Pemerintah Kabupaten Sukabumi menggelar rapat klarifikasi terkait dugaan pencemaran sawah warga Desa Cihaur, Kecamatan Simpenan, yang diduga akibat aktivitas tambang emas salah satu perusahaan tambang.
Rapat digelar di Ruang Rapat Sekda Kabupaten Sukabumi, Selasa (8/4/2025), dan dipimpin langsung Sekda Ade Suryaman. Sejumlah pihak hadir, termasuk Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas PMPTSP, Kecamatan Simpenan, Pemerintah Desa Cihaur, pihak perusahaan tambang, serta stakeholder terkait lainnya.
Kepala Desa Cihaur Asep Permadi menyampaikan permintaan maaf dalam forum tersebut. Ia menyatakan belum bisa menyimpulkan secara pasti penyebab bencana lumpur yang merendam lahan pertanian warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sendiri selaku kepala desa di saat dilanda bencana kemarin memang betul itu apa adanya. Namun satu penyebab terjadinya bencana kemarin, kami sendiri selaku kepala desa tidak bisa, belum bisa menyimpulkan dari mana itu seutuhnya, dan dari mana itu sebetulnya yang memberikan penyebab," ujar Asep.
Ia mengakui, curah hujan tinggi menjadi salah satu faktor, namun karena wilayah warga berada di perbatasan dengan area tambang, muncul persepsi bahwa perusahaan yang menyebabkan kerusakan.
"Kalau berbicara dengan curah hujan yang luar biasa ataupun melihat dengan aliran air memang iya, kita pun melihat itulah. Mungkin kalau ada tanah mungkin ya akan terbawa," kata Asep.
Asep menyampaikan ada tiga catatan yang perlu diperhatikan yakni lahan sorgum yang dibuka sejak 2023, aliran dari Kiaragaling, dan aktivitas perusahaan tambang emas. "Di situ memang ada tiga catatan, tadi sudah disampaikan bahwa di situ ada sorgum. Walaupun hari ini memang tidak ada kegiatan, namun dengan pembukaan lahan pada tahun 2023 sampai hari ini karena dengan curah air yang kuat sehingga dari semenjak pembukaan lahannya di tahun 2023 ini masih tetap mengalir," katanya.
Ia menambahkan, pihak pengelola sorgum menyatakan siap membuat tanggul penahan lumpur. Selain itu, dari hasil pertemuan dengan warga, ditemukan bahwa aliran dari Kiaragaling juga berkontribusi terhadap aliran lumpur yang mengalir ke area sawah.
"Yang kedua, mungkin ada sedikit perbincangan dari masyarakat yang kami temui hari kemarin, bahwa di situ ada juga aliran dari Kiaragaling atau Beling yang terbawa air mengalir ke sana," kata Asep.
Ketiga perlu mengonfirmasi soal aktivitas perusahaan tambang emas di lokasi kejadian. "Karena memang dari tiga sumber tersebut yang kami sampaikan tadi, untuk mengalirnya ke sana hanya satu aliran," ucapnya.
Asep menyebut aliran itu tak bisa menampung ketika curah hujan tinggi. Ditambah kondisi air yang mengalir di aliran membawa sedikit tanah ataupun lumpur yang lain, sehingga kali pun semakin naik.
"Nah, itu mungkin terjadilah air akan merambah," tutup Asep menambahkan.
Sebelumnya, warga Desa Cihaur mengeluhkan lahan pertanian mereka tercemar lumpur dan menyebabkan gagal panen. Luas lahan terdampak ditaksir mencapai 40 hingga 50 hektare.
(sud/sud)