Tiga orang pria berkaus merah tampak sibuk di dalam sebuah tenda berwarna putih. Tangannya cekatan dalam mengolah kertas daur ulang untuk dijadikan kertas yang memiliki nilai jual.
Ya, ketiga orang tersebut Fatih, Andra dan Andre merupakan penyandang disabilitas tuli dari komunitas Cemara Paper. Meski memiliki keterbatasan, mereka tetap terampil dalam mengolah kertas daur ulang.
detikJabar juga berkesempatan menyaksikan cara pembuatan kertas daur ulang di booth festival UMKM Roeang Kita di Jalan Diponegoro, Kota Bandung pada Minggu (27/10/2024). Salah satu alat yang digunakan yakni screen semacam alat yang digunakan untuk sablon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga pria yang merupakan siswa SLB Cicendo ini dengan cekatan membuat kertas daur ulang ini, dari mulai membawa bubur kertas hingga memasukannya ke screen dan dicetak hingga air yang ada di bubur kertas itu terperas.
Pengelola Cemara Paper Toto mengatakan, Cemara Paper merupakan komunitas disabilitas yang di mana konsen dalam memproduksi kertas daur ulang.
"Kertas yang tidak dipakai lagi baik dari kampus atau corporate diolah jadi kertas baru," kata Toto kepada detikJabar.
Toto berujar, tak hanya kertas berbentuk lembaran tipis, tapi semua jenis kertas bisa didaur ulang dan diproses dengan cara dicetak sehingga jadi kertas lembaran baru.
"Hasilnya tergantung yang kita butuhkan, tapi kalau bekas HVS jadi buku catatan, ada yang buat cover juga, tapi kalau yang lainnya, kertas tebal bisa dibuat seperti vas bunga, kipas hingga lampu duduk," ungkapnya.
![]() |
Menurut Toto, daur ulang kertas ini efektif dalam pengurangan sampah kertas, khususnya kertas-kertas yang berasal dari coorporate.
"Mengurangi permasalahan sampah di coorporate. Kita tak hanya jadikan kertas saja, tapi kertas itu kami jual," ujarnya.
Menurut Toto, di Cemara Paper kini anggotanya ada 7 orang termasuk dirinya dan enam lainnya merupakan penyandang disabilitas daksa satu orang dan disabilitas tuli lima orang.
"Meski mereka disabilitas, tidak ada masalah, kitapun sebenarnya banyak kekurangannya, apapun itu Allah menciptakan dengan segala kesempuranaaamya dan justru yang harus kita gali bagaimana potensi mereka supaya bisa tergali," jelasnya.
Workshop Cemara Paper ada di SLB Cicendo, selain konsen dalam memproduksi kertas daur ulang Toto juga intens dalam memberikan pelatihan pembuatan kertas daur ulang.
"Kita sering diundang keluar dan kita juga ada project pelatihan untuk anak," ujarnya.
Tak hanya dijual di dalam negeri, produk kertas daur ulangnya juga dijual ke luar negeri. "Kipas dijual ke Amerika, payung ke Australia, buku ke Malaysia hingga Malta," tuturnya.
Menurut Toto, meski dibuat oleh penyandang disabilitas, kertas hasil daur ulang ini tidak kalah dengan orang normal lainnya. Dia berharap, setelah banyak belajar di Cemara Paper, para penyandang disabilitas ini bisa mandiri dan bisa memiliki penghasilan sendiri.
"Mereka masih sekolah, harapan kami setelah mereka lulus bisa mandiri atau setidaknya ada teman-teman butuhkan karyawan kami bisa direkrut, tapi ketika kami nanti punya rejeki mengapa tidak memberdayakan mereka," ucapnya.
Toto juga menegaskan, bukan hal sulit memberdayakan penyandang disabilitas. Ketika ada kemauan hal itu bisa dilakukan oleh siapapun juga. "Segala sesuatunya kalau dilakukan dengan ikhlas tidak ada yang susah," tambahnya.
(wip/dir)