Manajer Divisi Advokasi dan Kampanye Walhi Jabar Haerudin Inas mengatakan, berdasarkan catatan atas hasil debat Cawapres beberapa hari yang lalu, ketiga kandidat hanya fokus terhadap peningkatan anggaran bagi desa. Sementara, masalah lingkungan di desa menurutnya justru diabaikan dan tidak mendapat perhatian dari ketiganya.
"Kami bukan berarti mengabaikan soal pembangunan di desa, tapi yang kami soroti tentang pengelolaan sumber dayanya. Karena temuan kami, banyak barang yang sangat esensial di desa yang itu adalah air ternyata terbuang karena faktor pembangunan di desa sendiri," katanya, Senin (22/1/2024).
Walhi pun menilai ketiga pasangan Capres-Cawapres justru tidak memiliki komitmen untuk menjaga desa sebagai benteng pertahanan lingkungan. Penambahan anggaran dan janji pembangunan besar-besaran di desa, justru malah lebih digembor-gemborkan yang dalam pandangan Walhi malah berpotensi merusak kondisi alam.
"Karena pembangunan itu justru malah menghilangkan sumber-sumber daya alam yang perlu dijaga di desa. Oleh karena itu, kami tidak melihat komitmen dari ketiga kandidat bahwa desa itu akan lebih dikuatkan dari kedaulatan dan jadi benteng terakhir, terutama barang yang esensial yaitu ketersediaan air untuk masyarakatnya," tegasnya.
Walhi juga ikut menyinggung tentang kondisi masyarakat adat di Jabat. Kata Inas, nenek moyang Orang Sunda sudah sejak lama mewarisi kearifan lokal kepada anak cucunya mengenai cara hidup berdampingan dengan lingkungan.
Tapi masalahnya kemudian, banyaknya pembangunan di desa juga ikut berdampak kepada masalah lingkungan. Walhi pun mendesak supaya sumber daya alam di desa bisa jadi komitmen ketiga kandidat, disamping gempuran janji tentang peningkatan anggaran bagi pemerintahan desa.
"Karena ini nantinya akan jadi seperti paradoks. Misalnya sumber daya alam di desa dilupakan, tapi anggarannya yang ditingkatkan. Kan jadinya percuma, kalau infrastruktur bagus, tapi enggak ada air misalnya di desa tersebut. otomatis orang desa akan beli air, jadinya percuma saja," pungkasnya. (ral/yum)