Di Kota Cirebon, terdapat sebuah situs makam keramat yang telah berusia ratusan tahun. Tak seperti makam pada umumnya, makam ini memiliki ukuran tidak biasa, sehingga dikenal dengan nama Situs Makam Panjang.
Situs ini memiliki dua makam utama. Salah satunya memiliki panjang sekitar 3 meter, sedangkan yang lainnya mencapai 5 meter. Di sekitar makam, terdapat serpihan batu bata yang diyakini berasal dari reruntuhan tembok lama. Tepat di samping makam, berdiri sebuah musala bernama Musala Asyifa, dengan pagar hijau berhiaskan keramik dan gelas di bagian atas pintu masuknya.
Pegiat sejarah dan budaya Cirebon, Jajat Sudrajat, mengungkapkan ukuran panjang makam ini memiliki makna filosofis yang mendalam. "Kalau orang zaman dulu, panjang dalam arti kata banyak makna, artinya panjang sejarahnya, panjang umurnya, panjang silaturahminya. Makna panjangnya banyak, istilahnya agar kita harus orang yang selalu mengingat dan dikenang, ada makna yang seperti itu," tutur Jajat kepada detikJabar belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, salah satu makam di situs ini diyakini merupakan tempat peristirahatan terakhir Pangeran Jayalelana, keturunan Pangeran Panjunan, yang hidup pada abad ke-16 M. "Kalau tidak salah itu namanya Pangeran Jayalelana, bukan Bratakelana yang menjadi putra Syekh Syarif Hidayatullah yang makamnya di Mundu," tutur Jajat.
Pangeran Jayalelana dikenal sebagai tokoh penyebar Islam di Cirebon yang menggunakan pendekatan santun dan kreatif dalam berdakwah. Ia mengajarkan masyarakat sekitar cara membuat gerabah, sebuah keahlian yang diwariskan turun-temurun dari Pangeran Panjunan.
![]() |
"Bikin padepokan ngumpulin warga terus berdakwah, karena memang konsepnya Pangeran Panjunan kepada keturunannya itu berkarya sambil berdakwah, untuk menarik orang yang belum Muslim pada waktu itu, dia berkarya untuk membuat gerabah," tutur Jajat.
Menurutnya, dulu, daerah Kesambi yang menjadi lokasi makam Pangeran Jayalelana, merupakan daerah penghasil kayu dan tanah,digunakan sebagai bahan utama untuk pembakaran dan pembuatan gerabah.
"Kesambi itu dulunya banyak ditumbuhi pohon asem dan pohon kesambi, kenapa pohon asem dan kesambi karena untuk mensuplai bahan pengobongan (pembakaran) ketika ngobong bata, terakota. Karena kayu kesambi itu jadi penghantar panas yang paling bagus, menurut catatan seperti itu, " tutur Jajat.
Sedangkan untuk makam satunya yang memiliki ukuran lebih panjang, merupakan makam dari pusaka atau benda peninggalan dari Pangeran Jayalelana semasa beliau hidup. "Diduga untuk makam satunya merupakan makam pusaka, artinya peralatan yang dipakai oleh Pangeran Jayalelana. Itu makamnya sudah lama sekitar abad ke 17," pungkas Jajat.
Makam Panjang sendiri berlokasi di tengah permukiman penduduk tepatnya di Jalan Simaja, Kelurahan Drajat, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon.
![]() |