Kesedihan merundung Zena Miftahun Jannah (25), ibu rumah tangga asal Kecamatan Baros, Kota Sukabumi. Kepala putrinya, Khadijah Ghania Adhwa yang masih berusia 4 tahun bocor hingga mengeluarkan darah setelah tertimpa timbangan dacin.
Zena kemudian membagikan kisahnya dalam sebuah video di akun media sosial instagram miliknya @zenamj_ . Dalam video itu, Zena juga mengutarakan kekecewaan terhadap pelayanan kesehatan di posyandu.
"Surat pengaduan terbuka atas tragedi anak saya tertimpa timbangan dacin di bagian kepala sampai bocor dan dijahit tanggal 24 Mei 2023 di Posyandu Delima 14 Baros, Kota Sukabumi," ucap Zena saat mengawali postingan videonya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zena membenarkan hal itu saat dikonfirmasi detikJabar. Ia mengatakan peristiwa itu menimpa anak pertamanya pada 24 Mei 2023 lalu. Kedua anaknya mendatangi posyandu karena ajakan dari ketua posyandu setempat.
"Saya berangkat memutuskan bawa anak ke posyandu di jam 10.30 WIB. Pas datang sudah nggak ada siapa-siapa, sudah nggak ada ibu balita, jadi hanya ada petugas posyandu dan Lurah karena kebetulan mau ada pemilihan Ketua Posyandu," kata Zena, Selasa (13/6/2023).
Saat itu dia membawa kedua anaknya, yang pertama berusia 4 tahun 8 bulan dan anak keduanya berusia 1 tahun. Pemeriksaan pertama dilakukan pada anak keduanya dengan menggunakan timbangan dacin dan timbangan digital.
"Waktu saya simpan anak saya di timbangan digital khusus bayi itu saya nggak lihat anak saya yang pertama itu jatuhnya bagaimana. Cuman anak saya memang disuruh sama bagian posyandunya duduk di timbangan dacin. Posisi memang seperti ayunan dan dia diam nggak berontak, anaknya jadi anteng," ujarnya.
Tiba-tiba saja ia mendengar suara anaknya jatuh ke lantai karena timbangan dacin itu putus. Dia melihat timbangan yang berbentuk besi sudah berada di atas perut sang anak.
Awalnya ia tak mengira timbangan itu akan menimpa kepala anaknya. Namun lama-kelamaan darah menembus jilbab yang digunakan Khadijah, anak pertama Zena.
"Anak saya kan masih diam, kaget. Kan anak saya pakai kerudung, di kerudungnya itu langsung berdarah banyak, saya kaget. Saya buka ternyata darahnya sudah banyak banget di situ langsung dari pihak nakesnya ngambil tisu untuk nahan luka kepalanya dan langsung bawa ke puskesmas," ungkapnya.
Zena dan suaminya tak pikir panjang langsung membawa Khadijah ke Puskesmas Baros menggunakan sepeda motor. Anaknya pun mendapatkan perawatan pertama di IGD Puskesmas Baros dan mendapatkan dua jahitan di kepala.
Ia mengaku kecewa terhadap pelayanan posyandu. Terlebih timbangan dacin tak sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan. Pihak posyandu pun, kata dia, terkesan acuh tak acuh terhadap musibah yang dialami anaknya.
"Saya sakit hati, sangat sakit hati. Mereka belum ada iktikad baik untuk datang ke rumah dengan alasan 'punya kesibukan masing-masing atau belum ada waktunya', berarti anak saya tidak diutamakan atas tragedi kepala anak saya bocor akibat timbangan dacin di posyandu," katanya.
Kondisi sang anak pun masih belum stabil usai tragedi tersebut. Menurutnya, sang anak masih sering mengeluhkan sakit kepala dengan panas yang naik-turun. Dia pun kesulitan mendapatkan surat rujukan untuk melakukan CT Scan ke rumah sakit unit daerah.
"Anak saya panasnya naik-turun, selalu mengeluh sakit di bagian kepala, uring-uringan rewel, tidur tidak nyenyak. Hak anak saya untuk kesembuhan dan keselamatan di masa depan belum terlaksana. Kekhawatiran saya sebagai ibunya sampai sekarang masih terbayang-bayang," lirihnya.
Dia berharap, pemerintah serius dalam menangani kasus yang menimpa anaknya. Dia tak ingin kasus jatuhnya timbangan dacin ini menimpa anak lain hingga harus kehilangan nyawa.
"Masa harus ada anak yang meninggal dulu baru ditangani dengan serius," tegasnya.
Permintaan Maaf
Kepada detikJabar, Zena menuturkan jika ada beberapa polisi, petugas posyandu, dan Dinas Kesehatan yang mengunjungi kediamannya. Pertemuan itu berlangsung pada Rabu (14/6/2023).
Usai pertemuan itu, Zena mengatakan jika permasalahan itu sudah selesai. Postingannya soal aduan terbuka pun hilang dari instagram pribadinya. Dia pun mengucapkan permohonan maaf.
"Alhamdulillah sudah selesai ya kak. Kalau disalahin nggak, karena dari pihak mereka pun memahami kekecewaan saya. Dibuatkan oleh pihak puskesmas untuk merujuk ke dokter spesialis anak," ujar Zena.
"Atas nama saya pribadi dan keluarga memohon maaf karena telah membuat sedikit kegaduhan hingga tidak berkenan kepada pihak yang bersangkutan. Terima kasih juga kepada pihak yang bersangkutan sudah merespons dengan baik dan di dalam diskusi juga di jelaskan secara merinci terkhusus dari pihak puskesmas kepada kami sekeluarga," sambungnya.
Pada kesempatan tersebut, ia juga mengucapkan terima kasih karena telah memberikan dukungan untuk penanganan kesehatan anak pertamanya usai peristiwa tersebut. "Tolong, ambil baiknya dan buang segala keburukan dan kekhilafan dari kami semua yang terlibat," ucap Zena.
Selain itu, dia juga mengimbau agar peristiwa ini tak mengurungkan keikutsertaan para ibu untuk membawa anak-anaknya ke posyandu.
"Semoga dari kejadian ini kita sama-sama mengambil hikmah dan pelajaran, tapi mudah-mudahan untuk para ibu balita jangan sampai trauma dan takut untuk datang ke posyandu, karena posyandu juga sebetulnya ingin memberikan pelayanan terbaik mereka kepada masyarakat, bahkan dari kejadian ini banyak posyandu yang melakukan evaluasi agar posyandu terasa lebih aman dan nyaman," tutupnya.
Sebelumnya, Plt Kadinkes Kota Sukabumi Reni Rosyida buka suara soal peristiwa balita tertimpa timbangan docin. Pihaknya menjelaskan soal penggunaan timbangan dacin di posyandu.
Menurutnya, Dinkes Kota Sukabumi telah mengajukan kekurangan standar alat antropometri sebagai pengganti timbangan dacin kepada Kementerian Kesehatan. Di sisi lain, kata dia, tak ada Permenkes yang melarang tegas soal penggunaan timbangan dacin.
"Timbangan dacin masih digunakan karena belum ditemukan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) yang melarang penggunaan timbangan dacin di posyandu. Keputusan Menteri Kesehatan soal antropometri menyebutkan apabila tidak tersedia alat ukur berat badan digital, maka dapat menggunakan dacin," kata Reni.
Selain itu, pemeriksaan Computed Tomography Scan atau CT-Scan juga tak dilakukan karena menurutnya, dokter menyatakan radiasi CT-Scan terlalu tinggi untuk balita berusia empat tahun.
"Dinas Kesehatan akan bertanggung jawab atas kejadian ini dan segera melakukan pemeriksaan ulang secara menyeluruh bersama dokter spesialis di rumah sakit terhadap pasien untuk menentukan penanganan selanjutnya dari penanganan sebelumnya," jelasnya.
(sya/orb)