Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung mencatat sampai Desember 2023 ini, 135 TPS di Kota Bandung tak lagi overload. Saat ini, seluruh TPS hanya menerima sampah residu dari masyarakat.
Namun, memang harus diakui Kota Bandung masih memiliki PR timbunan sampah saat Sarimukti sempat menutup pengiriman sampah.
"Sekarang TPS yang overload sudah tidak ada, sudah menuju normal. Sekarang kita mendorong seluruh program pengolahan organik, baik itu skala rumah tangga, kelurahan, TPS. Kalau ini berjalan, ini bakal mengurangi jumlah sampah yg kita kirim ke Sarimukti. Sampah tertahan masih, terakhir per hari Senin ada sekitar 9 ribuan ton. Mungkin hari ini sudah banyak berkurang. Target pada akhir Desember harus selesai," ucap Kepala DLHK Kota Bandung, Dudy Prayudi, Rabu (6/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi sayang, TPS yang sudah kembali normal bukan menjadi tanda bahwa seluruh masyarakat Kota Bandung telah menyelesaikan sampah mandiri. Dikatakan oleh Dudy, masih ada 55 titik jalan yang jadi tempat buang sampah sembarangan.
Hal ini menjadi tanda bahwa masih ada warga yang tak siap untuk diedukasi kawasan bebas sampah. Namun, Dudy mengaku pihaknya masih terus melakukan pengangkutan sampah sambil berkoordinasi dengan kewilayahan.
"Sampah di tepi jalan itu masih PR kita, masih tercatat ada 55 ruas jalan. Belum berkurang. Ini jadi PR kita bersama ya, tidak hanya pemerintah. Masyarakat juga pelru kesadaran untuk mengolah sampah sendiri. TPS itu kan menerima residu saja. Jadi kita memaksa masyarakat harus mengolah secara mandiri," ucap Dudy.
"Yang jelas dsri aparat kewilayahan sudah berupaya (menegur), dengan patroli malam dan penjagaan terhadap TPS. Tapi kan namanya oknum masyarakat biasanya kucing-kucingan. Ketika tidak ada yg menjaga, mereka baru melakukan seperti itu. Malem ataupun subuh. Jadi, ya, kucing-kucingan. Ini PR kita bersama," lanjutnya.
Dudy pun mengingatkan bahwa seharusnya masyarakat tidak membuang sampah sembarangan. Justru, dengan beragam alternatif dan edukasi yang sudah dilakukan Pemkot Bandung bisa dilakukan dan jadi percontohan.
"Kita sudah contohkan dengan Kang Empos, kita berikan di 20 persen jumlah KK. Kita berharap itu bisa diinspirasikan oleh masyarakat, tinggal membeli ember dan kompos. Masyarakat menengah ke atas bahkan mungkin bisa dengan komposter atau apapun, yang jelas si sampah organiknya ini bisa selesai di sumber," kata Dudy.
Saat ini beragam upaya dilakukan Pemkot Bandung untuk menyelesaikan darurat sampah. Seperti diketahui, Kota Bandung masih menyatakan darurat sampah hingga 26 Desember 2023 nanti. Hal ini ditetapkan dalam Keputusan Wali Kota Bandung nomor 658.1/Kep.2523-DLH/2023 tentang Penetapan Situasi Darurat Pengelolaan Sampah.
Mulai dari sosialisasi Kang Pisman, membuat hangar maggot di 151 Kelurahan, Kang Empos untuk 20 persen KK di setiap Kelurahan, hingga yang terbaru adalah mulai beroperasinya uji coba Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Gedebage.
TPST tersebut saat ini diklaim mampu menyelesaikan 10 ton sampah. Diperkirakan TPST Gedebage bakal beroperasi maksimal pada akhir Desember nanti, sebelum batas waktu darurat sampah. Pembangunannya dilakukan bertahap menggunakan dana APBD Perubahan Kota Bandung dan Biaya Tidak Terduga (BTT).
"Jumlah anggaran TPST Gedebage kurang lebih Rp3 miliar. Anggaran tersebut dipergunakan untuk pengadaan mesin dan conveyornya, termasuk pembangunan infrastrukturnya meliputi pemagaran, landasan, pembangunan biopond, green house, kontainer untuk kantor," ucap Kabid Pengelolaan Persampahan dan Limbah B3 PPL B3 Salman Faruq.
(aau/yum)