Merek layangan Atay Doank telah menjadi primadona bagi para pencintanya di wilayah Kabupaten Bandung. Pasalnya pembuatan layangan di tempat tersebut telah memproduksi sejak 1983 silam.
Layangan tersebut dibuat oleh Tatang Hermawan (69) di kediamannya, tepatnya di Kampung Pasantren Timur RT 03 RW 03 Desa Pamekaran, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Bahkan saat ini produksi layangan tersebut telah diteruskan adik dan saudaranya.
Dalam perjalanannya, Tatang menyukai layangan sejak masih muda. Bahkan dirinya kerap mengadu layangan di kampungnya hingga ke Pasar Baru Kota Bandung saat masih dibangun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Emang awalnya suka ngadu layangan aja saat kecil di sini. Terus duu mah di pasar baru pas lantai atasnya bisa dipakai main layangan," ujar Tatang saat ditemui detikJabar belum lama ini.
Tatang mengaku setelah itu belajar pada gurunya yang kerap membuat layangan. Menurutnya, pembelajaran tersebut dilakukan dengan cara yang tidak mudah.
"Jadi dari 40 tahun lalu, saya langsung bikin layangan. Saya belajar dari guru almarhum Agus Evih. Emang harus hapal dulu bentuknya, jadi nggak gampang," katanya.
![]() |
Layangan yang dibuatnya terbagi dalam beberapa jenis, di antaranya layangan jabrugan dan layangan spesial.
"Kalau layangan jabrugan mah buat anak-anak, bahannya pakai bambu yang udah tua. Gak diukur jadi langsung aja. Kalau layangan spesial pakai bambu yang tua. Itu mah harus diukur-ukur dulu," jelasnya.
"Harga layangan Atay Doank berkisar Rp 20 ribu per kodi (20) untuk yang biasa. Kalau yang jenis spesial Rp 40 ribu per kodi," tambahnya.
Bahan bambu layangan tersebut didapat dari kebun dan ada beberapa yang dibeli di toko material. Pasalnya bambu yang dipakai harus benar-benar baik.
"Bambu yang sudah tua bakal kuat. Kalau yang muda mah nggak akan kuat lama. Bakal habis sama rayap. Bambunya ngambil dari kebun, kalau nggak ada ya beli aja," ucapnya.
![]() |
Layangan Atay Doank telah dijual hampir ke seluruh Bandung Raya. Tak hanya itu dirinya juga pernah menjual layangan sampai ke negara kincir angin.
"Penjualan mah ya ada ke Ciwidey, Banjaran, ke Kota Bandung, dan lain-lain. Sampai pernah ngirim sekali ke Belanda, sekitar 20 tahun lalu. Jadi orangnya dateng ke sini langsung, sama ada lah bandar layangan juga," bebernya.
Usia yang sudah tidak muda lagi, layangan Atay Doank saat ini diproduksi oleh adik dan anak-anaknya. Dirinya hanya melakukan pemantauan guna kualitas dan ciri khas tetap terjaga.
"Sekarang mah diterusin sama adik dan anak. Ya sehari dapet 50 sampai 100 biji mah. Kalau sama saya sendiri mah bikin 20 juga susah," pungkasnya.
(orb/orb)