Berburu Baju Anak Murah di Gang Pasantren Bandung, Ibu-ibu Merapat!

Berburu Baju Anak Murah di Gang Pasantren Bandung, Ibu-ibu Merapat!

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Sabtu, 28 Mei 2022 11:01 WIB
Sentra baju anak murah di Gang Pasantren, Jalan Pagarsih, Kota Bandung.
Sentra baju anak murah di Gang Pasantren, Jalan Pagarsih, Kota Bandung. (Foto: Anindyadevi Aurellia)
Bandung -

Jalan Pagarsih, sebuah jalan di Bandung yang letaknya tak jauh dari pusat kota. Di sepanjang jalan inilah menjadi sumber mata pencaharian warga Bandung. Banyak sentra percetakan, konveksi, pasar, toko kelontong, berjejer rapi meski memiliki jenis dagangan yang sama.

Jalan Pagarsih juga dikenal sebagai wilayah sentra baju anak murah. Para pedagang baju anak tersebut berkumpul dalam satu gang, yakni di Gang Pasantren. Sejak tahun 1980-an, gang kecil ini telah jadi tempat tinggal sekaligus tempat berdagang warga perajin baju.

Sentra baju anak murah di Gang Pasantren, Jalan Pagarsih, Kota Bandung.Sentra baju anak murah di Gang Pasantren, Jalan Pagarsih, Kota Bandung. Foto: Anindyadevi Aurellia

Seiring berjalannya waktu, gang yang jadi primadona pedagang perlengkapan bayi dan ibu-ibu ini mulai kehilangan perajinnya. Terlebih saat pandemi menyerang, keuntungan menurun drastis. Perajin baju mulai berguguran diikuti dengan lesunya minat beli. Kini para pedagang berusaha bertahan, merangkak meraih keuntungan meski tak bisa sejaya dulu lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya memang sejak dulu banyak yang masih produksi, lama-lama semua mulai ambil dari distributor langsung. Mungkin agar harga tetap murah tapi lebih mudah juga, apalagi pandemi kemarin ya semua berusaha bertahan. Sekarang tidak tahu masih ada yang produksi tidak, tapi saya masih terus produksi sendiri," ujar Aan (40) saat ditemui detikJabar, Kamis (26/5/2022).

Aan sendiri merasa kesulitan menemukan perajin baju di Bandung. Ia memutuskan agar rumah produksi ditaruh di Garut, kota asalnya. Meski harus keluar ongkos transportasi, keputusannya telah dikalkulasikan terlebih dahulu

ADVERTISEMENT

"Karena di Garut itu cari orang yang mau kerja, perajin, masih sangat mudah. Banyak yang mau kerja dan tidak menuntut upah yang besar, kalau di sini sangat sulit orang yang mau kerja buruh. Harus ada biaya transportasi memang, tapi jatuhnya tetap lebih murah kalau rumah produksi di Garut daripada di sini," aku Aan.

Selaras dengan pernyataan Aan, Ulfa (35) mengaku toko milik ibunya kini tak lagi menjual produksi sendiri. Ia hanya menerima kiriman dari distributor perlengkapan bayi. Menurutnya lebih praktis dan mudah menjualnya sebab sudah ada merek. Tapi hingga kini toko "Sagala Busana" miliknya masih belum bisa menutup kerugian pandemi.

"Sekarang itu juga kalah dengan toko online. Tapi saya bilang rezeki tidak akan tertukar, sudah banyak yang tahu dan percaya kualitas toko kami barangnya semua Standar Nasional Indonesia (SNI). Jadi ya kami buka saja offline, meski memang sejak pandemi masih belum bisa bangkit lagi. Paling keuntungan merangkak 25% sejak dua tahun lalu," terang Ulfa.

Sentra baju anak murah di Gang Pasantren, Jalan Pagarsih, Kota Bandung.Sentra baju anak murah di Gang Pasantren, Jalan Pagarsih, Kota Bandung. Foto: Anindyadevi Aurellia

Aan juga melanjutkan bisnis keluarga menjadi perajin baju-baju dari kain bekas pabrik. Sebelum pandemi, keuntungan toko "Jaya Barokah" miliknya bisa mencapai lebih dari 50 juta, kebanyakan adalah pesanan partai besar. Sejak pandemi, pesanan partai besar berhenti total.

"Baru setelah pandemi kami jualan baju-baju anak, baju dewasa, sampai kain perca yang berbentuk potongan-potongan kecil. Kain kecil biasanya dijual ke dealer atau bengkel mobil untuk kain lap gombal. Satu kilo dijual Rp 3.000, yah lumayan untuk jajan anak. Sehari kain perca ini bisa dibeli sampai 30kg loh," terang ibu tiga anak tersebut.

"Kalau sekarang alhamdulillah mulai ada yang beli jumlah agak banyak untuk dijual lagi, pesanan produksi partai besar juga mulai ada lagi. Masih tidak tentu jumlahnya, tapi minimal beli per-seri (isi tiga baju) harganya Rp 30.000," imbuh Aan.

Ulfa, Aan, dan pedagang lain di sepanjang Gang Pasantren berusaha tetap mempertahankan dagangannya. Mereka percaya masih ada pedagang tempat lain yang terus berdatangan untuk dijual kembali. Toko perlengkapan bayi nampaknya masih akan lekat dengan gang ini, tidak seperti beberapa toko bekas percetakan yang gulung tikar hingga hanya tersisa spanduk usang.

"Hari ini stock banyak yang kosong karena distributor belum datang lagi sejak libur lebaran. Kemarin lebaran lumayan, beberapa pembeli sekali transaksi sampai tembus satu juta alhamdulillah. Saya yakin kalau jualan perlengkapan bayi tidak akan mati, karena bayi lahir pasti butuh baju-baju baru dan butuh yang murah," tutup Ulfa.




(aau/tey)


Hide Ads