Dari seorang sales promotion girl atau SPG sebuah perusahaan Umi Salamah (31) membanting setir usaha petis khas Pati. Berkat tekadnya ini warung petis yang dibuka sejak tahun 2015 ini telah ramai pembeli setiap hari. Bagaimana kisahnya?
Umi begitu sapaannya merupakan warga Desa Pagerharjo Kecamatan Wedarijaksa. Di rumahnya ini Umi yang sudah berkeluarga membuat usah warung Juragan Petis.
Usahanya ini ramai setiap hari. Ada berbagai menu petis ceker, kikil, bakso, sayap hingga iga bakar. Harganya mulai dari Rp 5 ribu sampai Rp 18 ribu per porsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Umi saat berbincang dengan detikJateng mengaku dulunya adalah seorang SPG atau bertugas mempromosikan produk dari salah satu perusahaan di Pati. Dia lalu memilih resain dan menggeluti warung makan petis.
"Itu menjadi SPG tahun 2012. Terus resain menggeluti usaha Juragan Petis sejak tahun 2015," jelas Umi kepada detikJateng, Minggu (13/4/2025).
Menjadi SPG sekitar tiga tahun lalu, kemudian Umi mencoba membuka usaha warung petis. Hal ini juga tidak lepas dari kesukaan dirinya yang gemar makan petis khas Pati.
Awalnya dulu dia mulai membuka warung di teras rumah. Pertama kali buka ternyata antusias pembeli begitu banyak. Hingga Umi memutuskan banting setir dan menekuni usaha warung Juragan Petis.
"Awal cerita saya sebagai SPG. Dulu itu iseng-iseng jualan di emperan. E alhamdulillah jualan pertama sudah ramai. Jadi nagih bisa berkembang sampai sekarang," jelasnya.
Lalu dia mulai membuat semacam banner di depan rumahnya. Usahanya warung Juragan Petis kini berkembang pesat. Dia kini memiliki lima pekerja. Warungnya buka kecuali hari Senin. Bukanya mulai pukul 09.00 WIB sampai 15.00 WIB.
"Seminggu sebelum jualan kita pasang banner. Dan alhamdulillah siang hari sudah habis semua. Itu hari pertama," ujarnya.
Meski demikian, Umi mengaku tidak langsung berkembang begitu saja. Umi mengaku sempat kesulitan modal. Lantas dia berpikiran untuk meminjam kredit dari Bank Rakyat Indonesia atau BRI.
Baca juga: Mencecap Petis Iga Bakar Khas Pati |
![]() |
Kala tahun 2015, Umi meminjam kredit dengan nominal Rp 5 juta. Uang itu ia gunakan untuk membeli kebutuhan daging dan lainnya. Namun kreditnya itu seiring berjalannya waktu sudah terlunasi karena warungnya ramai pembeli.
"Pernah ambil KUR BRI. Itu gunakan untuk modal awal. Kita dari nol, bahkan minus," jelasnya.
Umi mengaku kendala lainnya adalah soal daging. Terutama saat momen Hari Raya Iduladha. Biasanya jumlah pembeli menurut drastis dibandingkan dengan hari biasa.
"Kalau lagi musim Iduladha. Itu kan musim daging. Daging itu kan banyak. Pasti itu penjualan menurun sendiri," jelasnya.
Tak hanya itu harga daging sapi dan ayam juga mempengaruhi jualannya. Dampaknya ketika harga daging naik, petis buatannya juga turut mengalami kenaikan.
"Kemarin harga iga itu pertama jualan Rp 8 ribu. Kemarin terus naik menjadi Rp 18 ribu. Sebelumnya di bawah Rp 15 ribu. Makanya banyak ke sini petis iga bakar kok murah. Alhamdulillah tidak mengecewakan," ungkapnya.
Kini usaha Umi ramai pembeli. Setiap hari rata-rata ada 300 porsi petis laku terjual. Biasanya pembeli datang dari Pati, Juwana, Blora, Kudus dan Semarang.
"Kalau sehari rata-rata bisa 300 porsi lebih, paling ramai akhir pekan saat libur. Paling laris itu iga bakar," jelasnya.
Salah satu penikmat kuliner, Heri Purwaka mengaku baru pertama kali ke warung juragan petis. Dia tahunnya dari media sosial. Setelan mencoba rasanya enak dan dagingnya empuk.
"Rasanya enak, tidak mengecewakan lah. Harganya murah juga," ujar Heri asal Pati.
(afn/afn)