Suara musik dangdut terdengar cukup keras di dekat pintu masuk Terminal Ciamis, Kamis (13/7/2023) pagi. Musik itu berasal dari lapak penjual VCD bajakan yang memutar lagu melalui speaker berukuran sedang.
Di sepanjang pinggir Terminal Ciamis tepatnya di depan Pasar Manis ini, masyarakat biasa membeli aneka VCD bajakan. Kawasan itu dikenal sebagai sentra VCD bajakan di wilayah perkotaan Ciamis.
Namun berbeda dengan dulu, penjual VCD bajakan di kawasan tersebut hanya tersisa dua kios. Kondisi itu jauh beda dengan beberapa tahun ke belakang saat VCD bajakan masih berjaya. Ada puluhan kios di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sejak 2013, satu per satu penjual VCD bajakan itu gulung tikar dan beralih profesi karena tergerus digitalisasi. Pembeli mulai sepi ketika awal munculnya ponsel android atau smartphone. Lapak lainnya ada yang memilih tutup, ada juga yang diganti dengan berjualan mainan anak dan kopi.
Iik Abdul Holik (42), mengaku sudah berjualan VCD bajakan sejak tahun 2002. Di masa kejayaannya, Iik mampu menjual ratusan keping VCD dengan omzet Rp 5 juta sampai Rp 10 juta sehari. Tapi sekarang, Iik hanya mampu menjual 10 keping VCD, itu pun sulit.
"Kalau dulu omzet bisa sampai Rp 10 juta sehari. Sekarang untuk Rp 100 ribu sehari juga susah," ungkap Iik, Kamis (13/4/2023).
Menurut Iik, kondisi mulai sepinya pembeli VCD bajakan ini mulai terjadi sekitar akhir 2013. Ketika itu, ponsel android muncul sebagai tanda kemajuan era digitalisasi. Musik, film anak, film komedi, dan jenis hiburan lainnya dapat diakses hanya dengan aplikasi YouTube di ponsel smartphone.
Dikatakan Iik, dulu penjual VCD di komplek Terminal Ciamis atau Pasar Manis sekitar 30 orang. "Mulai sepi tahun 2013-2014 ketika ada android. Saya ingat betul waktu itu awal era pak Jokowi, ekonomi mulai sulit," ungkapnya.
Alasan Iik masih bertahan berjualan VCD bajakan karena sulitnya usaha atau mencari pekerjaan lain. Dia sempat mencoba berjualan mainan anak, masker dan aksesoris.
"Ya masih bertahan sampai ada bisnis yang bagus. Sambil bertani juga. Memang dari jualan kaset dulu hasilnya sangat bisa dirasakan, saya bisa bangun rumah. Tapi sekarang kondisinya berbeda, harus cari bisnis lain," kata warga Kelurahan Linggasari, Kecamatan Ciamis ini.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Jaenal Mutaqin (52), ia sudah belasan tahun menjalani bisnis jualan VCD bajakan. Jaenal mengaku masih berjualan VCD bajakan hanya untuk menghabiskan sisa persediaan barang yang ada.
"Nyeepkeun anu aya (menghabiskan barang yang ada), sebetulnya saya sekarang sambil jualan kopi. Kalau VCD sehari itu paling laku 3 sampai 5 keping. Memang tergerus era digital. Nantinya VCD ini pasti sama seperti kaset pita yang sudah menghilang," pungkasnya.
***
Redaksi mengganti foto di artikel ini pada pukul 11.40 WIB, Jumat 19 Juli 2024.
(iqk/iqk)