Tragedi timbangan dacin jatuh menimpa seorang bocah terjadi di Kota Sukabumi. Akibatnya, bocah itu mengalami luka di kepala hingga mendapatkan dua jahitan.
Peristiwa itu terjadi pada 24 Mei 2023 lalu dan baru-baru ini viral di media sosial Instagram. Orang tua korban merasa prihatin karena tak adanya tanggungjawab dari pihak terkait.
Adalah Khadijah Ghania Adhwa, seorang balita berusia 4 tahun 8 bulan asal Kecamatan Baros, Kota Sukabumi. Tak hanya mendapatkan luka di bagian kepala, orang tuanya pun mengaku kesulitan untuk mendapatkan rujukan CT scan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sang ibu, Zena Miftahul Janah (25) menceritakan kronologi kejadian yang menimpa putri pertamanya itu. Dia mengatakan, peristiwa jatuhnya timbangan dacin mengenai putrinya itu terjadi pada 24 Mei 2023 lalu di Posyandu Delima 14. Ia datang dengan kedua putrinya karena diminta oleh ketua posyandu.
Setibanya di posyandu, ia tak melihat ada warga lain. Hanya ada petugas posyandu, Lurah dan beberapa tenaga kesehatan. Pemeriksaan pertama dilakukan pada anak kedua Zena yang masih berusia 1 tahun.
"Saya lagi gendong anak saya yang kedua. Saya ditanya sama salah satu kader posyandu 'teh mau ditimbang yang mana' terus ditimbang itu saja timbangan dacin. Nah disimpanlah anak kedua saya di timbangan dacin tiduran posisinya biasa, karena saya masih kurang yakin sama hasil timbangannya, saya angkat anak yang kedua dan simpan ke timbangan digital di atas meja yang khusus bayi," kata Zena saat dihubungi detikJabar, Rabu (14/6/2023).
"Waktu saya simpan anak saya di timbangan digital khusus bayi itu saya nggak lihat anak saya yang pertama jatuhnya bagaimana. Cuma anak saya memang disuruh sama bagian posyandunya 'ya sudah neng Khodijah sini-sini di sini timbangnya duduk ya, diam ya, jangan banyak gerak' nurutlah anak saya buat di timbang dacin. Posisinya memang seperti ayunan," sambungnya.
Lebih lanjut, ketika korban duduk di timbangan dan petugas sedang mencari angka berat badan, tiba-tiba saja tali timbangan putus dan besi timbangan dacin diduga mengenai kepala korban.
"Saya lihat timbangan itu posisi sudah di atas perut. Jadi saya kira nggak kena kepala. Eh nggak tahunya kan anak saya pakai kerudung, di kerudungnya itu langsung berdarah banyak, saya kaget," ungkapnya.
Tanpa pikir panjang, ia bersama suaminya langsung memboyong Khadijah ke Puskesmas Baros. Berdasarkan pernyataan dokter kepada Zena, timbangan dacin sudah tak sesuai untuk digunakan menimbang korban.
"Nah di IGD itu kena dua jahitan tapi kan pas perjalanan ke puskesmas itu saya megang lukanya anak, ditahan pakai tisu, saya lihat itu lukanya deklok (cekung) ke dalam demi Allah. Pas saya lihat itu saya langsung lemas ingin pingsan, langsung sesak, pokoknya nggak karuan," kata Zena.
Usai mendapatkan penanganan medis, kondisi korban pun berangsur membaik. Namun terkadang ia masih mengeluhkan sakit kepala, panas naik turun hingga muntah.
Di samping itu, pihak posyandu pun dianggapnya lepas tangan dan tak ada iktikad baik untuk mempedulikan kondisi anaknya. Mereka baru menengok korban setelah beberapa hari setelah kejadian.
"Kan anak saya masih suka ngeluh pusing, masih suka uring-uringan sekarang karena efek ketiban itu. Harusnya ada penanganan lebih lanjut entah itu pemeriksaan rutin ke anak atau penggantian timbangan," katanya.
"Nah waktu mereka nengok itu kan di hari Minggu (28/5) saya udah ngomong ke mereka, ibu saya ingin surat rujukan untuk di CT scan. Tapi dari pihak posyandu bilang 'oh iya nanti saya bantu ke puskesmas untuk dapat surat rujukan' tapi belum dapat sampai sekarang," tambahnya.
Atas alasan itu, ia memberanikan diri untuk memviralkan kondisinya ke media sosial. Dia merasa tak mendapatkan hak atas keselamatan anak pertamanya.
"Makanya kenapa saya berani up itu karena nggak ada tindak lanjut sama sekali dari waktu mereka nengok, padahal mereka tahu saya mau ct scan tapi mereka nggak bantu sama sekali. Mereka ngasih amplop Rp300 ribu dan sudah. Benar-benar nggak nanya kabar, membantu buat dapat surat rujukan pun tidak," ungkap Zena.
"Harapan saya kenapa saya berani ngeviralin itu jangan sampai ada kejadian lagi dan lagi. Cukup ini yang terakhir, benar-benar harus jadi bahan evaluasi buat para petugas kalau bisa diganti jangan pakai dacin lagi. Saya maunya mereka itu tanggungjawab sampai tuntas, sampai selesai, walaupun pahitnya naudzubillah ada apa-apa ditangani sampai benar-benar selesai," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Dini Maryani masih belum memberikan tanggapan mengenai kasus ini. Pihaknya menyebut akan memberikan tanggapan tertulis kepada awak media.
"Silahkan kami siapkan (tanggapan) tertulis saja ya, nanti kita kirim, masih dalam proses," ucapnya melalui pesan singkat.
Kasi Humas Polres Sukabumi Kota Iptu Astuti Setyaningsih mengatakan, kepolisian sektor Baros telah mendatangi kediaman keluarga korban bersama pihak Dinas Kesehatan dan Posyandu Delima 14. Dia menyebut, kedatangan polisi bukan untuk memediasi kedua belah pihak melainkan hanya melakukan monitoring.
"Bukan upaya mediasi dari polres, pihak polsek itu memonitor saja karena ini kan tidak ada laporan ya cuman memang ramai di media sosial," kata Astuti saat dihubungi detikJabar, Rabu (14/6/2023).
Dia mengatakan, karena tak ada laporan polisi yang dilayangkan oleh orang tua korban sehingga pihaknya tak dapat memproses aduan masyarakat tersebut. Dalam kesempatan itu, ia memberikan imbauan untuk melakukan pemeriksaan terhadap sarana prasarana pelayanan masyarakat khususnya untuk anak-anak.
"Kalau kejadian itu mungkin di luar dugaan. Sebaiknya sebelum melakukan penimbangan ada baiknya dilakukan dulu pengecekan terhadap alat timbang karena kita juga kan nggak tahu akan ada kejadian," ujarnya.
"Saya lihat itu dari tali ya, jadi mungkin ada ibaratnya tuh bisa putus cuman kita nggak tau kapan-kapannya. Mungkin untuk pencegahan bisa mengecek kembali apa yang mau digunakan sebelum dilakukan penimbangan," sambungnya.
(iqk/iqk)