Kenaikan harga kedelai hingga menembus harga Rp 11.000 per kilogram mengancam keberlangsungan usaha dari para perajin tahu di Sumedang. Hal itu berakibat pada menurunnya omzet hingga 70 persen.
Seperti yang dirasakan oleh Rudi, perajin Tahu di Jalan 11 April, Kecamatan Sumedang Utara. Ia mengaku sejak harga kedelai mencapai Rp 11.000 lebih per kilogram, omzetnya menurun drastis hingga 70 persen.
Penurunan omzet tersebut, sambung Rudi, diperparah dengan adanya kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng kemasan di pasaran ditambah dengan kondisi pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akibat tingginya harga kedelai omzet sekarang turun sampai 70 persen di tengah pandemi ini, apalagi sekarang harga minyak goreng sulit didapat dan harganya juga tinggi," ungkap Rudi kepada wartawan, Selasa (16/2/2022).
Rudi mengatakan, untuk menyisiasati kondisi tersebut, ia pun terpaksa menaikan harga tahu dari yang semula Rp500 per biji menjadi Rp700 per biji.
"Kita sekarang coba siasati dari ukuran dan harga, sekarang per biji kita jual Rp 700, omzet masih turun," ujarnya.
Ia berharap harga kacang kedelai bisa kembali normal seperti sediakala.
"Harapan pedagang harga normal dan stabil tidak seperti sekarang," ucapnya.
Admin Marketing Distributor Kacang Kedelai Alam Sari, Rika Nurakomah mengatakan akibat kenaikan harga kedelai mengakibat banyak dari para perajin tahu yang mengurangi produksinya. Bahkan, ada juga yang sampai menghentikan produksinya sementara.
"Dari para perajin banyak yang mengeluh ada yang produksinya berhenti dulu atau produksinya jadi berkurang," ungkap Rika.
Rika menyebutkan, kacang kedelai yang ada di gudang merupakan kacang impor dari Amerika dengan harga Rp 10.100 sampai Rp10.200 dari harga sebelumnya Rp 9.800 per kilogramnya.
"Kenaikan harga itu dikarenakan pengurangan pemasokan dari luar negeri," ujarnya.
Distributor kacang kedelai Alam Sari sendiri dalam sehari mencapai 8 hingga 10 ton melayani kebutuhan dari 100 lebih perajin tahu Sumedang.
"Akibat kenaikan harga kedelai banyak dari perajin menghentikan produksinya," pungkasnya.
(yum/bbn)