Permana Dwi Cahya, memupus stigma orang-orang kalau penyandang disabilitas seperti dirinya tidak bisa berkreasi dan selalu menggantungkan hidupnya kepada belas kasih orang lain.
Warga Kelurahan Cigugur Tengah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi itu nyatanya bisa melakoni banyak hal. Salah satunya bercocok tanam bersama rekan-rekan disabilitas lainnya dalam Kelompok Tani Tumbuh Mandiri.
Pria 31 tahun itu juga punya keterampilan lain, yakni menjalankan digital marketing, tukang servis elektronik, hingga instalasi software laptop serta ponsel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi saya mulai itu awalnya di 2015, waktu itu jualan busana muslim. Kemudian kenal banyak orang, lalu belajar digital marketing," ujar Permana saat dihubungi detikJabar, Senin (13/3/2023).
Ia berteman dengan banyak orang. Salah satunya yakni seorang teman yang menggeluti profesi servis hardware komputer dan laptop. Permana menawarkan diri menjadi marketing agar usaha temannya kian berkembang.
"Saya lihat teman, punya keahlian software dan hardware. Nah kemudian saya aja ajak buka install software dan servis hardware, saya yang marketingnya. Akhirnya ya berjalan dari situ," tutur Permana.
Namun tak hanya sekadar membantu, Permana memang tak pamrih dengan meminta bagian. Ia justru memanfaatkan hal itu untuk belajar seluk-beluk servis hardware serta software yang dijalankan temannya.
"Beberapa lama bareng, saya belajar juga kan. Nah di situ saya mulai servis software. Alhamdulillah berkembang, kemudian melebar ke hardware. Jadi dari 2015, saya istilahnya sagala dicabak (serba dipelajari), jadi servis iya, terus digital marketing juga tetap jalan," ucap Permana.
Permana menjalankan profesi servis software dan hardware tanpa bantuan siapapun. Ia mandiri, membuka usahanya di rumah alias home service. Kadang ia juga menawarkan diri mengambil barang yang akan diservis ke rumah pelanggan.
"Kan kadang orang malas pergi, maunya datang ke rumah. Nah saya lihat peluang itu untuk pick up barang konsumen. Saya bawa ke rumah, baru nanti komunikasi apa saja yang harus diganti dan diperbaiki," kata Permana.
Seiring waktu, banyak yang percaya pada dirinya. Pelanggan mulai berdatangan, tak hanya kalangan perorangan, konsumen juga banyak berasal dari instansi pemerintah hingga sekolah.
"Ya alhamdulillah ada saja setiap bulannya. Kalau hitungan pendapatan mungkin sebulan bisa Rp 5 juta," tutur Permana.
Lalu di awal awal 2020 ia mengajak teman-temannya sesama disabilitas menggarap lahan. Tentu jauh dari profesi yang selama ini dilakoni Permana. Sebab bercocok tanam boleh dikata hal baru bagi mereka
Namun perjuangan mereka membuahkan hasil. Dalam segala keterbatasan, mereka mampu menggarap lahan terbengkalai milik seseorang yang dikenal, menjadi lahan produktif.
"Ya rezekinya kan nggak akan ke mana kang, seperti yang tadi saya bilang sagala dicabak. Apapun saya coba jalankan, berbekal keyakinan dan otodidak," ucap Permana.
Melakoni banyak hal membuat Permana harus pintar-pintar membagi waktu. Dalam hal ini, Permana sudah mulai beraktivitas sejak pukul 06.00 pagi, diawali dengan datang ke kebun.
"Nah biasanya saya itu ke kebun dulu jam 6 pagi, kemudian ke rumah dulu jam 9 atau jam 10. Kalau ada konsumen yang mau servis, saya pickup dulu, lalu sore balik lagi ke kebun untuk cek kerjaan teman-teman. Ya begitu setiap harinya," ucap Permana.
(Whisnu Pradana/orb)