Waktu ground breaking Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Legok Nangka masih terus dinanti. Beberapa waktu lalu Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin pernah mengatakan TPPAS Legok Nangka akan diresmikan bersama Presiden Jokowi, namun setelah pelantikan presiden baru pun belum ada wujudnya.
Meski begitu, Bey mengaku optimis Legok Nangka dapat beroperasi tahun 2028. Kemungkinan TPPAS ini akan diresmikan bersama Presiden RI ke-8, Prabowo Subianto.
"Legok Nangka memang kita berharap betul pada Legok Nangka. Kami masih optimis 2028 bisa beroperasi. Mungkin untuk ground breaking nanti kita tawarkan Pak Prabowo," ucap Bey, Senin (21/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekedar diketahui, TPPAS Legok Nangka berdiri di atas tanah seluas 82,5 hektare yang berlokasi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Nantinya, TPPAS Legok Nangka akan menampung dan mengolah sampah dari Bandung Raya, Sumedang dan Garut.
Legok Nangka akan dibangun dengan teknologi ramah lingkungan (waste to energy), sehingga dihasilkan listrik sebesar 40 megawatt dari kapasitas 2.000 ton sampah per hari. Listrik yang dihasilkan itu kemudian akan dijual kepada PLN. Namun, Bey mengaku administrasi masih jadi sandungan Legok Nangka.
Bey mengatakan sejauh ini ada beberapa hal teknis yang harus diperhatikan. Kini, di bawah pemerintahan Kabinet Merah Putih pun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dipecah menjadi dua bidang, yakni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan. Meski begitu, Bey menjamin hal ini tak akan membawa mempengaruhi perlambatan di inovasi sampah Legok Nangka.
"Memang ada beberapa hal teknis, di Kementerian LHK kami sudah menyurati. Untuk legok nangka kan, di LHK itu pasti perubahan itu memang terjadi secara serentak tapi tidak akan menghambat, fungsinya tetap ada. Tadinya di LHK sekarang di LH," kata Bey.
Di lain sisi, Bey juga masih menyoroti kondisi TPA Sarimukti yang masih overload. Pengiriman sampah pun akan ditekan agar segera ada penurunan, agar upaya Pemprov Jabar bisa berlangsung optimal.
"Kota Bandung itu kan harusnya kiriman sampah dari 170 turun ke 130, ini malah meningkat jadi 185, 166 rit seharinya. Nah itu kami ingatkan betul harus terjadi penurunan tapi juga bagaimana di masyarakatnya harus ada edukasi juga bahwa paling terbaik adalah mengelola sampah dari hulunya," ujar Bey.
Salah satu upaya lain yang dilakukan Pemprov Jabar yakni menggandeng juga perguruan tinggi swasta di Jawa Barat dan Banten. Harapannya, mereka semua bisa serempak memulai mengurangi sampah dari Kota Bandung dan berkembang seluruh kota/kabupaten di seluruh Jawa Barat.
"Kota Bandung masalah sampah sudah darurat, harus terus diingatkan masyarakat untuk memulai mengolah sampah dari rumah. Strateginya antara lain dibagi per klaster, mungkin di kecamatan ini perguruan tinggi mana. Jadi nanti per kelurahan bisa dibagi, nanti ada progresnya," kata Bey.
Bey juga menegaskan agar seluruh upaya yang dicanangkan, tak lagi cuma sekadar tanda tangan kerja sama tanpa hasil. Ia ingin segala upaya dapat segera dilakukan dari hal kecil, hingga akhirnya seluruh masyarakat dapat menyelesaikan sampahnya sendiri.
(yum/yum)