Tanggal 23 September 2024 merupakan peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional dan Pekan Tuli Internasional 2024. Cara merayakannya berbeda-beda, tapi teman tuli di Jawa Barat menggelar peringatan di Bandung Creative Hub dengan tema 'Tunjukan Isyaratmu, Dukung Hak Bahasa Isyarat'.
Pertunjukan yang digelar di dalam ruang Auditorium Bandung Creative Hub itu, tak berisik seperti pertunjukan biasanya. Di tengah kesunyian, mereka dengan lantang menyuarakan semangat dan pentingnya penggunaan bahasa isyarat.
Anak-anak Teater Tuli Panangan Suminar tampil di hadapan para perwakilan pejabat daerah yang hadir, beserta beberapa komunitas tuli lainnya. Bertajuk 'Di Balik Sunyi', diceritakan kisah Saraswati, Rama, dan teman-teman tuli lainnya yang menjaga semangat untuk belajar bahasa isyarat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama 20 tahun hidup, Saraswati tak pernah mendengar suara. Dunia terasa sunyi dan sehari-hari hanya menghabiskan waktu dengan membaca buku. Suatu hari, Saraswati bertemu dengan teman-teman tuli yang lain.
Salah satunya bercerita bahwa ia tidak diperkenankan orang tuanya untuk pergi ke komunitas bahasa isyarat. Padahal, temannya itu tidak tahu cara komunikasi dengan orang normal. Mereka diminta untuk terus mengerti bahasa lisan.
Sama halnya dengan Rama, ia yang baru saja menjalin asmara dengan salah satu gadis tuli, dibuat kesepian saat pulang ke rumah. Ia melihat ibu dan dua kakaknya asyik menonton film dan bercanda, seolah mengacuhkan Rama.
Bahkan setelah Rama belajar bahasa isyarat, keluarganya tak mau ikut belajar. Mereka memilih membiarkan Rama sendirian. Keresahan ini lah yang diangkat para teman tuli. Drama tersebut disajikan dengan apik, meski sempat diwarnai kendala teknis dalam penyertaan suara.
Ketua Pelaksana Peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional dan Pekan Tuli Internasional 2024, Nirna Nurlelah mengatakan acara peringatan tersebut digelar setiap tahunnya. Namun tahun ini, menyuarakan pada masyarakat seberapa pentingnya bahasa isyarat bagi teman tuli.
"Teman tuli itu banyak yang nyaman pakai bahasa isyarat. Nggak apa-apa kalau anak-anak tuli belajar bicara verbal, tapi itu bukan untuk komunikasi. Hanya sebagai cara lain saja, jadi mereka tetap harus pakai bahasa isyarat," ucap Nirna didampingi penerjemah bahasa isyarat, Senin (23/9/2024).
"Jadi harapannya, masyarakat mengajak dan tahu cara memakai bahasa isyarat. Hal ini harus didukung dengan menunjukkan cara berisyarat. Acara seperti ini lah yang mampu menumbuhkan kepercayaan diri anak-anak tuli untuk berbahasa isyarat, jadi harus berani," sambungnya.
Semakin banyak acara dan wadah untuk teman tuli, maka masyarakat awam juga akan terpapar dengan bakat-bakat mereka. Teman tuli juga punya kemampuan dan bisa unjuk bakat. Nirna pun menyebut bahwa sekalipun teman tuli mengenakan alat bantu dengar, hal itu pun bukan jadi alat utama untuk komunikasi.
Dalam peringatan itu, tak hanya sekedar menampilkan pertunjukan seni teater dan tari, tapi juga ada rangkaian acara seminar dan pentas musik. Nirna mengatakan bahwa dalam beragam pertunjukan tuli, mereka tak harus dipaksa untuk mampu mengeluarkan suara.
Setelah Teater Tuli, tampil Rezza Zimah dari Popjoysign yang unjuk kebolehan drama yang sunyi hanya dengan gerakan. SLB Sumbersari dan Sukapura pun hadir unjuk kebolehan seperti pencak silat, tarian, dan fashion show.
"Bela diri itu penting jaga diri, karena mereka rentan dapat bully-an. Hal ini harapannya memotivasi teman-teman agar melihat temen tuli yang tampil ke depan akan keberaniannya. Seniman tuli Hasna Mufidah juga hadir untuk menyanyi dan main musik. Orang mungkin bingung, emang mereka bisa ya? Ternyata bisa, dan jangan dipaksakan harus pakai suara untuk menyanyi," ucap Nirna.
![]() |
Acara peringatan tak hanya di hari ini, namun juga ada di 28-29 September 2024 berbagai seminar diadakan. Beberapa pembicaranya yakni Ahli Linguistik Bahasa Isyarat, Adi Kusumo Bharoto hingga Kepala Divisi Kerja Sama dan Pengembangan Beasiswa LPDP, Agam Bayu Suryanto.
"Tema yang akan dibawakan yakni Investasi masa depan pada orang tuli. Jadi segala pengetahuan itu jangan sampai hanya orang tua yang mau tahu sendiri, mereka juga harus mengajarkan ke anak supaya bisa mandiri. Kalau tidak ada peran ortu siapa yang mau ajarkan? Jangan sampai teman tuli bergantung pada orang tuanya," ucap Nirna.
"Sementara pak Agam Bayu dari LPDP akan menjelaskan apa itu LPDP pada ortu yang punya anak tuli. Mereka juga bisa bersiap untuk kuliah. Kalau punya kemampuan dalam mendaftar, itu akan dibantu bagaimana teknis yang tepat," imbuh Nirna.
Lalu, pada 29 September 2024 ada Pekan Tuli Internasional Run. Nirna menjelaskan bahwa acara ini bukan sekedar agenda lari biasa. Acara ini sekaligus membiasakan penggunaan bahasa isyarat untuk teman tuli maupun yang terlahir bisa mendengar.
"Harapannya masyarakat sadar bahwa lari itu hal yang bermanfaat, pasti capek setelah lari harua atur napasnya untuk bisa ngobrol. Tapi dengan bahasa isyarat, mereka bisa lari sambil ngobrol juga. Hal ini membuat orang sadar penggunaan bahasa isyarat," tutur Nirna.
Sementara itu, turut hadir Plh Asisten Daerah II Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Dodo Suhendar yang menyambut baik agenda tersebut. Dodo pun mengatakan bahwa tema yang diusung tersebut mampu membuka mata masyarakat awam bahwa bahasa isyarat bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga bagian dari hak asasi manusia yang perlu dihormati.
"Bahasa isyarat merupakan jembatan yang menghubungkan kita dengan sahabat-sahabat tuli, dan merupakan sarana penting untuk memastikan bahwa setiap individu tanpa memandang kemampuan bisa menikmati hak-hak dasar mereka. Termasuk dalam bidang pendidikan, pekerjaan, dan pelayanan publik," kata Dodo.
Dodo menegaskan bahwa warga masyarakat tentu memiliki hak atas akses informasi, kesehatan, pendidikan, dan akses-akses yang lainnya. Hal ini lah yang membuat Pemprov Jabar juga perlu mendorong lebih banyak orang belajar bahasa isyarat.
"Bukan hanya merupakan kebutuhan kelompok sahabat-sahabat Tuli, tapi merupakan kebutuhan kita semua. Dengan kata lain kita juga harus belajar bahasa isyarat. Saya berharap kita dapat meningkatkan kesadaran dan rasa empati terhadap isu-isu yang dihadapi komunitas Tuli," pesannya.
Tak sampai di situ, sepanjang 23-26 September 2024 akan ada sayembara membuat konten di area Gedung Sate. Info lebih lanjut dapat dilihat di instagram @hbii.jabar. Penjurian lomba tersebut akan dilakukan pada 26-28 September 2024 dan diumumkan pada 29 September 2024.
(aau/iqk)