Dari 'Cinlok', Yadi dan Sri Sukses Ekspor Piyama ke Malaysia

Dari 'Cinlok', Yadi dan Sri Sukses Ekspor Piyama ke Malaysia

Wisma Putra - detikJabar
Selasa, 12 Mar 2024 11:30 WIB
Piyama anak yang diproduksi UMKM asal Kabupaten Bandung diekspor ke Malaysia.
Piyama anak yang diproduksi UMKM asal Kabupaten Bandung diekspor ke Malaysia. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Kisah romantis sekaligus inspiratif datang dari pasangan suami istri (pasutri) asal Kabupaten Bandung Yadi Kurniadi (35) dan Sri Martini (34). Pasutri ini memiliki pengalaman hidup yang bisa menginspirasi banyak orang dari mulai cerita cinta lokasi (cinlok) di tempat kerjanya dulu hingga berhasil menjadi pengusaha sukses.

Awal kisah pertemuan keduanya terjadi belasan tahun lalu, di mana Yadi dan Sri bekerja sebagai admin di salah satu toko pakaian di Kota Bandung dan di tempat kerja itulah, cinta Yadi dan Sri bersemi hingga menjalin hubungan ke jenjang serius.

Mantap dengan pilihan hidupnya, Yadi pun meminang Sri di tahun 2013 dan di saat itulah pria kelahiran Cicadas dan wanita kelahiran Dayeuhkolot Bandung itu resmi menikah. Seiring berjalannya waktu, Yadi dan Sri keluar dari pekerjaannya dan memilih untuk berwirausaha. Usaha yang dipilih yakni menjual baju piyama anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum memilih membangun usaha konveksi piyama anak, Yadi dan Sri sempat menjual kaus atau produk clothing, namun karena usahanya tak berjalan mulus, akhirnya pasutri ini memilih berjualan baju piyama anak dan di saat itulah perjalanan bisnis mereka dimulai.

Asam garam menjadi pengusaha sudah dirasakannya. Dari mulai membeli bahan berdua, melakukan produksi berdua hingga menjual produk berdua, dilakukan oleh pasangan ini.

ADVERTISEMENT

Yadi mengisahkan, sebelum membuka konveksi sendiri dia mendapatkan pakaian anak dari temannya untuk dijual kembali. Namun seiring waktu berjalan, bisnisnya maju dan Yadi pun memilih membuka konveksi sendiri, karena kebutuhannya tidak dapat dipenuhi temannya.

"Usaha ini saya bangun bersama istri sejak tahun 2017. Saya dan istri sebelumnya bekerja di bidang fesyen hampir 10 tahun bekerja di toko baju di Alun-alun Bandung menjadi admin. Orang lain berprosesnya ke clothing, karena dekat dengan Plaza Parahyangan, tapi saya dan istri mulainya lihat baju anak, beli baju piyama anak saya, akhirnya musyawarah bikin ini," kata Yadi kepada detikJabar, Minggu, 10 Maret 2024.

Yadi mengungkapkan, bisnis pakaian anak dinilainya memiliki potensi cukup besar dibandingkan bisnis clothing. Seperti peribahasa 'sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit' dia pun serius membangun usahanya.

"Lihat baju anak, potensinya lebih besar dan lebih bagus, dari bahan dan pemilihan motif. Coba, saya jualin dulu, awalnya ambil dari teman, terus saya jualin dan laku. Teman produksinya telat, dari situ kepikiran kita mulai produksi sendiri, dari sana produksi melibatkan saudara sebagai penjahit," ungkap Yadi.

Dari pernikahan Yadi dan Sri, mereka memiliki dua anak bernama Azam Rayyan Alfarizi dan Raffasya Ataparis Al-Hadi. Nama anak pertamanya, digunakan sebagai usahanya saat ini yakni Rayyan Fashion Kids.

Berawal Dari Ruangan 3x3 Meter Hingga Ekspor ke Malaysia

Piyama anak yang diproduksi UMKM asal Kabupaten Bandung diekspor ke Malaysia.Piyama anak yang diproduksi UMKM asal Kabupaten Bandung diekspor ke Malaysia. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Masih ingat di benak Yadi dan Sri, usaha baju piyama yang dia lakukan saat ini berawal dari usaha kecil yang dibangun di tempat berukuran yang tidak begitu luas. Menurut Yadi, ruangan 3x3 meter yang ada di dalam rumah milik mertuanya dijadikan sebagai tempat produksi baju piyamanya dulu.

Buah kerja kerasnya, Yadi saat ini bisa gunakan rumah pribadinya yang ada di wilayah Baleendah sebagai tempat produksi baju piyama dan tentunya tempat produksi saat ini lebih luas dari sebelumnya.

"Dulu, ikut di rumah mertua dan proses jahit di rumah penjahit masing-masing di lingkungan yang sama. Dulu ukuran tempatnya 3x3 meter, sekarang punya tempat sendiri dan tempat pajangan sendiri," tuturnya.

Tak hanya itu, karena dia ingin usaha yang dibangunnya memiliki kebermanfaat bagi lingkungan sekitar, maka dia merekrut saudara dan tetangga sebagai karyawannya.

"Penjahit ada empat orang, bagian QC dua orang dan bagian lubang kancing satu orang. Tetangga dan saudara. Pas awal ngerintis belum ada karyawan, terus rekrut satu penjahit, nambah dua, nambah tiga sampai sekarang penjahit ada empat.

Yadi juga menyebut, usahanya kini terus dia kembangkan dan setiap memiliki keuntungan dia gunakan untuk kebutuhan usaha, salah satunya mesin dan investasi bagi masa depan anak-anaknya kelak.

"Alhamdulillah bisa beli mobil, motor, rumah dua. Terus mesin kebeli, dari mesin satu jadi 10 mesin, di antaranya mesin jahit, obras dan lubang kancing," ujarnya.

Tak hanya itu, karena keseriusannya produk piyama anak yang diproduksi dapat diekspor ke Malaysia. Meski kapasitasnya tidak begitu besar, tapi ekspor rutin dilakukan hingga saat ini.

"Buyer beda-beda, bukan hanya satu, untuk sekarang alamdullilah per dua minggu atau per bulan ada yang dikirim. Jumlah gak tentu, sekitar 500-2000 pcs per bulan. Nilainya dari Rp 60-80 juta. Itu beberapa kali order ya, enggak sekali order," jelasnya.

Pelatihan BRI Jadikan UMKM Naik Kelas

Piyama anak yang diproduksi UMKM asal Kabupaten Bandung diekspor ke Malaysia.Piyama anak yang diproduksi UMKM asal Kabupaten Bandung diekspor ke Malaysia Foto: Wisma Putra/detikJabar

Piyama anak yang diproduksi UMKM asal Kabupaten Bandung mejeng di Pameran UMKM Pesta Rakyat Simpedes BRI. (Foto: Istimewa)

Sebelum menjadi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) binaan Bank BRI, Yadi sudah mengirimkan produk piyama anak yang diproduksinya ke Malaysia.


Namun, setelah jadi UMKM binaan, Yadi mendapatkan banyak pelatihan yang dia rasa menjadi pengusaha bukan saja berbicara untung dan rugi, akan tetapi memahami hakikat dari wirausaha itu sendiri dari mulai memiliki kebermanfaat hingga bagaimana membangun usaha menjadi usaha yang lebih besar atau naik kelas.

"Ikut pelatihan pas Pesta Rakyat BRI Tahun 2022, setelah Covid-19. Saya dapat fasilitas, pembimbingan, kita diajarkan marketing untuk naik level, dari label, perizinan, legalitas usaha, kita didampingi terus. Salah satunya pembuatan NIB. Awalnya gak tahu ada NIB, ternyata NIB itu penting dan itu gratis dari BRI," terang Yadi.

Menurut Yadi, sebelum bisa menjual produk piyamanya ke Malaysia. Dia dan sang istri berjualan secara konvensional salah satunya berjualan di car free day (CFD). Yadi juga gunakan medsos untuk berjualan.

"Dulu kita jualan di CFD, terus ke sosmed seperti Facebook, kita pasang foto yang dibagusin, ternyata responya bagus," ucapnya.

Setelah dapat pelatihan dari BRI, Yadi pun kepakan sayap dengan berjualan di marketplace. Ada juga yang membeli produknya untuk dijual kembali di grosir atau reseller. Tak hanya itu, produk piyama Yadi juga saat ini masuk ke baby shop di Kota Bandung hingga Jakarta.

"Awalnya 10 lusin, sekarang produksi seminggu bisa 1.000 pcs, untuk sekarang. Keuntungan saat ini dari mulai Rp 10-15 juta, keuntungan bersih ya," ujarnya.

Sebagai UMKM binaan BRI, Yadi juga memiliki cita-cita untuk terus membesarkan usaha miliknya. Memiliki gudang, tempat produksi di luar rumah miliknya dan toko sendiri, serta menginginkan produk piyamanya bisa masuk ke departemen store di luar baby shop yang saat ini sudah melakukan kerjasama.

"Target punya gudang dan toko, saya mau nambah mesin juga, toko dan gudang pisah. Kita juga sudah jajaki dengan baby shop, kita sudah masuk dan sudah PKS atau perjanjian kerjasama di 5 toko di Bandung dan Jakarta. Kita juga sedang penjajakan di toko lain dan kita juga ingin masuk ke departemen store lainnya," tuturnya.

Yadi juga berharap, demi meningkatkan kapasitas produksi dia membutuhkan suntikan modal. Karena belum lama menjadi UMKM binaan BRI, ke depan dia ingin mendapatkan bantuan pemodalan berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI atau bantuan berupa hibah.

"Modal juga, mudah-mudahan bisa dapat bantuan, karena buat ekspor butuh modal yang cukup besar," tambahnya.

Sementara itu, istri Yadi yakni Sri Martini atau karib disapa Ncie mengatakan, sudah 11 tahun dia menikah dengan sang suami. Sri mengatakan, jika dia akan setia dengan sang suami dan membantu usahanya menjadi usaha yang besar.

"Alhamdulillah dari cinlok bisa bangun rumah tangga dan sekarang bangun usaha," ucap Ncie singkat.

Bupati Bandung Minta Pelaku UMKM Terus Berkreasi

Piyama anak yang diproduksi UMKM asal Kabupaten Bandung diekspor ke Malaysia.Piyama anak yang diproduksi UMKM asal Kabupaten Bandung mejeng di Pameran UMKM Pesta Rakyat Simpedes BRI. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Bupati Bandung Dadang Supriatna meminta kepada seluruh UMKM di Kabupaten Bandung, Jawa Barat untuk terus berkreasi dan berinovasi untuk mengembangkan UMKMnya.

Kang DS sapaan karib Dadang Supriatna berkeyakinan dengan potensi ekonomi lokal, hal tersebut tercermin pada data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, tingkat pengangguran di Kabupaten Bandung juga turun pada tahun 2022 menjadi 6,98% dari sebelumnya 8,38% pada tahun 2021.

"Saya yakin PDRB Kabupaten Bandung bisa terus naik, pengangguran juga berkurang," kata Dadang.

Demi mendorong penggunaan produk lokal dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan di Kabupaten Bandung, Kang DS membentuk Tim Perhitungan dan Penginputan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

Tim ini diberi tugas penting, antara lain menyiapkan kebijakan dan pedoman penggunaan produk dalam negeri, melakukan koordinasi serta pemantauan pelaksanaan peningkatan penggunaan produk dalam negeri dalam kegiatan pemerintah dan memberikan konsultasi terkait penggunaan produk dalam negeri.

Kang DS menjelaskan, penggunaan produk dalam negeri adalah langkah signifikan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, memperkuat ekosistem ekonomi lokal dan mendorong kemandirian ekonomi.

"Peningkatan penggunaan produk dalam negeri di Kabupaten Bandung bertujuan untuk memperkuat ekosistem ekonomi lokal. Pemerintah akan terus berupaya untuk senantiasa meningkatkan daya saing yang berkelanjutan bagi para usaha lokal. Hal ini tidak hanya akan menciptakan lapangan kerja baru melainkan juga merangsang laju pertumbuhan ekonomi yang inklusif," jelas Kang DS.

Kang DS menambahkan, pada saat pandemi tahun 2020, laju ekonomi Kabupaten Bandung berada di angka -1,8%. Namun pada 2022, tercatat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung naik ke angka 5,35%. Hal ini terjadi karena Kabupaten Bandung memiliki produk-produk andalan muatan lokal.

"Saya berharap agar pelaku UMKM dan pengusaha Kabupaten Bandung dapat berinovasi sehingga produk-produk lokal dapat tampil di etalase-etalase yang diharapkan," harap Kang DS.

Jumlah pelaku UMKM di Kabupaten BandungJumlah pelaku UMKM di Kabupaten Bandung Foto: infografis/Wisma Putra

BRI Dukung UMKM Modern-Mendunia

Piyama anak yang diproduksi UMKM asal Kabupaten Bandung diekspor ke Malaysia.200 ribu UMKM lebih di Regional CEO BRI Bandung naik kelas. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi dalam memberdayakan para pelaku UMKM, BRI mendorong agar para pelaku UMKM bisa beralih menjadi UMKM yang modern, mengikuti perkembangan teknologi informasi dan mendunia.

"BRI juga berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN untuk pengembangan UMKM (Go Modern, Go Digital, Go Online, Go Global)," kata Sadmiadi.

Menurut Sadmiadi saat ini di wilayah BRI Regional Office Bandung terdapat tiga Rumah BUMN yang berlokasi di Kota Bandung, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Tasikmalaya.

Rumah BUMN Bandung ada di Jalan Jurang No 50, Pasteur, Kecamatan Sukajadi, Rumah BUMN Purwakarta ada di Jalan Raya Anjun, Kecamatan Plered dan Rumah BUMN Tasikmalaya ada di Jalan Noenoeng Tisna Saputra, Perum Wijaya Permai 2, Blok G no 7, Desa Kahuripan, Kecamatan Tawang.

Sadmiadi mengatakan, Saat ini BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan dan 200 ribu UMKM naik kelas.

"Terdapat scoring assessment untuk penilaian UMKM naik kelas dimana terdapat 200.591 UMKM naik kelas di BRI Regional Office Bandung," pungkasnya.

(wip/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads