Kata Badan Geologi soal Potensi Megathrust di Indonesia

Kata Badan Geologi soal Potensi Megathrust di Indonesia

Bima Bagaskara - detikJabar
Rabu, 14 Agu 2024 16:05 WIB
Kepala Tim Geologi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Geologi Agus Budianto saat menjelaskan soal potensi gempa megathrust di Indonesia
Kepala Tim Geologi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Geologi Agus Budianto saat menjelaskan soal potensi gempa megathrust di Indonesia. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Gempa berkekuatan magnitudo 7,1 mengguncang Jepang pada Kamis (8/8/2024) lalu. Gempa itu diketahui bersumber dari megathrust Nankai. BMKG menyebut megathrust Nankai mirip dengan dua megathrust yang ada di Indonesia.

Menanggapi pernyataan BMKG, Kepala Tim Geologi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Geologi Agus Budianto mengatakan, potensi gempa megathrust bisa terjadi di hampir seluruh belahan dunia. Namun yang pasti, Agus menyebut tidak ada yang bisa memprediksi gempa itu terjadi.

"Dari tinjauan geologi kita, bahwa bumi jelas adalah di antara subduksi beberapa lempeng yang bertemu itu pasti ada pelepasan energi yang tiba-tiba. Terus kapan dan berapa besar?," kata Agus saat diwawancarai di Kantor Badan Geologi Bandung, Rabu (14/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu mungkin bisa dihitung semuanya. Dan, informasi yang terkait megathrust itu, sebenarnya itu wajar dikeluarkan semua dan mungkin terjadi di sini (Indonesia) dan seluruh dunia," sambungnya.

Agus tidak menyoroti soal potensi dari besarnya guncangan gempa megathrust. Yang terpenting menurutnya, bagaimana masyarakat dan pemerintah menyikapi potensi terjadinya megathrust tersebut.

ADVERTISEMENT

"Persoalannya bagaimana kita menyikapi informasi itu jika kita tidak bisa memprediksi waktu dan berapa besarnya," tegasnya.

Untuk memitigasi adanya potensi gempa bumi, Agus menyebut Badan Geologi telah membuat peta kawasan rawan bencana gempa bumi yang di dalamnya terdapat nilai percepatan pergerakan tanah dan dikonversi ke besaran guncangan yaitu MMI dengan skalanya 1-12.

Menurut dia, jika ada guncangan dengan skala MMI 8 atau lebih, hampir dipastikan sebuah bangunan tahan gempa sekalipun akan rusak. Karena itu, Agus mengharapkan pemerintah dan masyarakat bagaimana menyiapkan diri ketika bencana terjadi.

"Maknanya apa? Cuma satu, bagaimana kita menyelamatkan diri yang gempa itu paling berbahaya 10 detik pertama. Jika bangunan itu disesuaikan dengan peta bencana, minimal bangunan itu bertahan lebih dari 10 detik, jadi kita bisa menyelamatkan diri," ujarnya.

Gempa megathrust sendiri lanjut Agus, memiliki sumber yang berada di berbagai lokasi dengan besaran gempa yang beragam. Terlepas dari hal itu, Agus sekali lagi meminta agar mitigasi bencana gempa jadi perhatian serius.

"Potensi itu pasti terjadi, persoalannya kita tidak tahu kapan dan seberapa besar. Maka memperkirakan dari peta kawasan bencana gempa yang dikeluarkan badan geologi, artinya adaptasi seberapa besar manusia menghadapi guncangan itu," pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono, mengungkapkan, megathrust Nankai yang disebut jadi zona sumber gempa Jepang, ternyata mirip dengan dua megathrust yang ada di Indonesia.

"Kekhawatiran ilmuwan Jepang terhadap Megathrust Nankai saat ini sama persis yang dirasakan dan dialami oleh ilmuwan Indonesia, khususnya terhadap 'Seismic Gap'," ujar Daryono dikutip dari detikEdu.

Para ilmuwan punya kekhawatiran terhadap Megathrust Selat Sunda (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Siberut (M8,9). Daryono mengatakan Indonesia tinggal menunggu waktu saja, dikarenakan dua zona tersebut sudah lama tak mengalami gempa.

"Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata 'tinggal menunggu waktu' karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," sambungnya.

(bba/sud)


Hide Ads