Seorang bayi berusia sembilan bulan di Karawang diduga mengalami gizi buruk. Berat badannya terus menurun sejak usia enam bulan, dan kini tidak memenuhi standar berat badan ideal untuk bayi seusianya.
AS, bayi warga Desa Mulyajaya, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang, mengalami kekurangan gizi selama tiga bulan terakhir. Ibu bayi, Oyoh, mengungkapkan bahwa berat badan anaknya saat ini hanya sekitar enam kilogram, jauh di bawah standar minimal 7-9 kilogram untuk bayi usia sembilan bulan.
"Kata bidan anak 9 bulan berat badan itu minimal 7-9 kilogram, tapi sekarang anak saya cuma 6 kilogram," ujar Oyoh saat dikonfirmasi detikJabar, Jumat (18/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berat badan bayi tersebut cenderung menurun sejak usianya enam bulan. "Ketika usia anak saya 6 bulan berat badannya sekitar 6,6 kilogram, tapi semakin ke sini malah turun. Sekarang usianya 9 bulan, berat badannya justru hanya 6 kilogram," kata dia.
Oyoh menyebut sejak lahir, anaknya memang memiliki tubuh kecil dan pertumbuhannya tidak secepat bayi lainnya. "Sejak lahir memang kecil, tapi sekarang malah lebih parah, kondisi kesehatannya agak buruh, jadi perkembangan anak saya tidak seperti anak lain," imbuhnya.
Meskipun Oyoh rutin mengikuti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Desa Mulyajaya setiap dua minggu, bayi tersebut hanya menjalani pemeriksaan tanpa penanganan lebih lanjut dari pihak bidan.
"Seperti biasa dua minggu sekali ada posyandu di desa, tapi kan hanya pemeriksaan saja, dan juga diberi saran supaya dirawat di rumah sakit khusus, tapi karena saya kekurangan ekonomi jadi hanya mampu beli susu instan untuk anak saya," ungkap Oyoh.
Susu instan tersebut direkomendasikan oleh pihak medis, karena Oyoh mengalami masalah kesehatan yang membuatnya tidak bisa memberikan ASI. "Pake susu instan itu, karena ada masalah kesehatan dalam diri saya, jadi bidan menyarankan saya agar anak saya diberi susu instan," ucapnya.
Oyoh berharap agar anaknya mendapatkan perawatan medis yang memadai, namun terkendala kondisi ekonomi yang sulit. Meski telah berkali-kali menggunakan fasilitas kesehatan BPJS Kesehatan, ia menemukan bahwa tidak semua layanan dapat dijangkau.
"Kalau BPJS itu ada KIS, tapi katanya untuk pengobatan ini gak bisa, jadi tetap harus ada biaya termasuk vitamin yang gak di-cover BPJS. Kalo saya berharap anak saya bisa dapat perawatan yang cukup, tapi ekonomi kami sulit cukup untuk makan saja sudah syukur," pungkasnya.
(iqk/iqk)