Cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Madiun dalam sepekan terakhir membuat petani tomat gulung tikar. Buah tomat mereka mengalami kebusukan hingga gagal panen.
"Hujanya sangat tingginya intensitasnya dan menjadikan kami gagal panen. Banyak buah tomat kami rusak dan membusuk," ujar Jaenuri, salah satu petani tomat Madiun, Kamis (14/11/2024).
Petani warga Desa/Kecamatan Kebonsari itu mengaku bahwa kondisi hujan curah tinggi itu menjadikan buah tomat membusuk di pohon. Tak hanya itu, curah hujan yang tinggi juga menjadikan pertumbuhan tanaman tomat menurun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Daun tomat yang tumbuh mengeriting. Curah hujan tinggi juga menjadikan tanaman rawan terkena jamur," jelas Jaenuri.
Jaenuri menambahkan banyaknya petani yang gagal panen berimbas pada kenaikkan harga tomat di pasaran. Saat ini harga tomat di pasaran mencapai Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per kilogramnya.
"Meskipun harga naik namun, keuntungan itu tidak dapat diraih petani lantaran saat ini satu petani maksimal hanya dapat memanen 20 kilogram. Sedangkan sebelumnya, sekali panen petani dapat meraih tiga kuintal buah tomat," papar Zaenuri.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, Sumanto saat dikonfirmasi menyatakan tanaman holrikultura seperti tomat tidak cocok ditanam saat musim penghujan. Semestinya menanam tanaman tomat saat musim kemarau sehingga dapat maksimal panennya.
"Kalau tanam tomat di musim penghujan tidak pas. Sebaiknya budidaya tanaman hortikultura dilakukan saat musim kemarau," kata Sumanto.
(abq/iwd)