Kemarau panjang yang melanda sejak tiga bulan belakangan membawa berkah tersendiri bagi sekelompok orang di aliran Sungai Citarum, Kampung Ciririp, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Aliran sungai yang mengering hingga menampakkan permukaannya, disulap menjadi lahan pertanian beberapa jenis tanaman. Salah satunya dilakoni oleh Otib, warga Kampung Lembang, Cililin.
Lahan pertanian milik Otib sudah terlihat rapih. Ada sekat di antara sebaris tanah yang dibuat menggunung. Di atasnya sudah ditanami pohon cabai yang tingginya berkisar 20 hingga 30 sentimeter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi ini Sungai Cibitung masih aliran Sungai Citarum. Karena kekeringan ini sudah 3 bulanan, full nggak ada hujan makanya tanahnya kering. Jadi kita manfaatkan buat menanam di sini," kata Otib saat ditemui, Jumat (13/10/2023).
Pria 47 tahun itu, saat ini sedang menggarap lahan seluas satu hektare yang ditanami cabai rawit. Tak tanggung-tanggung, ia menanam benih cabai rawit sebanyak 10 ribu batang.
"Dari awal air itu turun, saya sudah siap-siap bibit terus langsung tabur benih. Sekarang ada sekitar 10 ribu pohon cabai. Saya garap lahannya berempat, dengan teman," ucap Otib.
Otib mengaku, sudah sepuluh tahun menggarap lahan yang secara status merupakan milik PT Indonesia Power (IP). Namun mereka tak dilarang menggarap lahan tersebut.
"Saya sudah 10 tahunan tani di sini, awalnya ini lahan garapan orang tapi tidak dilanjutkan jadi saya lanjut garap. Kalau lahannya milik PLN (PT IP), tapi nggak sewa jadi langsung garap saja," tutur Otib.
Musim tanam kali ini, Otib memperkirakan, bisa memanen hasil pertaniannya pada bulan Januari nanti. Hasil panen itu kemudian akan dijual ke Pasar Induk Caringin, Kota Bandung seperti biasa dilakukannya.
"Kalau hasil dari lahan 500 tumbak sekitar 5 ton, nanti dijualnya ke Pasar Caringin. Kalau harga sekarang lagi Rp25 ribu per kilogram, mudah-mudahan nanti bisa naik lagi," ucap Otib.
Pertanian di aliran Sungai Cibitung ini bukan tanpa risiko. Menurut Otib, ia sudah siap rugi kalau tanamannya tiba-tiba tersapu air jika musim hujan datang lebih awal dari yang diperkirakannya.
"Perkiraan itu hujan baru di bulan 3 (Maret), jadi kalau hujannya lebih awal terus air naik lebih dulu ya saya sudah siap rugi," kata Otib.
Saban hari, Otib dan tiga orang temannya rajin mencangkul sekat gundukan tanah yang dijadikan media tanam agar bersih dari sampah yang mengotori. Pohon-pohon rajin disirami agar pertumbuhannya maksimal.
"Nggak usah dijaga, ya kerja seperti biasa saja. Datang pagi terus jam 4 sore itu kita sudah siap-siap pulang," ujar Otib.
(mso/mso)