14 Masjid Unik dan Bersejarah di Cirebon

14 Masjid Unik dan Bersejarah di Cirebon

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Senin, 31 Mar 2025 18:00 WIB
Masjid Agung Keraton Kanoman Cirebon
Masjid Agung Keraton Kanoman Cirebon (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Cirebon -

Sebagai kota bersejarah, Cirebon memiliki beberapa masjid dengan arsitektur bangunan yang unik, tak hanya bangunannya yang unik, beberapa masjid di Cirebon juga memiliki sejarah yang panjang.

Lebih jelasnya berikut 14 Masjid Unik dan bersejarah di Cirebon:

Masjid Wanantara

Masjid Wanantara Cirebon dan bunker bawah tanah Masjid WanantaraMasjid Wanantara Cirebon dan bunker bawah tanah Masjid Wanantara Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berlokasi di tepi sungai Cipager, Masjid Wanantara memiliki arsitektur yang unik. Berbeda dengan di tempat lain, Masjid Wanantara memiliki ruang bawah tanah atau bunker, dulu, pada masa penjajahan, ruang bawah tanah tersebut digunakan sebagai tempat berlindung para pejuang dari kejaran para penjajah.

Menurut pengurus masjid, Agus Ahmad, dulu ruang bawah tanah memiliki area yang cukup luas yang tersebar di beberapa sudut masjid. Namun, seiring berjalannya waktu, ruang bawah hanya tersisa di bagian depan dekat dengan mimbar masjid, untuk sampai ke sana, harus melewati anak tangga terlebih dahulu. Meski tidak ada ventilasi udara, namun, suasana di ruang bawah tanah terasa sejuk dan adem.

ADVERTISEMENT

Masjid Wanantara dibangun Ki Buyut Syamsuri dan Mbah Abdul Jalil sekitar tahun 1880-an. Untuk bahan bantuannya sendiri diambil langsung dari bebatuan yang ada di sungai Cipager. Di sekitar masjid, terdapat sebuah pondok pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Maharesi Shiddiq Wanantara. Masjid Wanantara berlokasi di Kampung Wanantara, Desa Kubang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon.

Masjid Agung Keraton Kanoman

Masjid Agung Keraton Kanoman CirebonMasjid Agung Keraton Kanoman Cirebon Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Masjid Agung Keraton Kanoman berlokasi di belakang Pasar Tradisional Kanoman Cirebon, dengan warna hijau dan kuning sebagai warna dominan, dibangun oleh Sultan Kanoman Muhammad Dzulqarnain sekitar tahun 1930. Kala itu, saat pertama kali berdiri, Masjid Agung Keraton Kanoman belum digunakan sebagai tempat salat Jumat.

Baru pada masa Sultan Kanoman Djalaludin, Masjid Agung Kanoman diperbolehkan untuk melaksanakan salat Jumat. Selain digunakan untuk salat Jumat, Masjid Agung Keraton Kanoman juga sering digunakan untuk acara tradisi keraton seperti Panjang Jimat, Pelal, Tawasulan dan Marhabanan.

Untuk arsitekturnya, Masjid Keraton Kanoman memiliki atap limas yang terbuat dari anyaman kayu, dengan 4 pilar penyangga di bawahnya. Di bagian temboknya, terdapat ornamen keramik cina, kaligrafi dan ukiran kayu di dinding masjid. Untuk alamat lengkapnya, Masjid Agung Keraton Kanoman terletak di Jalan Kanoman Utara, RW 10,Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon.

Masjid Sang Cipta Rasa

Suasana bagian luar dan bagian dalam Masjid Sang Cipta Rasa CirebonSuasana bagian luar dan bagian dalam Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Masjid Sang Cipta Rasa lokasinya dekat dengan alun-alun Sangkala Buana Keraton Kasepuhan, sebagai salah satu masjid tertua di Cirebon, Masjid Sang Cipta Rasa memiliki beberapa keunikan, dimulai dari arsitekturnya, Masjid Sang Cipta Rasa tidak memiliki atap puncak seperti masjid pada umumnya.

Masjid Sang Cipta Rasa dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian dalam dan bagian luar. Untuk bagian luar terdapat sumur keramat yang bisa digunakan oleh pengunjung. Sedangkan di bagian dalam masjid terdapat mihrab berbentuk teratai yang dibuat oleh Sunan Kalijaga, ada 9 pintu masuk untuk menuju ruang utama, 9 pintu tersebut melambangkan 9 wali sanga penyebar agama Islam di Jawa.

Menurut Kepala Informasi dan Pariwisata Keraton Kasepuhan, Iman Sugiman, Masjid Sang Cipta Rasa dibangun oleh Sunan Gunung Jati dengan bantuan Sunan Kalijaga, dan juga seorang arsitek dari Majapahit bernama Raden Sepat pada tahun 1480 M. Masjid Sang Cipta Rasa berlokasi di Jalan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.

Masjid Nona

Masjid Sukadana atau dikenal Masjid Nona di Kabupaten CirebonMasjid Sukadana atau dikenal Masjid Nona di Kabupaten Cirebon Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Di Cirebon timur, tepatnya di Desa Sukadana, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Cirebon terdapat masjid dengan gaya arsitektur Eropa, Jawa dan Tiongkok. Arsitektur Eropa terlihat pada bagian lantai yang berwarna kuning dengan motif bunga khas Eropa, dengan atap gaya Momolo Jawa, serta setiap sudutnya dilengkapi ventilasi udara dengan gaya arsitektur Tiongkok.

Di bagian depan masjid terdapat gentong antik untuk tempat berwudu, dan relief yang menunjukkan tahun dibangunnya masjid, di dalamnya terdapat 9 pintu masuk dari kayu yang melambangkan 9 wali sanga penyebar agama Islam di Jawa.

Masjid Nona dikenal juga dengan nama Masjid Sukadana, dibangun pada tahun 1920 M oleh seorang saudagar keturunan Tionghoa bernama Mayor Tan Tjin Kie. Mulanya, Masjid Nona digunakan untuk tempat beribadah para buruh pabrik gula Luwung Gajah milik Mayor Tan Tjin Kie.

Masjid Keramat Megu

Masjid Keramat Megu Cirebon.Masjid Keramat Megu Cirebon. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Masjid Keramat Megu berlokasi di Desa Megugede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon. Dibangun oleh utusan Prabu Siliwangi yang bernama Ki Buyut Megu pada abad ke 15. Masjid Megu dikelilingi oleh tembok bata merah yang berusia ratusan tahun.

Di dalam masjid terdapat sebuah situs makam, yakni makam Ki Buyut Megu dan istrinya, serta makam Pangeran Arya Natas Angin. Di bagian dalam masjid, terdapat 9 pintu masuk yang terbuat dari kayu, yang dibuka hanya di waktu salat Id dan salat Jumat. Di sampingnya terdapat sumur keramat yang bisa digunakan pengunjung untuk berwudu.

Masjid Jagabayan

Masjid Jagabayan di Kota CirebonMasjid Jagabayan di Kota Cirebon Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Masjid bersejarah selanjutnya adalah Masjid Jagabayan, berlokasi di dalam gang pertokoan Jalan Karanggetas, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Mulanya, Masjid Jagabayan merupakan pos penjagaan yang didirikan oleh seorang utusan dari Kerajaan Pajajaran bernama Pangeran Nalarasa sekitar tahun 1437 M.

Kala itu, Pangeran Nalarasa ditugaskan oleh Prabu Siliwangi untuk menjemput anaknya, Pangeran Walangsungsang, namun, sesampainya di Cirebon, Pangeran Nalarasa malah tertarik untuk masuk Islam dan bertemu dengan Sunan Gunung Jati. Oleh Sunan Gunung Jati, Pangeran Nalarasa ditugaskan sebagai penjaga keraton dengan gelar Tumenggung Jagabayan.

Di bagian dalam masjid terdapat sebuah mimbar, lampu gantung dan juga ukiran kaligrafi. Di samping masjid, terdapat sebuah sumur keramat yang biasa digunakan pengunjung untuk mandi dan berwudu.

Masjid Syekh Birawa

Masjid Syekh Birawa di Kota CirebonMasjid Syekh Birawa di Kota Cirebon Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Masjid yang lokasinya di bagian belakang Pasar Kalitanjung ini memiliki koleksi benda bersejarah berusia ratusan tahun seperti Al-Quran tulis tangan, naskah kuno, tombak, keris, alat penyulut api dan peti kuno. Mulanya, Masjid Syekh Birawa merupakan langgar kecil yang dibangun oleh Syekh Birawa pada abad ke 15.

Syekh Birawa atau Raden Birawa merupakan keponakan dari Prabu Siliwangi yang lokasi makamnya tidak jauh dari masjid. Untuk bentuk masjidnya sendiri berwarna putih hijau dengan teras masjid yang menghadap langsung ke sungai Suba. Untuk lokasinya lengkapnya ada di RT 03, RW 04, Kalitanjung, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.

Masjid Merah Pasalakan

Masjid Pasalakan CirebonMasjid Pasalakan Cirebon Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Masjid Merah Pasalakan didirikan oleh seorang tokoh asal Banten bernama Syarif Abdurrahman Al Usmani pada abad ke 16. Di bagian depan masjid tampak berwarna putih, di bagian serambi masjidnya terdapat deretan makam kuno yang sudah disemen. Sehingga yang terlihat hanya batu nisan dan sedikit kerikil di atas pusara makamnya.

Di bagian depan teras terlihat pula sumur keramat yang menyatu dengan bagian dalam masjid. Untuk bagian dalam masjidnya sendiri berwarna merah dengan beberapa tiang sebagai penyangga. Tidak jauh dari masjid terdapat situs makam Syarif Abdurrahman Al Usmani dan para pengikutnya. Untuk lokasinya, ada di Kelurahan Pasalakan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.

Tajug Agung Kejaksan

Tajug Agung Pangeran Kejaksan Kota CirebonTajug Agung Pangeran Kejaksan Kota Cirebon Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Tajug Agung Kejaksan berlokasi di gang Pangeran Kejaksan, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon. Meskipun sudah direnovasi, namun, di bagian dalam masjid terdapat benda bersejarah yang masih dipertahankan seperti mimbar dan tombak, di bagian luar terlihat ornamen keramik khas Tiongkok. Di samping masjid juga, terdapat sebuah kolam dengan tembikar di dalamnya.

Tajug Agung Kejaksan dibangun sekitar tahun 1479 - 1470 M oleh Syekh Syarif Abdurrohim atau Pangeran Kejaksan yang merupakan adik dari Syekh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Panjunan.

Masjid Merah Panjunan

Masjid Merah Panjunan CirebonMasjid Merah Panjunan Cirebon Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Masjid Merah Panjunan dibangun oleh seorang ahli pembuat gerabah bernama Syekh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Panjunan sekitar tahun 1480 M. Untuk arsitektur bangunanya merupakan perpaduan dari gaya arsitektur Arab dan Tiongkok, terlihat dari susunan bata khas Arab dengan dinding masjid yang dilengkapi dengan ornamen keramik khas Tiongkok.

Di bagian dalam masjid terdapat sebuah ruangan yang selalu dikunci dan hanya dibuka pada saat Idulfitri dan Iduladha. Dulu, ruangan tersebut sering digunakan oleh wali sanga sebagai tempat pertemuan. Untuk lokasinya sendiri ada di di Jalan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.

Masjid Bambu

Masjid Bambu  atau Masjid Ash-Shomad Cirebon.Masjid Bambu atau Masjid Ash-Shomad Cirebon. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Salah satu masjid di Cirebon dengan arsitektur banguna yang cukup unik adalah Masjid Bambu atau Masjid Ashomad, berbeda dengan masjid pada umumnya, Masjid Bambu dibangun menggunakan ratusan bambu berwarna kuning. Untuk atapnya juga tidak menggunakan genteng, namun menggunakan serat ijuk berwarna hitam.

Di bagian dalam masjid, terdapat ornamen kaligrafi dan lampu gantung, karena dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun, membuat suasana Masjid Bambu terasa adem, karena hembusan angin yang masuk melalui celah bambu. Untuk lokasinya sendiri di tengah pusat kota, tepatnya di Kebon Baru, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon.

Masjid Nurbuat

Masjid Nurbuat CirebonMasjid Nurbuat Cirebon Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Masjid Nurbuat merupakan masjid dengan arsitektur Hindu dan Cina, ini terlihat di bagian depan masjid yang terdapat tiga pagoda bertingkat dengan gaya arsitektur Hindu India, ketiga pagoda tersebut melambangkan 3 tokoh penting, yakni Sunan Gunung Jati, Putri Ong Tien dan Sunan Kudus.

Salah satu pagoda bahkan memiliki 9 tingkatan yang bermakna 9 wali sanga. Di bagian dalam masjid, terdapat dinding dengan ornamen keramik cina, mimbar dan juga lubang yang digunakan sebagai pengeras suara untuk azan. Untuk lokasinya, ada di Kedung Menjangan, Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.

Masjid Ki Buyut Trusmi

Area situs dan masjid keramat Ki Buyut Trusmi CirebonArea situs dan masjid keramat Ki Buyut Trusmi Cirebon Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Berlokasi di area situs keramat Ki Buyut Trusmi, Masjid Ki Buyut Trusmi memiliki atap sirap dengan puncak bangunan berupa Momolo. Setiap 4 tahun sekali, atap sirap yang terbuat dari serat daun kelapa tersebut diganti dalam tradisi Memayu, sebuah tradisi penggantian atap sirap oleh penduduk sekitar masjid.

Di bagian luar masjid, terdapat pandesan dan juga sumur keramat, di area masjid terdapat bedug, mimbar dan soko guru yang bermotif daun dan bunga. Masjid Ki Buyut Trusmi dibangun oleh Ki Buyut Trusmi sekitar abad ke 15 M. Untuk lokasinya ada di Kampung Dalem, Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon.

Masjid Puser Bumi

Masjid Puser BumiMasjid Puser Bumi Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Masjid Puser Bumi berlokasi di area permakaman penyebar agama Islam Syekh Dzatul Kahfi, karena letaknya di atas bukit Astana Gunung Jati, untuk sampai ke sana, penghujung harus menaiki anak tangga terlebih dahulu. Karena lokasinya di puncak, suasana sejuk dan adem langsung terasa saat memasuki area masjid.

Di bagian dinding masjid terdapat ukiran kaligrafi emas berukuran cukup besar yang memenuhi area dinding masjid, di bagian tengahnya terdapat sebuah lubang kecil yang diberi nama Puser Bumi. Dulu, area di sekitar Puser Bumi sering digunakan oleh Syekh Dzatul Kahfi dan para wali sebagai tempat bermusyawarah. Untuk lokasinya ada di Jalan Raya Indramayu-Cirebon, Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon.

Halaman 2 dari 2
(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads