Kisah Soeharto Utus Habibie Pelajari Teknologi Modifikasi Cuaca di Thailand

Kisah Soeharto Utus Habibie Pelajari Teknologi Modifikasi Cuaca di Thailand

Wisma Putra - detikJabar
Rabu, 23 Agu 2023 09:00 WIB
Prajurit TNI AU memasang lantai inner cover untuk pesawat Cassa C-212 saat persiapan operasi TMC di Pangkalan Udara Sri Mulyono Herlambang (Lanud SMH) Palembang, Sumatera Selatan.
Prajurit TNI AU memasang lantai "inner cover" untuk pesawat Cassa C-212 saat persiapan operasi TMC di Pangkalan Udara Sri Mulyono Herlambang (Lanud SMH) Palembang, Sumatera Selatan. (Foto: ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)
Bandung -

Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk penanggulangan polusi udara di Jabodetabek baru dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Sejak operasi TMC dilakukan di Indonesia, biasanya dilakukan untuk memadamkan atau mengantisipasi kebakaran hutan dan pengisian air waduk yang digunakan sebagai tenaga listrik.

Koordinator Laboratorium TMC BRIN Budi Harsoyo mengatakan, operasi TMC sudah sejak ada di zaman Presiden Soeharto. Operasi TMC ini dilakukan untuk mengairi pertanian di musim kemarau.

"Pertama kali di Indonesia mulai diimplementasikan tahun 1977, berawal dari ide Presiden Soeharto yang melihat pertanian Thailand lebih unggul dibandingkan dengan negara-negara lain, ternyata rahasianya sektor pertaniannya didukung upaya TMC untuk menyediakan air pertanian. Mereka tidak pernah merasa kesulitan air pertaniannya," ungkapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mengutus lah Pak Habibie yang masih menjabat sebagai Staf Ahli Presiden Bidang Teknologi dan dikirim ke sana. Belajarlah Pak Habibie kemudian membuat proyek hujan buatan di Indonesia pertama kali di tahun tahun 1977 itu," tambahnya.

Menurut Budi, operasi TMC untuk pertanian di Indonesia pertama dilakukan di Wilayah Jawa Barat, yakni di Kabupaten Purwakarta.

ADVERTISEMENT

"Untuk pertanian, pertama uji coba di Jatiluhur, kemudian BPPT berdiri tahun 1985 ada satu unit kerja di BBPT ada satu unit kerja namanya UPT Hujan Buatan yang khusus untuk menjalankan operasi TMC," tuturnya.

BRIN lakukan modifikasi cuaca menggunakan pesawat militer di Lanud Adi Soemarmo Boyolali, Jumat (24/2/2023).BRIN lakukan modifikasi cuaca menggunakan pesawat militer di Lanud Adi Soemarmo Boyolali, Jumat (24/2/2023). Foto: Jarmaji/detikJateng

Sementara itu, untuk kebakaran hutan dilakukan di tahun 1997 dan rutin dilakukan di tahun 2010.

"Kebakaran hutan dan lahan awalnya kami diminta saat bencana sudah masif, pertama tahun 1997, kemudian rutin dari 2010 sampai sekarang," paparnya.

TMC Dilakukan Sebelum Masuk Kemarau

Budi menjelaskan, operasi TMC ini efektif dilakukan di masa transisi musim dari musim hujan ke musim kemarau. Jika dilakukan sudah masuk kemarau, maka hasilnya tak akan maksimal.

"TMC efektif dimanfaatkan pada saat masa transisi, tujuan untuk pembasahan lahan. 2019 kita intensitas dan 2015 kita bangun sensor bisa beri warning kepada BNPB kalau kondisi muka air tanah sudah di bawah 40 cm itu sudah rawan terbakar, dari situ bisa keluarkan status darurat bencana kahutla," jelasnya.

Menurut Budi, operasi TMC di tiga waduk yang ada di aliran Sungai Citarum rutin dilakukan. Ketika dilakukan operasi TMC di kawasan Sungai Citarum, hujan tidak harus turun langsung di atas waduk tersebut.

"Bisa saja, misal kita main di tiga waduk di Citarum, hujan tidak harus jatuh persis di atas waduk, sepanjang jatuhnya didekat area waduk itu, misalnya dipegunungannya airnya kan mengalir ke waduk," tuturnya.

(wip/yum)


Hide Ads