Sri Rahayu menjadi salah satu orang yang selalu hadir setiap kali Polresta Cirebon menggelar konferensi pers. Dalam kegiatan itu, Sri Rahayu kerap hadir untuk bertugas sebagai juru bahasa isyarat.
Ya, kehadiran wanita yang akrab disapa Ayu itu tidak lain agar informasi yang disampaikan oleh pihak kepolisian dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Tidak terkecuali bagi penyandang tunarungu atau teman tuli yang terhambat pendengarannya.
Ayu telah menjalani pekerjaan sebagai juru bahasa isyarat sejak tiga tahun lalu. Selain di Polresta Cirebon, Ayu juga kerap menjadi juru bahasa isyarat di beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh sejumlah lembaga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Juru bahasa isyarat ini memang tujuannya untuk aksesibilitas dan layanan umum tentunya. Menyampaikan informasi agar sampai ke anak-anak berkebutuhan khusus. Jadi mereka juga bisa mengikuti update berita terkini," kata wanita 27 tahun itu saat berbincang dengan detikJabar di Cirebon, baru-baru ini.
Ayu sendiri mengaku sangat mengapresiasi kepada para pihak yang telah memberi atau menyediakan fasilitas penyebaran informasi kepada masyarakat. Termasuk kepada para teman tuli.
Selain sebagai juru bahasa isyarat, Ayu sendiri sebenarnya adalah seorang guru. Ia mengajar di salah satu sekolah luar biasa (SLB) yang ada di Kabupaten Cirebon. Bekerja sebagai guru bahkan telah lebih dulu dilakoni oleh Ayu sebelum ia menjadi juru bahasa isyarat.
"Saya mulai mengajar itu sejak tahun 2018. Kebetulan dulu saya kuliahnya di jurusan pendidikan khusus spesialisasi anak tunarungu. Jadi belajar juga tentang bahasa isyarat. Dulu saya kuliah di UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung," kata Ayu.
Ayu pun menjelaskan alasannya mengapa memilih jurusan tersebut hingga akhirnya terjun ke pekerjaan sebagai guru di SLB sekaligus menjadi juru bahasa isyarat.
![]() |
Menurutnya, jurusan yang ia ambil semasa kuliah bisa dibilang jarang dilirik oleh banyak orang. Di sisi lain, ia juga merasa tertarik untuk bisa berkomunikasi dengan anak-anak penyandang tuli.
"Kalau menurut saya jurusan itu unik. Nggak umum juga dan biasanya itu kan jarang sekali. Terus kenapa saya lebih spesifik ke anak tunarungu, karena saya ingin tahu lebih dalam tentang komunikasi mereka seperti apa," kata Ayu.
Hingga kini, Ayu sendiri mengaku sangat menikmati pekerjaannya sebagai guru di SLB maupun menjadi juru bahasa isyarat. Selama mengajar anak-anak penyandang tuli, Ayu mengaku tidak pernah menemui kesulitan. Ia bahkan merasa jika pekerjaannya itu sangat menyenangkan.
"Kalau ngajar itu sepertinya saya lebih banyak senangnya. Karena keseharian, itu pasti banyak ketawanya. Apalagi, kalau ada hal baru atau ada kata-kata yang baru dan mereka tahu, itu biasanya kita diskusikan. Jadi kita diskusi tentang kata-kata yang baru itu," kata Ayu.
"Kalau susah senang pasti ada. Tapi kalau belajar sama mereka, menurut saya sih memang banyak senangnya. Banyak serunya," kata dia menambahkan.
(dir/dir)