Pasar Buku Palasari Kini: Digempur Digitalisasi dan Pandemi

Pasar Buku Palasari Kini: Digempur Digitalisasi dan Pandemi

Sudirman Wamad - detikJabar
Selasa, 05 Apr 2022 22:29 WIB
Pasar Buku Palasari Bandung.
Pasar Buku Palasari Bandung. (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar)
Bandung -

Pasar Buku Palasari Kota Bandung salah satu tempat legendaris di Kota Bandung. Tempat ini juga dikenal sebagai surga bagi para pemburu dan pembaca buku. Kini, eksistensi pasar legendaris itu mulai redup.

Di tengah gempuran digitalisasi dan pandemi, seratusan penjual buku enggan menepi. Mereka setia menanti pembeli. Meski tingkat kunjungan kian sepi.

Nova, salah seorang penjual buku duduk manis di depan kiosnya. Sesekali Nova membujuk pejalan kaki yang melintas untuk membeli bukunya. Nova juga sesekali merapikan tumpukan bukunya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nova meneruskan bisnis keluarganya. Perempuan asli Padang itu menjual berbagai buku, dari tema pendidikan hingga keagamaan. Tak hanya buku anyar, ia juga menjual buki lawas.

"Sejak pandemi penjualan buku sangat menurun. Drastis pisan (banget)," kata Nova saat berbincang dengan detikJabar, Selasa (5/4/2022).

ADVERTISEMENT

Pulang tanpa penghasilan sering Nova rasakan. Sebab buku jualannya tak ada yang membeli. Pandemi membuat kondisi kian rumit. Sebelum pandemi, Nova mengaku selalu membawa penghasilan saat pulang ke rumah.

"Sekarang mah pernah enggak ada pembeli seharian. Ini saja baru dapat Rp 5 ribu," ujar Nova seraya tersenyum.

Perempuan berkerudung itu nampak menyembunyikan kekhawatiran. Terlebih lagi, digitalisasi tengah menggempur bisnis jual-beli buku. Dari mulai e-book hingga penjualan lewat aplikasi.

"Di online memang murah-murah. Tapi kan kualitasnya harus dilihat. Susah sekarang mah," ungkapnya.

Nova sendiri enggan berbicara soal omzet penjualan bukunya. Menurutnya, bisnis jual-beli buku sangat sulit. "Intinya mah sekarang semakin sepi," ucap Nova.

Pasar Buku Palasari Bandung.Pasar Buku Palasari Bandung. (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar)

Harapan di Ramadan

Setiap Ramadan selalu muncul harapan bagi penjual buku. Sebab, Ramadan menjadi momen bagi umat Islam meningkatkan keimanan. Ceramah digelar di berbagai masjid, dari subuh hingga tarawih. Sebagian umat Islam juga memilih buku sebagai media meningkatkan keimanan.

Harapan di Ramadan rupanya kian tipis. Penjualan buku saat Ramadan juga tak begitu mampu mendobrak penghasilan. Pandemi menjadi biang keroknya.

"Ada peningkatan saat Ramadan, tapi tidak begitu signifikan. Rata-rata permintaannya itu Al-Qur'an dan buku keagamaan," ucap Nova.

Sebelum pandemi, penjualan Al-Qur'an dan buku keagamaan selalu mampu menjadi tambahan penghasilan yang istimewa. "Sekarang mah berharap pada langganan saja. Ada saja pesanan mah saat Ramadan," katanya.

Sementara itu, Ketua Pedagang Pasar Buku Palasari Rukmawan mengatakan penurunan penjualan buku sejatinya sudah terasa sejak sebelum pandemi. Kebijakan pemerintah kerap menjadi salah satu faktornya, seperti perubahan kurikulum pendidikan.

"Sekarang ditambah pandemi. Jadi makin menurun," ujar Wawan sapaan akrab Rukmawan.

Wawan tak menampik Ramadan menjadi salah satu momen yang ditunggu. Ia kerap mendapatkan pesanan Alquran dalam jumlah yang besar.

Saat ini ada seratusan penjualan buku yang masih aktif. Selebihnya menepi alias gulung tikar. Wawan berharap pemerintah bisa mencari solusi atas kondisi yang tengah dihadapi penjual buku di Palasari.

"Sekitar 50 persenan sudah tutup. Mereka yang bertahan tidak ada alasan lagi, ada yang hanya bisa jual buku. Dan, selebihnya tak cukup modal untuk berbisnis yang lain," jelas Wawan.

Pasar Buku Palasari Bandung.Pasar Buku Palasari Bandung. (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar)

Pasar Legendaris

Pasar Buku Palasari menjadi saksi perkembangan Kota Bandung. Penjual buku di Palasari ini awalnya merupakan penjual buku bekas di kawasan Cikapundung. Pada 1980'an mereka direlokasi. Alasannya penataan kawasan.

"Dulu itu ada ulang tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1980. Kemudian kami dipindah ke sini. Sampai sekarang bertahan," ucap Wawan.

Pedagang yang direlokasi di ke Palasari itu merupakan pedagang yang sudah jualan selama puluhan tahun. Awalnya hanya puluhan penjual buku yang pindah ke Palasari. Lambat laun, penjual kian bertambah hingga ratusan.

"Sekarang sudah pada tutup. Tinggal seratusan," kata Wawan.

Pasar Buku Palasari juga sempat hangus terbakar. Kejadian itu terjadi pada 1993. Semua kios hangus. Tak ada yang tersisa.

"Tahun 2007 juga kebakaran. Tapi sebagian. Sekarang kita tetap bertahan demi menyambung hidup," ujar Wawan.

(sud/ors)


Hide Ads