Bencana alam banjir limpasan yang terjadi di Kota Sukabumi pada Selasa (5/11/2024) tercatat sebagai yang terparah terjadi di sepanjang tahun 2024. Setidaknya, bencana itu mengakibatkan 66 rumah rusak, 5 fasilitas publik rusak dan 118 warga terpaksa mengungsi sementara.
BPBD Kota Sukabumi mencatat hingga Rabu (6/11/2024) pagi terdapat 68 titik bencana alam meliputi banjir limpasan, tanah longsor, TPT ambruk hingga pohon tumbang.
Penjabat Wali Kota Sukabumi Kusmana Hartadji mengatakan, selain disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, kondisi sungai di wilayah Kota Sukabumi mengalami penyempitan. Kemudian, faktor sampah yang tersumbat, banyaknya bangunan di bantaran sungai hingga kondisi tata ruang menyebabkan Sukabumi rawan bencana alam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa terjadi banjir yang menghancurkan karena curah hujannya begitu deras. Jadi laporan dari PSDA Jabar memang ini perlu, memang ini hujan cukup besar dan lama akhirnya terdampak dan di sini sungainya mengecil, air membesar," kata Kusmana kepada detikJabar.
Dia mengatakan, antisipasi bencana alam sudah dilakukan sejak awal tahun 2024. Pihaknya bersama Forkopimda melakukan bersih-bersih aliran sungai.
"Tadi juga PSDA Provinsi Jabar langsung menelepon saya, kita mengevaluasi titik-titik identifikasi apa sih penyebabnya apakah memang betul termasuk (sungai) Cimandirinya kalau provinsi, kalau di sini kan (sungai) Cikondangnya," ujarnya.
"Ya tapi kalau saya lihat langsung memang mengecil sedangkan debit air membesar. Jangan sampai ada bangunan di atas (sungai)," sambungnya.
Ditanya terkait tata ruang yang berdampak pada bencana, pihaknya masih mengkaji akan hal itu. Dia mengatakan, dengan kondisi wilayah Kota Sukabumi yang dilewati oleh Sungai Cipelang, Sungai Cimandiri hingga Sungai Cisuda disebut sebagai wilayah rawan bencana. Terlebih, ada Sesar Cimandiri yang berpotensi gempa dan tanah longsor.
"Kita sedang terus kaji ya terkait tata ruang, mudah-mudahan juga kepada warga yang memanfaatkan sedemikian rupa bangunan-bangunan yang ada jangan sampai mengecilkan aliran sungai karena dampaknya terasa hari ini. Memang di aturan kemarin Kota Sukabumi rawan banjir dan rawan longsor walaupun kota tapi di daerah Cibeureum dan Baros sudah terbukti nyata kita memang perlu konsentrasi seperti itu," jelasnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi Novian Rahmat menambahkan, bencana alam banjir yang terjadi di Sukabumi hanya bersifat sementara karena adanya saluran air yang tersumbat.
"Banjir limpasan yang terjadi akibatnya banyak saluran air tersumbat sampah. Memang banjir di kita itu bukan banjir karena genangan tapi banjir limpasan," kata Novian.
Saat ini pihaknya masih bersiaga akan potensi bencana susulan. Posko darurat pun sudah disediakan di Taman Cikondang, Kota Sukabumi.
(yum/yum)