Era digitalisasi berpengaruh besar terhadap penjualan barang konvensional. Banyak masyarakat beralih menggunakan e-commerce untuk berbelanja, membuat lesu para pedagang.
Hal itu juga yang dialami oleh Hasan (42) penjual buku di Palasari, Kota Bandung. Siang itu, pemilik toko buku 'Hans' itu sedang duduk di dalam kios miliknya.
Baca juga: Hobi Ngoprek yang Menjadi Cuan |
Dia kemudian beranjak dari kursinya kala beberapa pembeli menghampiri kiosnya. Para pembeli lantas menanyakan buku yang akan dicarinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada buku cerpen, a?," ungkap pelanggan belum lama ini.
Saat mendengar hal tersebut, Hasan dengan sigap mencari jenis buku yang dicari oleh pelanggannya. Salah satu buku yang dicari pelanggannya itu pun langsung diberikan oleh Hasan.
Hasan adalah satu dari sekian banyak penjual buku di Palasari. Dia sudah berjualan sejak tahun 2000.
Bagi Hasan, kehadiran digitalisasi berpengaruh ke penjualan buku di tokonya. Dia menuturkan, saat ini yang datang secara langsung ke toko buku lebih banyak mencari buku lawas tentang beberapa jenis pengetahuan saja, sisanya dapat ditemukan melalui internet atau aplikasi online.
"Iya buku sejarah, buku sosial politik, kebudayaan, itu aja, kalau kayak buku manajemen, bisnis, buku motivasi tinggal ke hp (internet atau aplikasi online) aja. Tapi kalau buku-buku sejarah di HP bisa nggak pertanggungjawabannya, kalau buku ada kan pertanggungjawabannya," kata Hasan kepada detikJabar.
Tantangan yang dihadapi dengan hadirnya aplikasi online dan buku berbasis online membuat Hasan dan rekan-rekannya yang berada di Palasari sempat khawatir. Selain itu, yang datang ke tokonya biasanya mahasiswa hingga umum. Namun mahasiswa kini jarang datang untuk mencari buku secara offline.
"Perubahannya jauh, sekarang mah kalah sama online kalau dulu mah nggak ada online. Tambah lagi mahasiswa sekarang mah skripsi nggak ada, jadi mahasiswa sekarang mah paling enak. Dulu mah kan cari skripsi teh kan kemana-kemana, sekarang mah engga sekarang mah enggak skripsi dihapus nyari kayak bahan-bahan skripsi kan gimana susahnya gimana sekarang mah simpel paling simpel tambah online online (e-commerce, e-book, dan PDF) paling gampang," terangnya.
Hasan pun mengatakan jika menurunnya daya beli masyarakat terhadap buku fisik dikarenakan para penerbit yang ikut menjual buku dengan harga yang lebih murah dari yang dijual oleh toko buku seperti Palasari.
"Buku kaya gini bertahan juga udah syukur, bertahan kayak kolektor buku-buku lama bisa dihitung. Nggak ada lah daya beli sekarang susah, susahnya apa kita kalah sama penerbit. Ada kayak penerbit sekali kan ada event serba 10.000, dia ngasih 30.000, kita nggak mungkin kaya gitu, ngasih 10.000, sedangkan modal udah 30.000, bangkrut lah," katanya.
Sebelum hadirnya aplikasi e-commerce, Hasan mengungkapkan buku yang terjual dapat mencapai puluhan jumlahnya. "Lebih dari 30, atau 40 (yang terjual), sekarang mah satu juga nggak," jelasnya.
Semenjak hadirnya e-commerce yang merambah seluruh penjualan konvensional, membuat Hasan pun beradaptasi dengan hal tersebut dengan turut serta berjualan. Namun hal tersebut tidak mengalami peningkatan yang signifikan.
"Ya alhamdulillah ada yang langsung beli ke sini mah. Saya berapa hari, udah 4 hari, 5 hari belum ada yang sebetulnya belum ada pelaris ujung-ujungnya ke online saya jual di online. Ada satu, dua, tiga dalam seminggu tapi ya ujung-ujungnya habis juga sih," ceritanya.
Saat ini yang hanya dapat Hasan lakukan adalah berikhtiar dalam berjualan buku di toko buku miliknya. Ia percaya, jika ada saatnya orang-orang akan kembali mencari buku fisik di toko Palasari.
"Ya pasrah ikhlas, mau gimana kita berusaha udah, yang nentuin mah Gusti Allah," harapnya.
(dir/dir)