Malam itu belum terlalu larut, jarum jam masih menunjuk angka 9 pada Rabu. Seperti malam-malam sebelumnya di bulan ini, hujan mengguyur wilayah Kota Tasikmalaya. Beruntung tak terlalu deras, sekedar gerimis.
Kawasan tempat pemakaman umum (TPU) Cinehel, Kecamatan Cipedes menjadi tujuan perjalanan detikJabar malam ini. Menuntaskan rasa penasaran terkait cerita orang-orang ikhwal keangkeran komplek pemakaman ini adalah tujuan perjalanan malam ini.
Dari pintu lintasan kereta api Buninagara Cipedes, kemudian sepeda motor diarahkan ke kiri, kemudian menyusuri jalan selebar 2 meter di pinggir rel kereta api. Suasana perkampungan di tepian rel kereta api tampak sepi. Bahkan sebuah kedai kopi yang biasanya ramai, malam ini terlihat sepi. Mungkin karena hujan dan bukan akhir pekan.
Setelah beberapa ratus meter menyusuri jalan di pinggir rel tersebut, suasana berubah gelap. Di sebelah kiri hamparan makam mulai terlihat. Pepohonan besar, aroma bunga kemboja, suasana gelap dan hujan gerimis langsung menghembuskan nuansa yang tak biasa. Ya, ada takut menyelinap di dinding kalbu.
Sebaris doa dipanjatkan untuk kebaikan para ahli kubur yang bersemayam di TPU Cinehel tersebut termasuk mengingatkan diri sendiri bahwa sejatinya kita pun akan menyusul mereka, raga dipendam menjadi santapan cacing tanah.
Tapi doa rupanya belum cukup membuat nyali menjadi stabil, suasana gelap membuat rasa takut tak kunjung beranjak. Dari kawasan yang gelap, akhirnya pindah ke gerbang utama komplek pemakaman yang memiliki pencahayaan cukup benderang, karena ada lampu di sana.
Dari gerbang, terlihat di dalam komplek pemakaman terdapat sebuah kantor. Berharap ada petugas di sana, detikJabar kemudian masuk ke komplek pemakaman berniat merapat ke bangunan itu. Melewati lapak-lapak pedagang bunga yang di siang hari ramai pedagang.
Tapi nihil, tak orang di kantor tersebut. Sementara bulir-bulir gerimis berubah menjadi lebih besar. Sempat berniat berteduh di kantor tersebut, tapi usai menyapu pandangan ke sekeliling pemakaman. Niat berteduh diurungkan, lebih baik diguyur hujan ketimbang diguyur takut dalam sepi.
TPU Cinehel sendiri berada di wilayah Kelurahan Panyingkiran, Kecamatan Indihiang. Luasnya sekitar 6 hektar dan telah menampung lebih dari 10 ribu pemakaman.
Jika dilewati dari pinggir jalan, panjangnya sekitar 400 meter. Tak banyak warga yang melintas di jalan itu jika malam hari. Umumnya para pengendara akan memacu sepeda motornya lebih cepat ketika melewati pemakaman ini. Sementara bagi yang tak cukup nyali, mereka lebih memilih memutar jalan ke jalur utama Leuwidahu.
Kisah-kisah horor kerap kali diceritakan warga ketika melewati kawasan ini, meski selama kurang lebih 20 menit berada di kawasan ini. Tak ada yang aneh di lokasi tersebut.
"Kalau harapan warga di jalan depan pemakaman ini sebaiknya ditambah PJU (penerangan jalan umum). Jangan dibiarkan gelap, supaya tidak terlalu angker," kata Dadang Holis, salah seorang warga setempat.
Dia mengatakan suasana yang gelap terkadang membuat pengendara ketakutan sehingga mengendarai sepeda motornya menjadi ngebut.
"Orang kan beda-beda, ada yang biasa saja karena sudah sering. Tapi ada juga yang penakut, ketika melewati kuburan mereka tancap gas, padahal itu bisa berbahaya. Makanya kalau terang benderang mungkin bisa lebih aman dan tak terlalu angker," ujar Dadang.
(mso/mso)