Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi luar biasa terkait energi panas bumi hingga 23 gigawatt (GW). Namun, pengembangan energi terbarukan ini masih menemui banyak kendala.
Potensi energi panas bumi berkaitan dengan jumlah gunung api di Indonesia. Menurut data Badan Geologi, Indonesia memiliki 172 gunung api, atau 13 persen dari jumlah gunung api di dunia.
Ahli Penyelidik Bumi Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Nurhadi menjelaskan, 90 persen panas bumi di Indonesia bersumber dari vulkanik. Sisanya bersumber dari nonvulkanik, seper cekungan sidemen, sesar aktif, migas dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut, saat ini panas bumi yang berhasil dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik sekitar 2.500 megawatt (MW). "Kalau potensinya 23 gigawatt (GW)," kata Nurhadi di Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) Dieng Badan belum lama ini.
Nurhadi menyampaikan, Indonesia berada di urutan kedua terkait pemanfaatan panas bumi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Indonesia mengalahkan Filipina yang berada di urutan ketiga dunia yang menghasilkan 1.952 MW.
Lebih lanjut, Nurhadi menyebut, jumlah lokasi panas bumi di Indonesia sebanyak 362 titik. Terbanyak berada di Sumatera, yakni 104 lokasi. Sementara itu, di Jawa sebanyak 72 titik.
Kendati demikian, pemerintah menemui berbagai kendala untuk mengembangkan energi panas bumi. Nurhadi menjelaskan, soal isu sosial hingga biaya yang besar dalam pengembangan PLTP menjadi kendala.
"Masyarakat masih menganggap pengeboran panas bumi sama dengan tambang. Dianggapnya, pembukaan lahan (untuk panas bumi) akan ada masyarakat yang terpinggirkan. Padahal, untuk area panas bumi ini tidak luas. Satu megawatt itu, satu hektare," kata Nurhadi.
"Kemudian, risiko besar. Karena kegiatan panas bumi itu risiko besar di permukaan dan di bawah permukaan (pengeboran). Ini akibatnya dari sisi keuangan banyak bank yang berat memberikan jaminan," ucap dia menambahkan.
Asa di Jawa
Badan Geologi dan pihak berwenang lainnya terus menyosialisasikan secara intens tentang pemanfaatan panas bumi, khususnya kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mengikis kesalahpahaman.
Seperti di dataran tinggi Dieng atau Gunung Dieng. Pemerintah terus menyosialasisaikan kepada masyarakat tentang panas bumi. Nurhadi menyebut, Dieng memiliki aktivitas vulkanisme yang aktif dengan kaldera yang cukup besar.
"Dan, terbukti. Di Dieng ini ada sekitar 72 megawatt elektrik yang terbukti dari hasil pengembangan oleh PT Geo Dipa Energi," katanya.
Lebih lanjut, Nurhadi mengatakan, potensi pemanfaatan panas bumi di kawasan Dieng tersebar di Mangunan Wanayasa, Candradimuka, dan di area Dieng sendiri. Potensi sumber energi panas bumi dari kawasan Dieng sekitar 200 MW.
"Yang Dieng ini disalurkan untuk grid (jaringan listrik) Jawa-Bali," katanya.
Ia menilai, Dieng bisa menjadi jawaban atas keraguan perusahaan karena risiko dan biaya yang besar. Ia menjelaskan, rasio kesuksesan di Dieng cukup besar dibandingkan dengan kawasan yang belum ada aktivitas eksplorasi.
"Dieng sudah banyak sumur bor rasio, jadi kesuksesan akan lebih tinggi di banding yang belum ada sumur eksplorasi," katanya.
Menurut data yang disampaikan Nurhadi, potensi panas bumi di Jateng juga tersebar di Gunung Slamet, Guci Tegal, Krakal, Gunung Ungaran dan lainnya. Sementara itu, selain PLTP Dieng, beberapa PLTP lainnya yang berada di Jawa adalah Patuha berkapasitas 59.88 MW, Darajat berkapasitas 293,21 MW, Kamojang berkapasitas 239 MW, Wayang Windu berkapasitas 227 MW, Karaha berkapasitas 20 MW, dan Salak berkapasitas 381,97 MW.
![]() |
Mitigasi Bencana
Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Priatin Hadi Wijaya tak menampik selain memiliki potensi energi panas bumi, gunung api juga perlu diwaspadai masyarakat. Seperti masyarakat yang tinggal di sekitar gunung api, atau di atas gunung api salah satunya dataran tinggi Dieng.
"Karena (jumlah gunung api) 13 persen dari yang ada di dunia, sehingga berperan penting untuk mitigasi kebencanaan. Dan, Badan Geologi melakukan pemantauan untuk masyarakat Indonesia," .
Hadi menjelaskan saat ini sebanyak 4,5 juta jiwa yang tinggal di kawasan rawan bencana gunung api. Hadi mengaku Badan Geologi telah membuat rekomendasi untuk kawasan rawan bencana, termasuk di Dieng.
"Peta kawasan rawan bencana termasuk Dieng, kami sosialisasikan. Kami update dengan hasil cek di lapangan," ucap Hadi.
Saat ini Dieng berstatus level 1 atau normal. Namun, Hadi menyebut masyarakat tetap waspada karena Dieng memiliki karakter sendiri yakni letusan freatik yang berbahaya.
"Letusan freatik yang menghasilkan CO2, dan keluarnya asap tersebut terikat dengan air. Jadi mengalir seperti di atas aliran sungai atau lembah, dan itu bahaya," kata Hadi.
Hadi mengaku pihaknya telah membuat rekomendasi untuk masyarakat Dieng terkait kawasan rawan bencana. Menurut peta kawan rawan bencana Dieng, masyarakat dilarang beraktivitas pada radius 500 meter dari Kawah Sileri.
Kemudian, kawasan rawan bencana III yang sangat berpotensi terlanda gas beracun, endapan base surge, hujan lumpur, dan aliran lumpur serta hujan abu lebat dan lontaran batu. Kawasan rawan bencana III ini meliputi daerah sekitar kawah Timbang, Telaga Nila dan Sumur Jalatunda. Di sekitar Kawah Timbang, terutama sepanjang rekahan yang berarah utara-selatan, meliputi Kawah Timbang, Kali Tempurung dan Kali Putih. Luas daerah kawasan ini sekitar 4,06 km². Sekarang kawasan ini tidak lagi dihuni oleh penduduk setelah kejadian erupsi Kawah Sinila pada tahun 1979.
Kawasan rawan bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda base surge, hujan lumpur, dan aliran lumpur serta hujan abu lebat dan lontaran batu. Kawasan ini mencakup lereng baratdaya Kawah Timbang, di selatan berupa lembah yang cukup lebar yang sebarannya melintasi sebagian jalan yang menghubungkan Dusun Kaliputih Desa Sumber sampai di cabang Kali Putih, dan di sebelah utara Sinila serta di sebelah timur sumur Jalatunda.
Kawasan rawan bencana ini meliputi juga sebagian Dusun Kaliputih yang termasuk Desa Sumberrejo. Di Kecamatan Kejajar terdapat tiga desa yang berada dalam kawasan rawan bencana II, yaitu Desa Parikesit Desa Jojogan, dan Desa Sembungan.
Kawasan rawan bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan hujan abu. Derajat kerawanan kawasan rawan bencana ini lebih rendah dari kawasan rawan bencana II. Kawasan ini terutama terletak di sepanjang aliran sungai yang melewati Desa Batur, lembah sungai yang melintasi Desa Sumberejo, dan lembah sungai di sepanjang Kali Putih yang mengalir ke sektor baratdaya dan selatan Kawah Timbang.
Sedangkan di bagian timur Kawah Timbang meliputi daerah sepanjang aliran sungai yang ada di sebelah barat Pasurenan. Daerah yang berada di dalam kawasan ini adalah Dusun Kaliputih, Dusun Serang, Dusun Simbar, Desa Sumberejo, dan kota Kecamatan Batur.
"Teman-teman di pos gunung api aktif sosialisasi (kebencanaan) ke masyarakat dan bergandeng tangan bahu membahu dengan tokoh terkait hingga ke lurah," kata Hadi.
(sud/mso)