Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi angkat bicara terkait kasus anak perempuan berusia 12 tahun yang didiagnosis alami gizi buruk hingga tak bisa berjalan. Bocah itu bernama Dewi Susilawati (12), warga Kampung Manglid, Desa Cimangkok, Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi.
Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi Masykur Alawi mengatakan kejadian itu tengah menjadi perhatian khusus Pemda Kabupaten Sukabumi. Menurutnya, kasus gizi buruk pada anak di memang masih terjadi di Kabupaten Sukabumi.
"Kasus gizi buruk di Kabupaten Sukabumi, masih ada kasusnya. Iya, salah satunya itu yang ada di Kecamatan Sukalarang. Jadi, selain stunting, gizi buruk pun menjadi perhatian kita," kata Masykur kepada awak media, Senin (18/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, setelah mengetahui adanya laporan terkait anak yang mengidap gizi buruk, Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi langsung menginstruksikan kepada Kepala Puskemas Sukalarang untuk meninjau rumah anak penderita gizi buruk. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi perbaikan gizi sang anak.
"Upayanya itu bertahap dari mulai bagaimana kita di tingkat layanan primer di Puskesmas, kita juga ada tim di sana, ada tim dokter, ada bidan, perawat, ada petugas medis khusus gizi. Semua melakukan upaya, baik yang bersangkutan ke Puskesmas maupun kita yang ke rumahnya," ujarnya.
Sejauh ini pihaknya telah melakukan pemeriksaan dan melihat langsung kondisi yang dialami anak gizi buruk. Selanjutnya, dia akan mengkoordinasikan terkait upaya lanjutan berupa rujukan ke rumah sakit.
"Tentunya kalau sudah kategori gizi buruk, itu harus dirujuk ke rumah sakit dan melibatkan medis dari rumah sakit. Nah ini, pasti sudah dikonsultasikan dan sama kami ditanggulangi," jelasnya.
Dia juga mempertimbangkan terkait penyakit penyerta yang dialami anak gizi buruk. Menurutnya, penyakit penyerta juga dapat menjadi salah satu penyebab sang anak mengalami gizi buruk.
"Iya, laporanya ada penyakit penyerta juga. Meskipun gizi buruk bukan hanya pemenuhan gizi dan masuk intervensi. Tapi juga bagaimana penyakit penyertanya harus kita intervensi," katanya.
"Jadi penanganan yang komprehensif, artinya ketika kita menemukan kasus gizi buruk, kita intervensi apa penyakit penyertanya. Kita juga mengintervensi bagaimana untuk menaikkan atau memasukkan gizi yang ada sehingga menjadi gizi normal," tutup Masykur.
Sebelumnya diberitakan, nasib pilu dialami Dewi Susilawati, bocah perempuan yang terpaksa tak dapat melanjutkan pendidikannya karena terkulai lemah. Sudah bertahun-tahun ia tinggal dengan sang nenek yang hanya bekerja sebagai buruh tani.
"Dewi mengalami sakit hingga dinyatakan gizi buruk itu semenjak ia hendak naik kelas 5 ke kelas 6 SD. Sekarang Dewi tidak bisa sekolah karena tidak bisa berjalan dan hanya terbaring di kasur saja," kata Kepala Desa Cimangkok Erik Suparman.
Kondisi Dewi saat ini, kata dia, sangat memprihatinkan. Bahkan untuk beraktivitas sehari-hari seperti mandi ia harus dipapah oleh neneknya. "Kalau makan bisa sendiri. Hanya saja, ia tidak bisa jalan. Iya, makanya suka dipapah sama neneknya," ujarnya.
"Dewi itu anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya Irfan bekerja sebagai sopir truk pasir di Sukalarang dan ia sudah menikah lagi. Nah, sekarang tinggal sama neneknya, Yoyom (60)," sambungnya.