Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin melakukan peninjauan ke lokasi bencana alam banjir di Kota Sukabumi, Rabu (6/11/2024) sore. Dia mengingatkan masyarakat, bahwa siaga bencana alam masih harus dilakukan hingga April 2025. Hal itu sejalan dengan prediksi BMKG terkait cuaca ekstrem.
"Kami sudah ingatkan bahwa siaga cuaca ekstrem ini dari Oktober 2024 sampai April 2025. Statusnya siaga darurat," kata Bey kepada awak media usai melakukan peninjauan di Kampung Cikondang, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi.
Bey mengatakan, dampak hujan ekstrem pada Selasa (5/11) kemarin cukup berat bagi masyarakat di beberapa wilayah Jabar termasuk Kota Sukabumi. BPBD dan warga terdampak pun bergotong royong membersihkan sisa-sisa kotoran banjir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ke depan kami mengingatkan untuk berhati-hati juga karena perkiraan BMKG hujan ini justru mulai puncaknya itu akhir November hingga Februari jadi sekali lagi mohon agar berhati-hati. Kalau kerusakan yang terdampak kemarin sedang di assesment oleh BPBD Kota Sukabumi," ujarnya.
Dalam kunjungannya tersebut, beberapa korban yang masih mengungsi masih membutuhkan pakaian dan makanan. Pihaknya juga menerjunkan Dinas Sosial untuk membuka dapur umum dan memenuhi kebutuhan mendesak para penyintas bencana.
Ditanya terkait penanganan rumah rusak sebanyak 66 unit, Bey akan mengoordinasikan dengan BNPB terkait upaya perbaikan. Dia juga meminta agar BPBD dapat meng-asessment rumah-rumah yang terdampak bencana banjir.
"Karena pergantian itu dari BNPB kalau dari kota itu hanya untuk perbaikan dan lebih cepat dan segera darurat," kata dia.
Soal penyebab banjir di Kota Sukabumi, dia memandang bahwa hujan dengan intensitas tinggi menjadi salah satu penyebab di samping faktor lainnya. Hal itu pun terjadi di Kabupaten Bandung yang terakhir kali mengalami banjir pada tahun 2005 lalu.
"Tapi kalau kita lihat itu di bawah (saluran sungai) banyak sampah artinya juga masyarakat membuang sampah sembarangan. Mohon maaf, banyak yang melanggar garis sepadan itu menambah juga kecepatan air masuk ke dalam rumah," ucapnya.
"Jadi kami mohon kepada warga agar membangun rumah menyesuaikan dengan aturan yang ada dan juga kami mohon pemerintah kota dan kabupaten agar tertib memberikan izin. (Bangunan di sepadan sungai) iya salah satunya itu dan karena tinggi juga curah hujan," sambungnya.
Menurutnya, tata ruang kota juga harus diperhatikan namun tidak sampai pada tahap relokasi rumah. Satu-satunya yang bisa dilakukan yakni menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan.
Sekedar informasi, data terbaru BPBD Kota Sukabumi terdapat 93 titik lokasi terdampak bencana. Sementara jumlah penyintas yang mengungsi sementara sebanyak 65 jiwa dengan rincian wilayah Cikondang sebanyak 53 jiwa, Karang Tengah 5 jiwa, Citamiang 3 jiwa dan Tipar 4 jiwa.
(dir/dir)