200 ribu. Ia pun menjual per cup nya mulai dari harga Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu. "Jasuke rata-rata penghasilan Rp 500 ribu per hari," ucapnya.

Dengan bisa membuka berbagai usaha, kata Rostia, bangga karena bisa membantu mempekerjakan banyak orang. "Alhamdulillah bisa memberdayakan 12 orang karyawan. Orang yang tadinya kerja jadi gak kerja," ucapnya.

Ibu dua anak itu mengungkapkan saat ini hal paling penting bisa mempermudah orang lain mencari rezeki. "Istilahnya kami pemberdayaan saja," katanya.

Memperluas Bidang Usaha dan Bantuan Modal dari KUR BRI

Rostia mengatakan perjalanan usahanya saat ini tidak lepas dari bantuan permodalan yang diberikan KUR BRI. "Dari mulai kuliah saat itu jualan kaos pantai tahun 2013 itu saya meminjam KUR BRI. Dulu pinjam Rp 5 juta, serasa gede banget," ucapnya.

Namun, Rostia mengaku bersyukur hanya dalam setahun itu bisa langsung lunas. Kemudian, karena butuh modal lebih besar untuk melebarkan bidang usaha meminjam lagi di tahun selanjutnya sebesar Rp 20 juta. "Terakhir pinjaman Rp 100 juta itu tahun 2020. Untuk satu tahun alhamdulillah lunas juga," kata dia.

Modal Rp 100 juta itu, kata Rostia, digunakan untuk membuka konter pulsa dan jasa transaksi uang. "Modalnya dipakai usaha buka BRIlink. Dulu sampai buka 5 konter sudah sama BRILink," ucapnya.

Penghasilan dari 5 konter dan brilink itu, menurut dia, cukup menjanjikan. Rostia bahkan bisa melunasi pinjaman KUR tersebut hanya dalam satu tahun. "Setahun buka BRILink ini bisa lunas dalam setahun, alhamdulillah," katanya.

Menurutnya, sebulan bisa melayani hampir sebanyak 1300 transaksi di 3 BRILink dari 5 BRIlink. "Alhamdulillah dulu dari kantor cabang saja sampai kaget nilai transaksinya cukup gede," katanya.

Setelah sukses usaha konter, Rostia dan suami kemudian melebarkan ke usaha ritel. "Berkat bantuan KUR tadi saya juga buka usaha ritel jual bahan kue dan plastik," ujarnya.

Rostia mengaku sangat terbantu dengan pinjaman KUR saat itu. "Kebantu banget, memang gak punya latar belakang cukup, jadi melalui bantuan KUR BRI sangat membantu," katanya.

Dengan penghasilan yang didapatkan saat ini, ibu dua anak itu membelikan aset produktif. "Kalo saya karena tidak suka flexing atau apa ya. Jadi hasil-hasilnya itu untuk aset, beli tanah, beli kebutuhan dagang, kaya gitu-gitu," katanya.

Pemberdayaan UMKM Melalui KUR BRI di Jabar

Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, selama 6 (enam) tahun terakhir BRI Regional Office Bandung telah menyalurkan pinjaman KUR kepada 3,9 juta nasabah. "Sebanyak 3,9 juta nasabah itu dengan total nominal penyaluran sebesar Rp 102 triliun di Jawa Barat wilayah kerja BRI Regional Office Bandung, di luar Bogor, Depok, Bekasi, Karawang yang termasuk wilayah kerja BRI Regional Office Jakarta 2," kata Sadmiadi, melalui pesan WhatsApp.

Menurutnya, BRI terus melakukan upaya untuk mendukung UMKM naik kelas seperti, membina klaster usaha yaitu community approach dengan memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah. "Saat ini BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan," terangnya.

Selain itu, kata Sadmiadi, BRI juga berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN untuk pengembangan UMKM (Go Modern, Go Digital, Go Online, Go Global). "Terdapat 3 Rumah BUMN yang berlokasi di Bandung, Purwakarta, dan Tasikmalaya," ucapnya.

Agus berkata, saat ini juga telah melakukan pemberdayaan kepada UMKM dan masyarakat melalui CSR yang telah disalurkan sebesar Rp 33,4 miliar dari 2020 hingga 2023. "Kami juga buka akses untuk para pelaku usaha melalui LinkUMKM," ucapnya.

Ia mengatakan LinkUMKM ini merupakan Platform Pemberdayaan Digital yang bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas UMKM Indonesia melalui program terintegrasi yang dapat diakses melalui website & aplikasi. "Terdapat juga scoring assessment untuk penilaian UMKM naik kelas dimana terdapat 200.591 UMKM naik kelas di BRI Regional Office Bandung," ucapnya.

(iqk/iqk)


Hide Ads