Cerita Yayan Olah Kolang-kaling di Tengah Hutan Purwakarta

Cerita Yayan Olah Kolang-kaling di Tengah Hutan Purwakarta

Dian Firmansyah - detikJabar
Rabu, 13 Mar 2024 03:00 WIB
Produksi kolang-kaling di tengah hutan Purwakarta
Produksi kolang-kaling di tengah hutan Purwakarta (Foto: Dian Firmansyah/detikJabar)
Purwakarta -

Datangnya bulan Ramadan menjadi berkah tersendiri bagi para perajin kolang-kaling, pasalnya permintaan buah yang berasal dari pohon aren itu meningkat, karena menjadi topping minuman takjil untuk berbuka.

Kolang-kaling bisa dicampur dengan berbagai minuman dan makanan yang manis, karena teksturnya yang kenyal dengan rasa yang menyegarkan.

Yayan Maulana (50), salah satu perajin kolang-kaling di di Desa Pasir Munjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Ia bersama warga lainnya disibukkan dengan produksi kolang-kaling seiring permintaan yang meningkatkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

DetikJabar berkesempatan melihat langsung proses pemetikan buah aren dari pohonnya, perebusan hingga pengupasan jadi kolang-kaling. Prosesnya pun memerlukan waktu hingga dua jam sampai bisa dikonsumsi.

Diawali dengan memetik buah aren yang menjuntai di atas pohon, namun proses ini harus hati-hati karena jika terkena getahnya akan menderita gatal-gatal. Kemudian pemisahan buah aren dari tangkai dan perebusan, buah tersebut kemudian direbus sekitar 1 jam dalam sebuah drum agar matang.

ADVERTISEMENT

Ada cara unik yang dilakukan perajin, mereka mengeluarkan biji kolang-kaling dengan cara dijepit menggunakan alat yang sudah dimodifikasi, buah disimpan kemudian ditekan menggunakan kayu hingga biji kolang-kaling keluar, sebelumnya buah aren perlu dikupas dulu sebagian agar alat penjepit agar memudahkan kolang-kaling keluar.

"Dari zaman orang tua bikin kolang-kaling saya sudah ikut. Sekarang tinggal meneruskan, sudah jadi tradisi tahun ke tahun," ujar Yayan saat ditemui detikJabar di tengah hutan tempat produksi kolang-kaling, Selasa (12/03/2024).

Produksi kolang-kaling di tengah hutan PurwakartaProduksi kolang-kaling di tengah hutan Purwakarta Foto: Dian Firmansyah/detikJabar

Yayan menjelaskan, produksi kolang-kaling baru ia mulai lagi sepekan menjelang memasuki bulan Ramadan karena permintaan yang meningkat. Di luar Ramadan ia kembali menjadi buruh tani.

"Dari pohon aren, lalu dibawa masuk ke rebusan, tungku, pake api, perebusan minimal 1 jam, kupas. Selama bulan puasa aja, selain bulan puasa jarang peminatnya," katanya.

Produksi kolang-kaling di tengah hutan PurwakartaProduksi kolang-kaling di tengah hutan Purwakarta Foto: Dian Firmansyah/detikJabar

Dalam sehari, ia bersama satu rekannya melakukan produksi kolang-kaling bisa mencapai 30 kilogram, dan alasan ia produksi di tengah hutan sekitar pohon aren untuk menekan biaya produksi.

"Di sini kan suluh (bahan bakar) banyak, dari metik bisa langsung diproses enggak harus diangkut pake mobil dulu, lumayan biaya," ungkap Yayan.

Pada momen Ramadan ini, ia mengatakan bahwa kolang kaling yang ia produksi dijual mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu per Kg, dan dipasarkan di wilayah Purwakarta.

"Kalau pada momen bulan puasa ini bisa dijual sampai Rp 12 ribu per Kg. Biasa dijual ke pasar-pasar yang ada di Purwakarta saja, kalau pada bulan puasa gini, suka meningkat memang permintaan dari pasar," pungkasnya.

(yum/yum)


Hide Ads