Setoran pun perlahan mulai diberlakukan dan ditingkatkan. Saat ini, Aep mengaku supir angkot perlu memberikan setoran sekitar Rp55.000. Bekerja setiap hari dari pukul 6 pagi hingga 6 sore, Aep menyebut pendapatan kotor yang cukup bagus itu ketika sudah mencapai Rp250.000 per hari.
"Cuman ngejar target untuk setoran saja kalau saya, paling 55 ribu. Sehari itu dapat uang kalau lagi bagusnya itu 250 (ribu) lah kotornya, belum dipotong setoran, bensin," jelasnya.
Meski anak sekolah menjadi konsumen utama, Aep menolak terlalu keras memberlakukan tarif pada siswa. Trayek Stasiun Hall-Gunung Batu yang memiliki tarif Rp 4.000 tersebut terkadang tidak dibayar penuh oleh siswa. Beberapa membayar Rp 3.000, yang lain bahkan membayar Rp2.000.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Aep tidak mau memusingkan hal tersebut. Ia menyebut dirinya memahami hal itu lantaran pernah memiliki seorang anak yang bersekolah. Bagi Aep, rezeki tidak hanya datang dari para anak sekolah saja.
"Anak sekolah mah kan nggak bisa di target ya ongkosnya juga. (Di kasih) Rp 3 ribu, Rp 2 ribu juga ya biarin saja lah. Kasihan. (Pernah) ngerasain da saya juga punya anak pernah sekolah, kan sama. Biasanya pulang kan dia sisa jajan juga. Kadang-kadang yang nggak bayar juga biarin," ucapnya sambil tertawa.
"Rezeki kan nggak dari situ aja ya. Kan kadang juga ada yang bayarnya lebih," tutupnya.
(orb/orb)