Musim kemarau membuat sejumlah petani di Pangandaran pusing tujuh keliling. Kekeringan hingga ancaman gagal panen menghantaui.
Namun, hal itu rasanya tak berlaku bagi Ade Kusnandar (37). Warga Dusun Cihideung, Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang tersebut masih bisa tersenyum lantaran memanen cuan di tengah musim kemarau.
Baca juga: Melihat Panen Padi di Rancasari Bandung |
Ade mensiasati hal tersebut dengan memanfaatkan lahan 'tidur' yang kering menjadi lahan profuktif. Lahan sawah yang kering, 'disulap' Ade menjadi perkebunan tomat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama hampir dua bulan ini Ade telah memanen 1 kwintal tomat di atas lahan seluas 1 hektar. Meskipun ditanam di atas lahan tidur. Tomat yang dihasilkan cukup bagus.
Ade mengatakan tanaman tomat ini hanya untuk memanfaatkan lahan mati sawah yang terkena kemarau. Sehingga ada pemasukan lain selain hasil padi.
"Daripada nganggur lahannya belum memasuki musim tanam. Kami tanam tomat," kata Ade, Senin (4/11/2024).
![]() |
Menurutnya, tomat yang dihasilkan memang tidak disangka-sangka bakalan tumbuh bagus. "Alhamdulillah dua bulan ini sekali panen dapat 1 kwintal," katanya.
Kata dia, pemanfaatan lahan tidur itu dilakukan tidak hanya sendiri. Ia lakukan bersama petani milenial setempat.
"Supaya petani muda disini juga tidak nganggur," ucapnya.
Sayuran tomat hasil panen itu, Ade jual ke pasar terdekat dan warga yang ada di daerah tersebut. "Dijual disini aja, ke pasar dan warung atau menawarkan langsung ke warga," ujarnya.
"Saat ini memang sedang melakukan panen dan sudah berjalan yang ke 4 harinya, yang sudah kami hasilkan dalam setiap satu kali petik di rata ratakan hingga 1 kwintal," sambung dia.
Dia mengungkap alasannya memilih tomat untuk ditanam. Sebab, kata Ade, tomat lebih mudah dan tak memerlukan waktu lama.
"Kita hanya butuh waktu cuman 65 hari dari tanam hingga petik atau panen dan masa panen hingga 20 petikan," kata Ade.
![]() |
Ade mengatakan selama panen saat ini jika dihitung sudah mencapai 5 ton tomat. Jumlah itu sudah hasil dari sisa yang gagal.
"Alhamdulillah kalau disebut untung ya untung. Karena modalnya juga tidak terlalu banyak," ucapnya.
Untuk menjual tomat itu, kata Ade, tidak terlalu sulit lantaran permintaannya juga banyak. Sehingga sudah cukup dijual di daerah itu saja.
"Selain harganya murah dalam per kilogramnya hanya Rp 5000 ribu rupiah untuk tomatnya pun masih segar - segar," katanya.
Ia mengatakan dalam sebulan ini penghasilan yang didapatkan dinilai lumayan dan cukup. "Alhamdulillah bisa mengganti musim paceklik, dapat Rp 3 juta sampai Rp 5 juta," ucapnya.
(dir/dir)