Sejarah dan Makna Penggunaan Kunyit Saat Pemilu di Cirebon

Sejarah dan Makna Penggunaan Kunyit Saat Pemilu di Cirebon

Ony Syahroni - detikJabar
Rabu, 14 Feb 2024 17:00 WIB
Tinta kunyit di TPS Kampung Benda Kerep Cirebon.
Tinta kunyit di TPS Kampung Benda Kerep Cirebon. (Foto: Ony Syahroni/detikJabar)
Cirebon -

Penggunaan sari kunyit sebagai pengganti tinta biru dalam pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) telah menjadi tradisi masyarakat di Kampung Benda Kerep, Kelurahan Argasunya, Kota Cirebon. Para warga akan menorehkan sari kunyit di jari tangan sebagai penanda bahwa mereka telah menggunakan hak pilihnya.

Ya, penggunaan sari kunyit pada pelaksanaan Pemilu memang sudah menjadi kebiasaan atau tradisi bagi warga yang tinggal di lingkungan pesantren itu. Hingga di momen pencoblosan Pemilu 2024 kali ini, sari kunyit sebagai pengganti tinta biru pun masih digunakan oleh warga di Kampung Benda Kerep.

detikJabar sempat berbincang-bincang dengan warga setempat untuk mencari tahu sejarah sekaligus alasan di balik penggunaan sari kunyit sebagai pengganti tinta biru pada momen Pemilu di Kampung Benda Kerep, Kota Cirebon.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Latif (52), salah seorang warga Kampung Benda Kerep mengatakan jika penggunaan tinta kunyit saat pelaksanaan Pemilu di daerah tersebut sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu.

Warga setempat khawatir penggunaan tinta biru yang disediakan oleh KPU akan membuat tidak sahnya wudhu saat ingin melakukan ibadah salat. Oleh karenanya, warga setempat pun lebih memilih menggunakan sari kunyit saat pelaksanaan Pemilu.

ADVERTISEMENT

"Kalau pakai tinta biru susah hilangnya. Jadi kita pakai kunyit biar cepet hilangnya, ketika kita mau wudhu dan salat," kata Latif saat ditemui di Kampung Benda Kerep, Kota Cirebon, Rabu (14/2/2024).

Hal senada disampaikan oleh warga Kampung Benda Kerep lainnya, Muhtadi (55). Sulitnya penghapusan tinta biru ketika mengenai kulit membuatnya memilih tidak menggunakan cairan pewarna tersebut.

Dalam proses pencoblosan Pemilu 2024, Muhtadi juga lebih memilih menggunakan sari kunyit sebagai pengganti tinta biru yang disediakan oleh KPU.

"Kunyit sama tinta biru itu beda jauh. Kalau pakai kunyit kan cepet hilang. Sedangkan tinta susah hilangnya. Ini masalahnya untuk wudhu. Wudhu kan harus mengenai kulit. Kalau kita pakai tinta ngga bisa masuk (mengenai kulit) air wudhunya," kata Muhtadi.

Muhtadi menjelaskan, penggunaan sari kunyit di Kampung Benda Kerep, Kota Cirebon ini sudah berlangsung sejak Pemilu di tahun 2004 silam.

"Dari Pemilu tahun 2004 di sini memang sudah pakai kunyit. Waktu jamannya Pak SBY (Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono)," kata Muhtadi.

Pada Pemilu 2004 silam atau saat sari kunyit mulai digunakan, warga setempat berinisiatif membuat cairan tersebut secara mandiri. Warga setempat sengaja membuat cairan tersebut untuk menggantikan tinta biru saat proses pencoblosan Pemilu.

"Dulu warga bikin sendiri kunyitnya. Tapi akhirnya disediakan oleh KPU," kata dia.

Muhtadi mengatakan, Kampung Benda Kerep sendiri merupakan salah satu daerah di Kota Cirebon yang dipenuhi oleh pondok pesantren. Saat ini, kata dia, setidaknya ada belasan pondok pesantren di Kampung Benda Kerep dengan jumlah santri yang mencapai ratusan.

"Kalau Benda Kerep memang lingkungan pesantren. Kurang lebih ada 15 pondok pesantren yang ada di Benda Kerep. Kalau santrinya kurang lebih mungkin ada 200-an," kata Muhtadi.

Terkait dengan pelaksanaan Pemilu, warga di Kampung Benda Kerep masih tetap menggunakan sari kunyit. Termasuk pada Pemilu 2024 kali ini meski KPU Kota Cirebon telah menyediakan dua pilihan. Yakni sari kunyit dan tinta biru.

"Tinta biru memang disediakan. Tinta ada, kunyit ada. Tapi kita tetap pakainya kunyit," ucap dia.

Sebelumnya, Ketua KPU Kota Cirebon, Mardeko mengatakan, khusus di Kampung Benda Kerep, ada tiga TPS yang disediakan sari kunyit. Meski begitu, KPU Kota Cirebon juga tetap menyediakan tinta biru untuk tiga TPS tersebut.

(iqk/iqk)


Hide Ads