Cerita Bioskop Rio Bertahan hingga Akhirnya Meredup Ditelan Zaman

Cerita Bioskop Rio Bertahan hingga Akhirnya Meredup Ditelan Zaman

Whisnu Pradana - detikJabar
Minggu, 18 Des 2022 12:00 WIB
Bangunan Bioskop Rio Cimahi yang Jadi Pusat Service Ponsel
Bangunan Bioskop Rio Cimahi yang Jadi Pusat Service Ponsel (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Cimahi -

Tak banyak yang tahu jika Kota Cimahi dulu punya bioskop yang lumayan tenar, bahkan sejak zaman kolonialisme Belanda. Namanya Bioskop Rio.

Bioskop yang ada di kawasan Alun-alun Cimahi itu dibangun oleh seorang F.A.A Buse, seorang pengusaha hiburan yang memiliki jaringan usaha bioskop di beberapa daerah di Hindia-Belanda (Indonesia saat itu).

Buse sebelumnya membangun bioskop di Bandung, Surabaya, Sukabumi, dan daerah lainnya. Misalnya di Bandung, ada Bioskop Elita, Oriental, dan Luxor dengan ciri khasnya bangunan bergaya Art Deco.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Buse mendirikan bioskop Rio pada tahun 1937. Saat itu peletakan batu pertamanya dilakukan oleh sang anak, Yvone Francois Buse. Keberadaan tentara KNIL di kota garnisun itu menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Apalagi mereka haus akan hiburan. Sementara di zaman itu, fasilitas hiburan di Cimahi sangat terbatas.

Sayang kini Bioskop Rio tinggal kenangan. Belanda yang menyerah pada masa perang kemerdekaan akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia dan menyerahkan aset itu pada pribumi akibat adanya kebijakan nasionalisasi aset di tahun 1950-an.

ADVERTISEMENT

Bangunan Bioskop Rio masih berdiri kokoh, sayang fungsinya sudah berubah 100 persen. Dari bioskop, kini Rio menjadi sentra penjualan ponsel dan elektronik. Tak banyak sisa-sisa yang menunjukkan bangunan itu bekas bioskop, hanya ada tulisan Rio pada fasad bangunan yang menjulang tinggi.

Pegiat sejarah Cimahi sekaligus anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Cimahi, Mahmud Mubarok karena penurunan kualitas film yang ditayangkan.

"Ketika film Indonesia marak dengan film esek-esek akhirnya rio pun memutar film-film tersebut, dan sebenarnya itu juga penyebab Rio menurun karena film yang diputar seperti itu yang kurang bermutu sehingga akhirnya gulung tikar," kata Mahmud kepada detikJabar.

"Mungkin juga karena waktu itu, tahun '97-98 di Cimahi muncul Bioskop 21 yang menjadi pesaing Rio. Nah 21 ini memutar film-film barat hollywood, sedangkan rio film-film Indonesia dan esek-esek dengan suasana tempat yang sudah rusak," imbuh Mahmud.

Belum lagi kehadiran bioskop-bioskop dan pusat perbelanjaan baru di Bandung, kian mengikis pesona Bioskop Rio yang dulu jadi primadona warga Cimahi dan Bandung.

"Di Bandung bioskopnya lebih menarik ketimbang di Cimahi. Kelebihan dari sisi soundnya atau lainnya sehingga orang lebih nyaman nonton di Bandung, yang sampai sekarang misalnya bioskop 21 di Bandung masih bertahan dan malah bertambah bahkan walaupun beberapa waktu lalu mengalami kemerosotan jumlah penonton tapi bisa bertahan dan kembali lagi sedangkan di Cimahi gulung tikar selamanya," kata Mahmud.

Faktor lain gulung tikarnya Bioskop Rio yakni kemajuan teknologi. Saat itu, orang Cimahi sedang terhipnotis oleh kehadiran VCD. Harganya memang agak mahal, namun saat itu bisa dipakai berulang-ulang dengan harga kaset yang sangat murah.

"Ketika orang sudah memiliki televisi kemudian ada VCD dan film-film bajakan juga marak, makin membuat Rio kalah saing," ucap Mahmud.

Namun bagi pelaku sejarah perubahan Kota Cimahi, Rio punya tempat tersendiri di hati. Seperti halnya bagi Mahmud, yang punya kenangan menjadi penikmat film-film di Bioskop Rio.

"Saya mengalami betul pada masa jaya-jayanya (bioskop) Rio. Waktu itu yang diputar film silat, kungfu mandarin, dan film-film nasional Sunan Kalijaga. Dan ketika film Indonesia marak dengan film esek-esek akhirnya Rio pun memutar film-film tersebut," ucap Mahmud.

"(Bioskop) Rio bertahan cukup lama sampai tahun 2000-an lebih, masih ada meskipun pasang surut. Tapi akhirnya sekarang ya sudah tutup sepenuhnya," tambahnya.




(dir/dir)


Hide Ads